Penembakan di Sudan Tewaskan Lebih dari 100 Warga Sipil

Jakarta, IDN Times - Penembakan acak yang terjadi di kota Omdurman, Sudan, menewaskan setidaknya 120 orang. Jaringan sukarelawan penyelamat Ombada Emergency Response Room mengatakan, insiden terjadi pada Senin (13/1/2025) dan jumlah korban bisa terus bertambah.
Perang di Sudan sejak April 2024 masih terus berlangsung sampai saat ini. Tim penyelamat mengatakan persediaan medis kian menipis. Mereka berjuang merawat sejumlah besar orang terluka akibat pengeboman.
1. Belum diketahui siapa pelaku penembakan

Kota Omdurman merupakan kota kembar Khartoum, ibu kota Sudan. Kota itu terletak di seberang Sungai Nil bagian barat sedangkan Khartoum berada di bagian timur.
Dilansir Barron's, Ombada juga mengatakan tidak dapat menyebutkan secara pasti siapa yang berada di balik serangan tersebut.
Penduduk yang berada di kedua kota tersebut telah melaporkan saling tembak sering terjai di antara seberang sungai. Bom dan pecahan peluru secara teratur mengenai rumah dan warga sipil.
2. Sebagian besar wilayah Omdurman dikuasai militer
Para relawan dan anggota kelompok tanggap darurat menghadapi tantangan dalam mengakses area tertentu karena perang sipil masih berlangsung.
Dilansir BBC, kota Omdurman sebagian besar wilayahnya berada di bawah kendali tentara pemerintah. Sementara, paramiliter Rapid Support Forces (RSF) menguasai sebagian Khartoum.
Militer telah meningkatkan serangan di Omdurman dalam beberapa minggu terakhir. Tujuannya untuk menguasai sepenuhnya kota tersebut. Pasukan pemerintah juga dilaporkan telah merebut tiga wilayah dan menyita senjata yang ditinggalkan pasukan RSF.
"Daerah tersebut telah hancur akibat pertempuran berkepanjangan yang menyebabkan penduduk terpapar peluru nyasar dan pecahan peluru yang menghantam rumah-rumah," kata kelompok Ombada.
3. Kedua pihak bertikai dituduh menargetkan warga sipil

Perang antara tentara dan RSF telah menyebabkan puluhan ribu orang tewas. Perang juga menyebabkan sekitar 12 juta orang mengungsi.
Dilansir Ahram, kedua pihak dituduh menargetkan warga sipil, termasuk petugas kesehatan. Kedua kelompok bertikai juga dituduh menembaki wilayah permukiman tanpa pandang bulu.
Meningkatnya pertempuran antara militer dan RSF telah memaksa kelompok Ombada menutup beberapa pusat kesehatan. Ini mempengaruhi penyediaan layanan medis bagi ribuan penduduk.
Pada Minggu (12/1/2025), Ombada melaporkan krisis layanan kesehatan terjadi di Omdurman. Lebih dari 70 orang tewas antara Agustus dan Desember 2024. Ini disebabkan kekurangan gizi parah, malaria dan diare.