Afrika Selatan Tidak Akan Balas Tarif Baru AS

Jakarta, IDN Times - Afrika Selatan (Afsel), pada Jumat (4/4/2025), tidak akan membalas kebijakan tarif pajak yang dikenakan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Pretoria akan tetap berhubungan baik dengan Washington.
"Kami tetap berkomitmen pada keuntungan bersama dari perdagangan dengan AS. Kebijakan unilateral dan penetapan tarif ini memang menjadi kekhawatiran dan halangan dari perdagangan serta kesejahteraan," tuturnya, dikutip dari Africa News.
Belakangan ini, hubungan kedua negara terus memanas setelah Trump menuding Afsel melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) kepada warga kulit putih keturunan Eropa. Ia pun sudah menawarkan suaka bagi warga kulit putih Afsel di AS.
1. Sektor kunci Afsel terdampak kebijakan Trump
Ekonom asal Afsel, Xhanti Payi, mengatakan bahwa selama ini Afsel memiliki hubungan dagang yang ekspansif dengan AS. Afsel sudah mengekspor berbagai macam produk dan AS menjadi tujuan ekspor terbesar keduanya.
"Ini yang kami sebut sebagai komoditas keras, termasuk baja. Kemudian ada pula komoditas lunak, seperti produk pertanian, misalnya anggur, jeruk, dan lainnya. Afsel juga mengekspor mesin dan suku cadang kendaraan senilai 2 miliar dolar AS (Rp198,7 triliun)," terangnya.
Payi menyebut bahwa semua komoditas tersebut penting bagi Afsel. Namun, ia menyebut Afsel memiliki komoditas yang cukup beragam dan sudah menjalin hubungan perdagangan dengan berbagai negara di dunia.
Ia mengklaim bahwa negara-negara kecil yang akan terdampak lebih besar dari tarif baru AS ini karena tidak memiliki komoditas ekonomi yang beragam.
2. Industri tekstil Lesotho terdampak kebijakan tarif Trump
Kepala Departemen Ekonomi di Universitas Lesotho, Leseko Makhetha, mengatakan bahwa Lesotho telah mendapat tarif pajak tertinggi dari AS sebesar 50 persen.
"Kami sudah mengekspor produk tekstil ke AS. Sektor ini menjadi 40 persen dari lapangan pekerjaan lokal di Lesotho. Tarif baru ini akan membuat sulit bagi kami untuk dapat bersaing dengan produk lainnya dan 40 ribu lapangan pekerjaan berisiko hilang," terangnya, dikutip RFI.
Ia menambahkan, kejatuhan ekonomi akan cukup dalam. Tingkat pengangguran dan kenaikan harga, serta risiko krisis politik bisa terjadi di negara Afrika bagian selatan tersebut.
Makheta mengatakan masih sangat awal untuk memastikan apa yang terjadi di Lesotho. Namun, ia menganjurkan pemerintah untuk meningkatkan ekspor komoditas mineral ke Uni Eropa (UE) dan Asia.
3. Negara-negara Afrika ikut terkena tarif dari AS
Selain Afsel dan Lesotho, AS sudah menetapkan tarif pajak tinggi kepada sejumlah negara Afrika lainnya, seperti Madagaskar (47%), Mauritius (40%), dan Bostwana (37%).
Melansir BBC, Nigeria mendapatkan tarif sebesar 14 persen. Sedangkan, Kenya, Ghana, Ethiopia, Uganda, Senegal, dan Liberia menerima tarif sebesar 10 persen karena AS tidak mengalami defisit neraca perdagangan dengan negara-negara tersebut.
Kepala Ekonom dari Investec, Annabel Bishop, mengatakan bahwa dampak dari kebijakan AS ini sangat negatif. Penetapan tarif ini akan mengakselerasi praktik perdagangan di Afrika dan belahan Bumi bagian selatan.
"Kami akan melihat perdagangan yang lebih besar antara negara Global South. Terdapat kemungkinan besar perpindahan rekan dagang menyusul penetapan tarif dari AS ini," ungkapnya.