Profil Kassym-Jomart Tokayev, Presiden Kazakhstan yang Gemar Sastra

Pengubah nama ibu kota Astana jadi Nursultan

Jakarta, IDN Times - Sejak Soviet runtuh dan Kazakhstan memerdekakan diri, negara itu mengklaim memiliki bentuk pemerintahan presidensial. Faktanya, sejak merdeka pada 1991 sampai saat ini, Kazakhstan baru memiliki dua presiden. 

Presiden pertama adalah Nursultan Nazarbayev dan kedua adalah Kassym-Jomart Tokayev. Nazarbayev mengundurkan diri pada 2019, kemudian Tokayev berhasil terpilih melalui pemilihan umum. 

Banyak kritik dilontarkan untuk pemilu Kazakhstan yang dinilai tidak adil. Meski begitu, Tokayev tetap memimpin negara pecahan Uni Soviet itu sampai sekarang. Berikut IDN Times sajikan profil Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev, lelaki yang disebut gemar membaca sastra.

1. Mendapat pendidikan di Soviet dan China

Profil Kassym-Jomart Tokayev, Presiden Kazakhstan yang Gemar SastraPresiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev (Twitter.com/Qasym-Jomart Toqayev)

Menjadi Presiden Kazakhstan sejak pertengahan 2019, Kassym-Jomart Tokayev memulai masa kepemimpinannya dengan sulit. Virus corona yang merebak di Kazakhstan menjadi salah satu tantangan.

Sampai saat ini, negara di Asia Tengah itu memiliki catatan infeksi COVID-19 hampir satu juta orang, dengan angka kematian mencapai lebih dari 13 ribu korban. 

Tokayev menjadi Presiden Kazakhstan sebagai pengganti Nazarbayev yang mengundurkan diri. Dalam pemilu yang secara resmi digelar, dia meraih 71 persen suara, sehingga semakin memperkuat posisi jabatan itu.

Lahir dari keluarga veteran, Tokayev tumbuh dengan mendapat pendidikan yang baik. Ayahnya bernama Kemel T. Tokayev dan ibunya Turar Shabarbayeva, seorang pengajar di Institut Bahasa Asing di Almaty.

Tokayev lahir pada 17 Mei 1953 di Alma Ata yang sekarang terkenal sebagai kota Almaty. Pada 1975, Tokayev lulus dari Institut Hubungan Internasional Negara Moskow yang saat itu masih bagian dari Uni Soviet.

Pada 1983-1984, ia magang di Institut Linguistik Beijing. Pada 1992, ia lulus dari Akademi Diplomatik Kementerian Luar Negeri Federasi Rusia. Tokayev mencicipi dunia jabatan publik dalam magang pra-gelar di Kedutaan Besar Uni Soviet di Republik Rakyat China.

Baca Juga: 7 Fakta Kazakhstan: Negeri Pengembara yang Terkunci Daratan

2. Berkarir di Kementrian Luar Negeri Soviet

Profil Kassym-Jomart Tokayev, Presiden Kazakhstan yang Gemar SastraIbu kota Nursultan, Kazakhstan (Pixabay.com/bahonya)

Sebagai bagian dari Uni Soviet, Kazakhstan termasuk wilayah pilihan. Kassym-Jomart Tokayev, salah satu putra Kazakhstan, mulai meniti karirnya sejak 1975 di Kementrian Luar Negeri Soviet.

Lepas dari kementerian itu, Tokayev sempat ditempatkan di Kedutaan Besar Rusia di Singapura, lalu kembali lagi bergabung di Kemlu Soviet. Sampai Soviet runtuh pada 1991, Tokayev masih bekerja di lembaga tersebut.

Ketika Kazakhstan meraih kemerdekaan dan dipimpin oleh Nursultan Nazarbayev, Tokayev yang memiliki banyak pengalaman di Kemlu Soviet segera ditunjuk sebagai Wakil Menteri Luar Negeri Kazakhstan.

Karir jabatan politik Tokayev selanjutnya terus berputar di sekitar kekuasaan, menjadi Menteri Luar Negeri yang akhirnya ditunjuk sebagai Perdana Menteri Kazakhstan oleh Nazarbayev pada 1999.

3. Akademisi yang gemar membaca fiksi

Profil Kassym-Jomart Tokayev, Presiden Kazakhstan yang Gemar SastraPresiden Tokayev berpose bersama dengan atlet Kazakhstan (Twitter.com/Qasym-Jomart Toqayev)

Selain terkenal dalam karirnya di pemerintahan, Tokayev juga dikenal sebagai seorang akademisi. Dia telah menulis 10 buku tentang hubungan internasional dan memiliki gelar doktor ilmu politik. 

Dilansir dari laman resmi Kepresidenan Kazakhstan, Tokayev juga seorang Profesor Kehormatan Universitas Shenzhen, China, dan Akademi Diplomatik Kementerian Luar Negeri Federasi Rusia.

Dia juga merupakan Dekan Kehormatan Sekolah Diplomasi dan Hubungan Internasional Jenewa. Banyak penghargaan yang diraih Tokayev, baik itu dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Selain memiliki reputasi sebagai seorang politikus, Presiden Kazakhstan tersebut rupanya gemar membaca buku, khususnya fiksi, sastra politik, dan memoar.

Baca Juga: Korban Tewas Kerusuhan di Kazakhstan Capai 164 Orang

4. Mendorong perubahan aksara Cyrillic ke Latin

Profil Kassym-Jomart Tokayev, Presiden Kazakhstan yang Gemar Sastrailustrasi aksara Cyrillic (Unsplash.com/Dmitry Ratushny)

Bahasa adalah jiwa bangsa. Itulah mengapa banyak negara maju memiliki politik bahasa yang sangat kuat untuk negaranya, sebagai identitas dan kebanggaan. Kazakhstan juga tak lepas dari ambisi tersebut.

Kazakhstan yang memiliki pengaruh Turki kuno dan Islam memiliki tradisi penggunaan bahasa Arab dan aksara Arab, sebelum dikooptasi oleh Kekaisaran Rusia dan dikuasai Soviet.

Di bawah komunisme, agama dilarang. Aksara Arab juga disingkirkan dan digantikan dengan akasara Cyrillic pada 1940-an, guna memutus hubungan sejarah dan budaya Kazakhstan dengan Turki-Arab.

Tapi, setelah Soviet runtuh dan Kazakhstan dikuasai Nazarbayev, Tokayev mendorong perubahan aksara agar negaranya mengadopsi aksara Latin untuk bahasa resmi Kazakh. Tapi perubahan itu harus pelan-pelan.

Niat itu sempat memicu perang kata-kata antara Nazarbayev dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Tapi, sampai Nazarbayev mundur, perubahan itu belum terjadi.

Dilansir The Diplomat, ketika Tokayev menggantikan jabatan presiden Kazakhstan, dia tetap memasukkan agenda perubahan akasara Cyrillic ke Latin itu sebagai bagian dari reformasi domestik.

Tokayev mendorong tenggat waktu peralihan aksara pada 2025 telah terwujud dan pada tahun 2035, aksara Cyrillic benar-benar berganti menjadi aksara Latin dengan bahasa Kazakh.

5. Mengubah nama ibu kota Astana jadi Nursultan

Profil Kassym-Jomart Tokayev, Presiden Kazakhstan yang Gemar SastraPemandangan ibu kota Nursultan, Kazakhstan (Pixabay.com/bahonya)

Kazakhstan adalah salah satu negara pecahan Soviet yang memiliki rekam jejak bagus dalam stabilitas ekonomi.

Sejak berdiri sebagai negara, Nazarbayev telah menjadi presiden sekaligus diktator yang mencari keseimbangan hubungan dan reformasi keluar dari pengaruh Soviet. Dia menjalin hubungan yang baik dengan Rusia, China, Turki, dan negara-negara barat. 

Berkuasa selama hampir 30 tahun, Nazarbayev memiliki pengaruh yang luar biasa mencengkeram di Kazakhstan. Dia termasuk sosok yang sangat dihargai dan dihormati.

Tokayev, yang meneruskan jabatan itu, tetap menghormati mantan presiden yang mundur. Ketika dia terpilih sebagai Presiden Kazakhstan, dia merekomendasikan untuk mengganti nama ibu kota dari Astana menjadi Nursultan. Dan itu disepakati secara bulat.

Kazakhstan awalnya beribu kota di Almaty. Era Nursultan, ibu kota dipindah ke Astana. Setelah Nazarbayev mundur dan digantikan Tokayev, kota itu berubah nama menjadi Nursultan.

Dalam pidatonya, Tokayev mengatakan hal itu untuk "mengabadikan nama kontemporer kita yang hebat."

Kini, belum lima tahun Tokayev menjabat, dia menghadapi tantangan yang besar pada awal 2022. Negaranya bergejolak, orang-orang melakukan demonstrasi besar di hampir semua bagian wilayah. Peristiwa tersebut dipicu oleh kenaikan harga BBM yang hampir dua kali lipat.

Tokayev saat ini sedang berusaha keras untuk memadamkan demonstrasi yang tercatat terbesar di Kazakhstan, sejak negara itu memisahkan diri dari Soviet.

Baca Juga: Begini Dampak Kisruh Kazakhstan pada Penambangan Bitcoinnya

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman
  • Novaya

Berita Terkini Lainnya