Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Junta Militer Mali Akhirnya Tunjuk Presiden Sementara Bah Ndaw

Komite Nasional untuk Keselamatan Rakyat (CNSP) Mali dipimpin oleh Kolonel Assimi Goita saat melakukan negoisasi dengan ECOWAS (Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat), pada 23 Agustus 2020. twitter.com/CNSP20
Komite Nasional untuk Keselamatan Rakyat (CNSP) Mali dipimpin oleh Kolonel Assimi Goita saat melakukan negoisasi dengan ECOWAS (Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat), pada 23 Agustus 2020. twitter.com/CNSP20

Bamako, IDN Times – Pasca batas waktu, pada Selasa (15/9) pekan lalu yang diberikan ECOWAS (Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat) untuk menunjuk presiden sementara, gagal. Kini, junta militer Mali akhirnya menunjuk presiden sementara setelah kegagalan itu berujung pada ancaman embargo total.

Melansir dari Reuters, pada Senin (21/9), Kolonel Assimi Goita yang memimpin junta militer, Komite Nasional untuk Keselamatan Rakyat (CNSP) menyampaikan mantan Menteri Pertahanan Mali, Bah Ndaw ditunjuk sebagai Presiden sementara dan jabatan wakil presiden akan dipegang olehnya.

Bah Ndaw dan Assimi Goita dipilih oleh 17 orang pemilih yang ditunjuk oleh Junta Militer Mali. Rencananya pelantikan akan diadakan pada hari Jumat (25/9). Keduanya akan memimpin Mali dalam masa transisi selama 18 bulan sampai pemilihan umum diadakan.

1.Mali mengalami gejolak politik dibawah kepemimpinan Presiden Keita

Masyarakat Mali memberikan dukungan mereka kepada junta militer (CNSP) yang melengserkan Presiden Keita pada 18 Agustus 2020. twitter.com/CNSP20
Masyarakat Mali memberikan dukungan mereka kepada junta militer (CNSP) yang melengserkan Presiden Keita pada 18 Agustus 2020. twitter.com/CNSP20

Pada awal Juni, puluhan ribu orang melakukan protes di jalanan kota Bamako menuntut mundurnya Presiden Ibrahim Boubacar Keita yang telah memimpin Mali sejak tahun 2013. Protes dipicu oleh berbagai permasalahan yang mengganggu stabilitas Mali, diantaranya penyimpangan pemilihan parlemen, masalah korupsi, kekerasan komunal, terorisme, hingga penanganan pandemi Covid-19.

Oposisi dan masyarakat Mali yang melakukan protes, menamakan diri mereka “Gerakan 5 Juni” (M5-RFP). Dipimpin oleh tokoh oposisi Mahmoud Dicko, gerakan ini menuntut reformasi politik dan ekonomi Mali, serta mundurnya Presiden Ibrahim Boubacar Keita, dilansir dari BBC.

Mendapat tekanan yang besar, Keita-pun turut melakukan dialog dengan perwakilan oposisi lewat mediasi ECOWAS. ECOWAS mengajukan pilihan untuk membentuk parlemen yang lebih proporsional, sedangkan pihak oposisi menginginkan Keita Mundur. Belum mencapai kata sepakat, Presiden Keita pada selasa (18/8) dikudeta oleh junta militer Mali.

2.Proses mediasi yang berjalan a lot

Utusan ECOWAS, mantan Presiden Nigeria Goodluck Jonathan tiba di Mali untuk melakukan mediasi dengan junta militer CNSP, pada 22 Agustus 2020. twitter.com/GEJonathan
Utusan ECOWAS, mantan Presiden Nigeria Goodluck Jonathan tiba di Mali untuk melakukan mediasi dengan junta militer CNSP, pada 22 Agustus 2020. twitter.com/GEJonathan

Mengutuk tindakan kudeta itu, ECOWAS kemudian mengadakan pertemuan pertama dengan junta militer Mali pada Sabtu (22/8) membicarakan peralihan pemerintahan ke sipil serta pemulangan Keita dari penahanan pasca kudeta. Mengutip dari Al Jazeera, ECOWAS juga memberlakukan embargo terhadap Mali, berupa menutup perbatasan dan menghentikan aliran dana keuangan.

Junta militer Mali menyatakan setuju melepas Keita tapi menuntut masa transisi dengan kepemimpinan militer selama tiga tahun. ECOWAS bersikeras masa transisi tidak boleh dari satu tahun dan kekuasaan dikembalikan pada sipil. Kepemimpinan sipil yang lebih netral akan menjadi kunci stabilitas politik Mali dan keamanan regional.

Lebih lanjut, melansir dari Bloomberg, ECOWAS akhirnya melunak dengan memberikan waktu transisi maksimal 18 bulan namun menolak untuk kepemimpinan militer dan memberikan tenggat wakut bagi junta militer Mali untuk menunjuk presiden sementara hingga 15 September 2020.

Sampai batas waktu yang diberikan, kesepakatan itu gagal. ECOWAS akhirnya mengancam akan memberlakukan embargo total terhadap Mali apabila dalam kurun waktu satu minggu sejak tanggal 15 September, tuntutan tidak kunjung dipenuhi.

3.Terpilihnya Bah Ndaw

Kolonel Assimi Goita (ketua CNSP) mengumumkan Bah Ndaw sebagai Presiden dan ia sebagai Wakil Presiden sementara dalam pemerintahan transisi Mali, pada 21 September 2020. twitter.com/CNSP20
Kolonel Assimi Goita (ketua CNSP) mengumumkan Bah Ndaw sebagai Presiden dan ia sebagai Wakil Presiden sementara dalam pemerintahan transisi Mali, pada 21 September 2020. twitter.com/CNSP20

Terpilihnya Bah Ndaw, mantan Menteri Pertahanan Mali sebagai Presiden sementara membuka babak baru bagi pemerintahan Mali. Diketahui, pasca kudeta yang dilakukan junta militer, selama sebulan lebih pemerintahan Mali mengalami kekosongan.

Oposisi pemerintah sebelumnya, M5-RFP menyambut baik penunjukkan Bah Ndaw sebagai Presiden sementara. Dilansir dari Reuters, juru bicara M5-RFP, Nouhoum Togo yang pernah bekerja untuk Ndaw mengatakan “Ndaw adalah orang yang memiliki prinsip, setia, beriman dan seorang nasionalis yang mencintai negaranya, dia tidak bisa dimanipulasi.”

Sementara itu, ECOWAS belum memberikan tanggapan terkait terpilihnya Bah Ndaw sebagai Presiden sementara. Utusan ECOWAS, mantan Presiden Nigeria Goodluck Jonathan direncanakan baru akan mengunjungi Mali pada hari Rabu untuk menindaklanjuti kemajuan dari negoisasi kedua belah pihak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Revi Jeane
EditorRevi Jeane
Follow Us