Ratusan Pendeta Yahudi Kecam Rencana Trump untuk Relokasi Warga Gaza

Jakarta, IDN Times - Lebih dari 350 rabi, bersama sejumlah aktivis Yahudi, menandatangani iklan di The New York Times yang mengecam usulan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, untuk merelokasi warga Palestina secara paksa dari Jalur Gaza.
Dilansir dari The Guardian, iklan satu halaman penuh ini ditandatangani oleh para rabi dari berbagai aliran agama Yahudi dan tokoh-tokoh terkenal, seperti penulis naskah Tony Kushner, aktris dan komedian Ilana Glazer, aktor Joaquin Phoenix, dan jurnalis Peter Beinart.
“Trump telah menyerukan pemindahan semua warga Palestina dari Gaza. Orang-orang Yahudi menolak pembersihan etnis!” demikian bunyi judul pada iklan tersebut.
1. Bentuk solidaritas terhadap warga Palestina di Gaza
Trump mengejutkan dunia dengan pernyataan kontroversialnya mengenai pengambilalihan Gaza oleh AS dan relokasi 2 juta warga Palestina dari wilayah tersebut. Presiden AS itu telah meminta Yordania, Mesir, dan negara-negara Arab lainnya untuk menampung warga Gaza, namun usulan ini mendapat penolakan keras dari negara-negara Arab serta komunitas internasional, yang menganggapnya sebagai upaya pembersihan etnis.
Cody Edgerly, direktur In Our Name Campaign dan salah satu penggagas iklan tersebut, mengatakan bahwa iklan ini diterbitkan pada saat-saat yang sangat penting, ketika batasan politik yang sebelumnya dianggap tetap kini berubah dengan cepat seiring kembalinya aliansi Trump-Netanyahu.
“Pesan kami kepada rakyat Palestina adalah bahwa kalian tidak sendirian, perhatian kami tidak goyah, dan kami berkomitmen untuk berjuang sekuat tenaga untuk menghentikan pembersihan etnis di Gaza," kata Edgerly.
2. Usulan Trump mirip dengan rencana Hitler terhadap warga Yahudi pada PD II
Dalam pernyataan resmi yang diterbitkan bersamaan dengan iklan tersebut, Toba Spitzer, rabi senior dari kongregasi Dorshei Tzedek di Newton, Massachusetts, mengatakan bahwa usulan Trump mirip dengan rencana pemimpin Nazi, Hitler, untuk membersihkan Jerman dari orang-orang Yahudi pada masa perang dunia II.
“Kami tahu betul kekerasan yang bisa ditimbulkan oleh fantasi semacam ini. Ini saatnya untuk menjadikan gencatan senjata permanen, memulangkan semua sandera, dan bergabung dalam upaya membangun kembali Gaza demi dan bersama orang-orang yang tinggal di sana,” tambahnya.
Sementara itu, jurnalis Beinart mengkritik kelompok Yahudi Amerika yang mendukung rencana tersebut.
“Sungguh mengerikan melihat sejauh mana orang-orang yang memiliki legitimasi dan rasa hormat yang tinggi di komunitas kami bersedia mendukung sesuatu yang dianggap sebagai salah satu kejahatan terbesar di abad ke-21," kata Beinart, dikutip dari Anadolu.
3. Trump disebut tidak berhak mencuri tanah milik warga Palestina
Israel melancarkan perang genosida di Gaza menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menyebabkan sekitar 1.200 warga Israel tewas dan 251 lainnya di sandera.
Selama 16 bulan terakhir, serangan Israel telah menewaskan sedikitnya 48.200 warga Palestina di Gaza dan memaksa 2 juta lainnya mengungsi di tengah krisis makanan, bahan bakar dan pasokan medis akibat pembatasan bantuan oleh Israel.
Pada akhir pekan, Trump mengatakan bahwa ia berencana untuk memiliki Gaza dan dan menggambarkan wilayah tersebut sebagai proyek pengembangan properti di masa depan. Saat ditanya oleh wartawan apakah warga Palestina berhak untuk kembali ke wilayah tersebut, ia menjawab "Tidak".
Rabi Yosef Berman dari New Synagogue Project di Washington DC mengungkapkan bahwa keinginan Trump untuk melakukan pembersihan etnis terhadap warga Palestina di Gaza merupakan tindakan yang sangat tercela secara moral.
“Ajaran Yahudi jelas. Trump bukanlah Tuhan dan tidak bisa merampas martabat warga Palestina atau mencuri tanah mereka untuk kesepakatan real estat," ujarnya.