Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rusia Sebut LGBT sebagai Ekstremis, Semua Gerakannya Dilarang!

ilustrasi (Unsplash.com/James A. Molnar)

Jakarta, IDN Times - Mahkamah Agung (MA) Rusia, pada Kamis (30/11/2023), menetapkan gerakan LGBT internasional dan subdivisinya sebagai ekstremis. Seluruh aktivitas gerakan tersebut akan dilarang di seluruh negeri.

Namun, keputusan itu tidak menyebutkan apakah individu atau organisasi tertentu akan terkena dampaknya.

Label ekstremis memungkinkan pihak berwenang mengadili siapa saja yang terkait dengan gaya hidup atau simbol LGBT. Saat ini, tidak ada organisasi internasional LGTB resmi di Rusia, tapi ada sejumlah aktivis individu. 

1. Semua aktivitas LGBT tak mungkin dilakukan di Rusia

ilustrasi (Unsplash.com/Chritian Lue)

Sidang digelar secara tertutup untuk masalah tersebut. Wartawan diperbolehkan masuk hanya untuk mendengarkan putusan pengadilan.

Dilansir The Guardian, awal bulan ini Kementerian Kehakiman mengajukan tuntutan agar gerakan LGBT internasional dilabeli ekstremis. Tapi, tidak dijelaskan secara rinci apa itu gerakan LGBT internasional.

Aktivis hak asasi manusia menilai, kata-kata yang tidak jelas dalam putusan itu memungkinkan pihak berwenang untuk menganiaya individu atau organisasi apa pun yang dianggap sebagai bagian dari gerakan tersebut.

"Meskipun tidak ada gerakan LGBT internasional (di Rusia), jelas bahwa semua aktivitas legal organisasi LGBT tidak mungkin dilakukan di Rusia," kata Igor Kochetkov, ketua kelompok hak asasi Russian LGBT Network.

2. Penindasan terhadap aktivis LGBT

Menurut Sergei Troshin, wakil kota di St. Petersburg yang mengaku gay tahun lalu, menjelaskan bahwa keputusan MA dapat berdampak besar.

Dilansir BBC, dia mengatakan siapa saja yang dianggap negara sebagai aktivis LGBT bisa menerima hukuman penjara yang lama.

"Bagi penyelenggara kelompok seperti itu, hukuman penjaranya akan lebih lama. Ini benar-benar penindasan. Ada kepanikan di komunitas LGBT di Rusia. Banyak orang yang segera beremigrasi. Kata sebenarnya yang kami gunakan adalah evakuasi. Kami harus mengungsi dari negara kami sendiri. Ini mengerikan," katanya.

Sejak invasi ke Ukraina, Presiden Rusia Vladimir Putin meluncurkan upaya mempromosikan nilai keluarga tradisional dan membawa negara itu semakin konservatif.

Beberapa kritikus menilai, keputusan Moskow tersebut untuk menciptakan musuh imajiner ketika perang Rusia di Ukraina terus berlarut dan kelompok LGBT dijadikan kambing hitam oleh pihak berwenang.

3. Perilaku merusak diri karena minim dukungan

ilustrasi (Unsplash.com/Margaux Bellot)

Gerakan LGBT di Rusia secara bertahap telah terkikis dalam satu dekade. Ini sejak Presiden Putin menandatangani undang-undang yang melarang propaganda LGBT terhadap anak di bawah umur pada 2013.

Dilansir The Moscow Times, November tahun lalu, Moskow memperluas UU tersebut dengan melarang propaganda LGBT yang ditujukan untuk semua usia. Pada Juli 2023, Rusia melarang operasi pergantian gender.

Sejak larangan propaganda LGBT diterapkan, kekerasan anti-LGBT telah meningkat dua kali lipat. Keputusan MA kali ini diperkirakan akan membuatnya semakin meningkat lagi.

"Dengan banyaknya stres dan tidak adanya dukungan (untuk LGBT), munculnya perilaku merusak diri sendiri atau bahkan bunuh diri tidak bisa dihindari," kata Alexei Sergeyev, aktivis hak-hak sipil dan LGBT yang berbasis di St. Petersburg.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pri Saja
EditorPri Saja
Follow Us