Kecewa Penanganan COVID-19, Ribuan Warga Thailand Demo

Demonstran tuntut Perdana Menteri mundur

Bangkok, IDN Times - Infeksi virus corona di Asia Tenggara secara umum dapat dikatakan dikendalikan pada tahun pertama wabah menyerang. Negara-negara di kawasan ini berjuang habis-habisan untuk menahan gelombang laju penyebaran infeksi.

Namun mulai tahun kedua ini, wabah virus corona di Asia Tenggara mulai mengkhawatirkan seiring varian Delta mulai muncul, menyebar dan lebih menular.

Jurnalis The Diplomat, Sebastian Strangio, menganalisis bahwa Indonesia adalah yang paling parah, kemudian diikuti oleh Malaysia di mana tingkat infeksi COVID-19 yang terburuk di Asia Tenggara dalam hal per kapita dan kemudian di Thailand.

Warga di Thailand frustrasi atas lonjakan kasus dan pada hari Minggu (18/7), lebih dari seribu orang turun ke jalanan di ibukota Bangkok, di Monumen Demokrasi pada sore hari dan berbaris untuk berusaha menuju Gedung Pemerintah.

Para demonstran membawa kantong mayat tiruan sambil menuntut PM Thailand Prayuth Chan-ocha mundur dari jabatan. Mereka terlibat bentrok dengan pasukan polisi yang berjaga, puluhan terluka dan belasan demonstran ditangkap.

1. Demonstran anggap PM Prayuth gagal tangani wabah virus corona

Thailand telah mengetatkan aturan di ibukota Bangkok dan sekitarnya untuk menahan laju infeksi virus corona. Zona merah dibuat agar sebaran infeksi dapat ditekan. Pertemuan lebih dari lima orang di ruang publik juga dilarang.

Meski begitu, pada hari Minggu (18/7), ribuan orang yang frustrasi atas penanganan wabah virus corona oleh pemerintah, melakukan protes di ibukota Bangkok. Melansir laman Associated Press, para demonstran menuntut PM Prayuth Chan-ocha mundur dari jabatannya.

Protes di Bangkok dipimpin oleh organisasi Free Youth, sebuah kelompok protes mahasiswa yang menarik puluhan ribu orang untuk protes tahun lalu. Jutatip Sirikhan, salah satu aktivis utama Free Youth, menuduh PM Prayuth dan kabinetnya kurang transparan, salah urus dan gagal menangani wabah virus corona.

Mereka juga mengkritik pemerintah karena gagal mengamankan pasokan vaksin. "Jika kita tidak keluar (protes) sekarang, kita tidak tahu berapa lama kita akan bertahan dan apakah kita akan memiliki kesempatan untuk melakukannya lagi," kata Sirikhan.

Baca Juga: COVID-19 Mengganas, Thailand Larang Acara Pertemuan Publik

2. Bentrokan antara demonstran dengan petugas keamanan

Kecewa Penanganan COVID-19, Ribuan Warga Thailand DemoDemonstran Thailand berlindung dari serangan meriam air petugas polisi anti huru-hara. (Twitter.com/Khaosod English)

Thailand saat ini telah mencatat sebanyak 415.170 total infeksi virus corona. Kematian yang diakibatkan oleh infeksi itu mencapai 3.422 orang, menurut data yang dihimpun oleh Worldometers. Yang mengejutkan adalah lebih dari 90 persen kasus dan kematian terjadi sejak April tahun ini. Tahun kedua pandemik di Thailand benar-benar dirasakan sangat memukul.

Para demonstran yang turun ke jalanan merasa kecewa dan marah atas manajemen penanganan wabah virus corona yang melanda negara tersebut. Melansir laman Reuters, seorang demonstran yang bernama Kanyaporn Veeratat mengatakan "pemerintah buruk dalam mengelola situasi dan jika kami tidak melakukan apa pun, tidak akan ada perubahan," ujarnya.

Namun ketika ribuan demonstran itu berusaha menuju Gedung Pemerintah dengan cara berbaris dan mencoba menerobos barikade kawat berduri, sekitar 1.500 pasukan keamanan yang diturunkan menghalangi mereka. Akhirnya, bentrokan terjadi antara pasukan keamanan dan demonstran.

Pihak berwenang menjelaskan bahwa beberapa demonstran telah menyerang petugas polisi dan menyebabkan setidaknya delapan petugas terluka. Satu reporter juga dilaporkan terluka dalam bentrokan. Polisi menanggapi para demonstran dengan peluru karet, gas air mata dan meriam air untuk memaksa kerumunan itu bubar.

3. Kantong mayat tiruan

Protes kekecewaan penanganan pandemik virus corona di Thailand tidak hanya diikuti oleh para pejalan kaki. Tapi banyak mobil dan motor yang berbaris untuk mengikuti protes tersebut. Mereka membunyikan klaksonnya ketika para demonstran mulai berjalan dari titik kumpul di Momunen Demokrasi.

Selain itu, salah satu hal yang jadi pusat perhatian adalah spanduk besar bergambar wajah PM Prayuth Chan-ocha yang dibentangkan di jalanan dan diinjak-injak oleh demonstran.

Para demonstran juga membawa kantong mayat tiruan yang mewakili korban akibat infeksi virus corona. Melansir laman Al Jazeera, sekelompok orang yang memakai masker gas dan topi baja bergabung dengan pengemudi sepeda motor yang mengangkat kantong mayat tiruan tersebut.

Salah satu peserta demonstran menuntut tiga hal yakni "Prayuth Chan-ocha harus mengundurkan diri tanpa syarat apapun; yang kedua adalah pemotongan anggaran untuk monarki dan tentara untuk digunakan melawan COVID, dan yang ketiga adalah membawa vaksin mRNA (ke Thailand)."

Pihak berwenang dengan ribuan petugas polisi anti huru-hara mengerahkan meriam air lebih awal dan memblokir jalan utama. Hal itu memaksa pengunjuk rasa mundur. Meski penyelenggara demonstrasi menyerukan acara protes selesai pukul 06:00 sore hari, tapi bentrokan tetap berlanjut beberapa jam kemudian. Sejauh ini tidak ada laporan rinci mengenai berapa orang terluka dalam insiden bentrokan itu.

Baca Juga: COVID-19 Mengganas, Thailand Larang Acara Pertemuan Publik

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya