Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sekitar 70 Orang Tewas akibat Serangan di Rumah Sakit Sudan

ilustrasi tentara (unsplash.com/Pawel Janiak)
ilustrasi tentara (unsplash.com/Pawel Janiak)
Intinya sih...
  • 70 orang tewas akibat serangan terhadap rumah sakit di El Fasher, Sudan
  • Serangan dilakukan oleh pasukan pemberontak Rapid Support Forces (RSF)
  • Kementerian Luar Negeri Sudan menuduh RSF melancarkan serangan drone pada ruang gawat darurat rumah sakit
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada Minggu (26/1/2025), melaporkan bahwa sekitar 70 orang tewas akibat serangan terhadap satu-satunya rumah sakit yang masih berfungsi di kota El Fasher, Sudan.

Pejabat setempat menyebut serangan yang terjadi di Rumah Sakit Bersalin Pendidikan Saudi pada Jumat (24/1/2025) itu dilakukan oleh pasukan pemberontak Rapid Support Forces (RSF). Peristiwa ini terjadi saat kelompok tersebut mengalami kekalahan di medan perang melawan militer Sudan dan pasukan sekutu yang berada di bawah komando panglima militer Jenderal Abdel-Fattah Burhan.

“Serangan mengerikan terhadap Rumah Sakit Saudi di El Fasher, Sudan, menyebabkan 19 orang terluka dan 70 lainya meninggal di kalangan para pasien dan pendampingnya. Pada saat serangan terjadi, rumah sakit penuh dengan pasien yang menerima perawatan," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam pernyataan di media sosial X, tanpa menyebut siapa pelakunya.

Ia menambahkan bahwa fasilitas kesehatan lainnya di Al Malha juga diserang pada Sabtu (25/1/2025).

"Kami terus menyerukan penghentian semua serangan terhadap layanan kesehatan di Sudan, dan memberikan akses penuh untuk pemulihan cepat fasilitas yang telah rusak. Di atas segalanya, rakyat Sudan membutuhkan perdamaian. Obat terbaik adalah perdamaian," ujarnya.

1. Pejabat PBB sebut WHO telah berikan ultimatum sebelumnya

Kementerian Luar Negeri Sudan menuduh RSF melancarkan serangan drone yang menargetkan ruang gawat darurat rumah sakit tersebut, menggambarkan peristiwa itu sebagai sebuah pembantaian. Kementerian Luar Negeri Arab Saudi juga mengecam serangan tersebut, dengan menyebutnya sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional.

Pada Kamis (23/1/2025), pejabat PBB, Clementine Nkweta-Salami, yang mengoordinasikan bantuan kemanusiaan untuk WHO di Sudan, mengatakan bahwa RSF sebelumnya telah memberikan ultimatum 48 jam kepada pasukan yang bersekutu dengan militer Sudan untuk meninggalkan El Fasher, dan mengindikasikan akan melancarkan serangan besar.

“Sejak Mei 2024, El Fasher berada di bawah pengepungan RSF. Warga sipil di El Fasher telah mengalami penderitaan, kekerasan, dan pelanggaran HAM berat selama berbulan-bulan akibat pengepungan yang berkepanjangan. Hidup mereka sekarang berada dalam bahaya karena situasi yang semakin genting," ujarnya, dilansir dari Associated Press.

Dalam sebuah pernyataan pada Minggu malam, RSF menuduh militer Sudan dan sekutunya menyerang rumah sakit di El Fasher. Namun, mereka tidak memberikan bukti yang mendukung klaim tersebut.

2. Rumah Sakit Bersalin Pendidikan Saudi telah beberapa kali di serang

El Fasher terletak lebih dari 800 kilometer di sebelah barat daya Khartoum, ibu kota Sudan. Saat ini, kota tersebut diperkirakan dihuni oleh lebih dari 1 juta orang. Banyak di antaranya telah mengungsi akibat perang.

Pada Desember 2024, PBB mengatakan bahwa pengepungan RSF telah menewaskan 782 warga sipil dan melukai lebih dari 1.140 lainnya. Badan tersebut memperingatkan bahwa jumlah sebenarnya kemungkinkan lebih tinggi.

Rumah Sakit Bersalin Pendidikan Saudi, yang terletak di utara bandara El Fasher, berada di dekat garis depan perang dan telah berulang kali terkena serangan artileri. Meski begitu, para dokter di sana terus melakukan operasi, terkadang dengan bantuan cahaya ponsel saat rumah sakit itu diserang.

Awal bulan ini, Doctors Without Borders menyebut fasilitas kesehatan itu sebagai satu-satunya rumah sakit umum dengan kapasitas bedah yang masih berdiri.

3. Lebih dari 28 ribu orang tewas akibat konflik di Sudan

Dilansir Al Jazeera, militer Sudan mengaku telah mengusir RSF dari kilang minyak al-Jili di Khartoum, yang merupakan kilang terbesar di negara tersebut. Namun, klaim tersebut dibantah oleh RSF. Dalam pernyataannya, kelompok itu menyebut pengakuan militer tersebut sebagai propaganda dan menuduh mereka menyebarkan kebohongan melalui video yang direkayasa.

RSF dan militer Sudan mulai berperang satu sama lain sejak April 2023. Konflik tersebut telah menewaskan lebih dari 28 ribu orang dan memaksa jutaan lainnya mengungsi. Beberapa negara bagian juga mengalami kelaparan, mengakibatkan beberapa keluarga terpaksa harus memakan rumput demi bertahan hidup.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us