Sejarah Runtuhnya Vietnam Selatan dan Lahirnya Negara Bersatu

- Perjanjian damai Paris pada 1973 menandai ketidakpastian Vietnam Selatan.
- Kongres AS memutuskan untuk menghentikan operasi militer di Indochina.
- Vietnam Utara melancarkan ofensif besar-besaran dan berhasil merebut Saigon pada 30 April 1975.
Jakarta, IDN Times – Pada 29 Maret 1973, pasukan terakhir Amerika Serikat meninggalkan Vietnam, menandai berakhirnya intervensi militer langsung AS di negara tersebut. Namun, konflik di Vietnam tidak benar-benar usai. Dikutip dari Britannica, perang antara Vietnam Utara yang berhaluan komunis dan Vietnam Selatan yang didukung AS terus berlanjut dalam apa yang disebut para jurnalis sebagai “perang pascaperang.” Kedua pihak saling menuduh melanggar perjanjian damai, sementara Amerika mulai kehilangan kendali atas arah konflik akibat skandal politik di dalam negeri.
Ketika Presiden Richard Nixon jatuh karena skandal Watergate, dukungan AS terhadap Vietnam Selatan semakin melemah. Kongres memutuskan untuk menghentikan operasi militer di Indochina dan memangkas bantuan ekonomi serta militer bagi Saigon. Di tengah kemunduran itu, Vietnam Utara melihat peluang besar untuk menuntaskan perjuangan mereka dalam menyatukan Vietnam di bawah satu pemerintahan.
1. Awal dari runtuhnya Vietnam Selatan

Setelah penandatanganan perjanjian damai Paris pada awal 1973, Vietnam Selatan di bawah Presiden Nguyen Van Thieu menghadapi masa yang penuh ketidakpastian. Meskipun perang seharusnya berakhir, pertempuran kecil dan serangan sporadis tetap terjadi di banyak wilayah. Pemerintah Saigon juga dihadapkan pada masalah serius seperti korupsi, inflasi, dan moral tentara yang merosot drastis akibat kelelahan perang.
Sementara itu, posisi Amerika Serikat semakin lemah. Setelah Kongres melarang operasi militer di Indochina, kemampuan presiden AS untuk membantu sekutunya semakin terbatas. Ketika Nixon mengundurkan diri pada 1974, dukungan politik dan finansial terhadap Vietnam Selatan menurun tajam, membuat posisi mereka semakin rapuh di hadapan kekuatan komunis.
2. Serangan besar Vietnam Utara dan jatuhnya Saigon

Pada Desember 1974 hingga awal 1975, Vietnam Utara mulai melancarkan ofensif militer besar-besaran. Keberhasilan mereka merebut Phuoc Long menjadi sinyal bahwa Vietnam Selatan tidak lagi mampu bertahan lama. Dalam waktu singkat, pasukan Vietnam Selatan mengalami kekalahan beruntun di berbagai wilayah, termasuk Hue dan Da Nang.
Presiden Gerald Ford, yang menggantikan Nixon, sempat memohon kepada Kongres agar memberikan bantuan militer tambahan untuk Saigon, tetapi permintaannya ditolak. Rakyat Amerika sudah lelah dengan perang yang panjang dan tidak produktif. Pada 21 April 1975, Presiden Thieu mengundurkan diri dan melarikan diri ke Taiwan, menandai semakin dekatnya akhir pemerintahan Vietnam Selatan.
3. Berakhirnya perang dan bersatunya Vietnam

Pada 30 April 1975, tank-tank Vietnam Utara memasuki Saigon tanpa perlawanan berarti. Pemerintahan Vietnam Selatan menyerah tanpa syarat, dan para pejabat serta warga Amerika terakhir dievakuasi dalam kekacauan melalui udara dan laut. Ribuan warga Vietnam Selatan yang pernah bekerja sama dengan AS ikut melarikan diri karena takut akan pembalasan dari rezim baru.
Setelah kejatuhan Saigon, Vietnam Utara mendirikan pemerintahan militer sementara untuk menstabilkan situasi. Setahun kemudian, tepatnya pada 2 Juli 1976, Vietnam secara resmi bersatu menjadi Republik Sosialis Vietnam dengan ibu kota di Hanoi. Saigon kemudian berganti nama menjadi Kota Ho Chi Minh, menandai berakhirnya perang selama tiga dekade dan lahirnya Vietnam baru yang bersatu di bawah ideologi komunis.



















