Remaja Belgia Diadili di Kenya Selundupkan 5 Ribu Ratu Semut

Jakarta, IDN Times - Empat penyelundup satwa liar, termasuk dua remaja Belgia, diadili di Kenya karena menyelundupkan 5 ribu ratu semut langka. Mereka mengaku bersalah dalam sidang pengadilan pada Senin (14/5/2025).
Layanan Margasatwa Kenya (KWS) mengatakan bahwa keempat pria tersebut terlibat dalam penyelundupan semut ke pasar di Eropa dan Asia. Spesies tersebut termasuk Messor Cephalotes, atau yang juga dikenal sebagai Semut Pemanen Afrika Raksasa.
Perdagangan bagian tubuh satwa liar telah menjadi hal umum di Kenya. Pihak berwenang sebelumnya juga memerangi penyelundupan bagian tubuh gajah, badak, dan trenggiling. KWS mengungkapkan bahwa kasus kali ini menunjukkan pergeseran dalam tren perdagangan, dari mamalia besar yang ikonik ke spesies yang kurang dikenal namun sangat penting secara ekologis.
1. Sebanyak 5 ribu ekor semut dikemas dalam tabung reaksi
Dua remaja Belgia yang berusia 19 tahun, Lornoy David dan Seppe Lodewijckx, ditangkap di Kabupaten Nakulu, Kenya, pada 5 April 2025. Lima ribu ekor semut ditemukan di wisma tempat mereka menginap. Hewan-hewan tersebut dikemas dalam 2.244 tabung reaksi yang telah diisi kapas. Otoritas mengatakan bahwa tabung tersebut dimodifikasi agar semut bisa bertahan hidup hingga 2 bulan dan menghindari deteksi saat pemeriksaan keamanan di bandara.
“Kapas digunakan untuk menjaga kelangsungan hidup semut selama transit, menunjukkan operasi penyelundupan yang terencana dan dilaksanakan dengan baik,” kata KWS dalam pernyataan yang dibagikan di X.
Di pengadilan, kedua remaja tersebut mengatakan bahwa mereka mengumpulkan semut-semut itu untuk bersenang-senang, dan tidak menyadari bahwa itu adalah ilegal.
Dalam kasus terpisah, Dennis Ng'ang'a dari Kenya dan Duh Hung Nguyen dari Vietnam juga juga didakwa dengan perdagangan ilegal di ruang pengadilan yang sama. Mereka ditangkap di Nairobi usai ketahuan menyelundupkan 400 semut. Pengadilan menunda kasus tersebut hingga 23 April, dengan keempat tersangka tetap berada dalam penahanan.
2. Harga semut mencapai Rp120 juta
Messor Cephalotes berasal dari Afrika Timur. Semut besar berwarna merah ini digemari oleh para kolektor karena perilakunya yang unik, kemampuan membangun koloni yang kompleks, dan pengendalian hama rumah kaca.
Otoritas Kenya menaksir nilai semut-semut tersebut mencapai 7.700 dolar AS (sekitar Rp120 juta). Adapun harga semut bervariasi tergantung spesies dan pasarnya.
"Messor Cephalotes adalah spesies impian banyak orang. Ratunya memiliki panjang sekitar 20-24 mm dan memiliki warna merah dan coklat/hitam yang indah," kata pengecer spesialis asal Inggris, AntsRUs, dilansir dari DW.
Adapun untuk mengekspor spesies tersebut, pemasok perlu mendapatkan izin dari KWS dan sertifikat kesehatan.
"Ekspor semut ilegal tidak hanya melemahkan hak kedaulatan Kenya atas keanekaragaman hayatinya, namun juga menghilangkan potensi manfaat ekologi dan ekonomi bagi masyarakat lokal dan lembaga penelitian,” kata KWS.
3. Semut punya banyak peran penting dalam ekosistem
Philip Muruthi, wakil presiden konservasi di Africa Wildlife Foundation di Nairobi, menjelaskan bahwa semut berperan dalam menyuburkan tanah, memungkinkan perkecambahan, dan menyediakan makanan bagi spesies seperti burung.
"Masalahnya adalah ketika Anda melihat hutan yang sehat, seperti hutan Ngong, Anda tidak memikirkan apa yang membuatnya sehat. Yang ada adalah hubungan antara bakteri, semut, hingga hal-hal yang lebih besar," ujarnya, dikutip dari The Independent.
Ia pun memperingatkan risiko perdagangan spesies dan penyebaran penyakit ke industri pertanian di negara tujuan.
“Kalaupun ada perdagangan, itu harus diatur dan tidak ada yang boleh mengambil sumber daya kita begitu saja,” tambahnya.