Serangan Udara Israel Lukai 6 Pasukan UNIFIL dari Malaysia

Jakarta, IDN Times - Kementerian Pertahanan (MINDEF) Malaysia mengatakan bahwa enam pasukan penjaga perdamaiannya yang bertugas sebagai United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) terluka akibat ledakan di Lebanon. Belum diungkap apa penyebab ledakan itu.
"Ledakan tersebut telah menargetkan kendaraan sipil lain yang sedang menuju Beirut dan juga menyebabkan kerusakan pada sebuah bus yang membawa pasukan UNIFIL dari Malaysia, yang melukai enam orang dari mereka," kata MINDEF pada Jumat (8/11/2024), dikutip dari The Straits Times.
1. Malaysia akan terus memantau situasinya
Laporan tersebut menggambarkan luka-luka yang dialami sebagai cedera ringan, termasuk satu pasukan penjaga perdamaian yang menderita patah tulang di lengan kiri dan dilarikan ke rumah sakit.
Angkatan Bersenjata Malaysia akan terus memantau situasi tersebut dengan seksama dan akan memberikan informasi terbaru mengenai insiden itu segera setelah tersedia.
Malaysia juga akan tetap berkomitmen untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan personelnya saat melaksanakan misi penjaga perdamaian di bawah bendera PBB.
2. PBB sebut serangan dilakukan oleh drone Israel
PBB mengatakan bahwa 5 penjaga perdamaian Malaysia termasuk di antara mereka yang terluka dalam serangan udara Israel di Lebanon selatan pada 7 November. Serangan tersebut juga menewaskan 3 warga sipil.
Dalam sebuah pernyataan, misi tersebut mengatakan bahwa cedera terjadi saat konvoi dari UNIFIL yang baru tiba ke bagian selatan negara itu sedang melewati Sidon, ketika serangan drone atau pesawat tak berawak menghantam di dekatnya.
Israel melancarkan serangkaian serangan setelah Hizbullah di Lebanon melakukan serangan rudal yang menargetkan pangkalan militer dekat Bandara Internasional Ben Gurion Israel pada 6 November.
3. Respons Lebanon atas serangan Israel terhadap warganya dan pasukan UNIFIL

Merespons hal itu, Kementerian Luar Negeri Lebanon mengutuk serangan Israel dan menyerukan masyarakat internasional untuk mengecam serangan tersebut. Mereka juga meminta pertanggungjawaban Israel.
"Serangan tersebut sebagai peningkatan penargetan Israel terhadap pasukan UNIFIL, tentara Lebanon, dan warga sipil yang merupakan kejahatan perang dan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum humaniter internasional," kata kementerian tersebut, dikutip dari Anadolu Agency.
Kementerian juga menegaskan kembali komitmen Lebanon terhadap Resolusi PBB 1701 dengan menekankan perlunya penerapan penuh dan berimbang guna melindungi pasukan UNIFIL, tentara dan warga sipil Lebanon. Serta, mencapai keamanan berkelanjutan di kawasan.
Sejak akhir September, Israel melancarkan kampanye udara besar-besarannya terhadap apa yang diklaimnya sebagai target Hizbullah. Tindakan tersebut dilihat sebagai peningkatan dalam perang lintas perbatasan selama setahun sejak dimulainya perang Gaza pada 7 Oktober 2023.
Menurut laporan dari otoritas kesehatan Lebanon, lebih dari 3.100 orang tewas dan lebih dari 13.800 orang terluka dalam serangan Israel sejak tahun lalu.