Tentara dan Polisi Pakistan Dituduh Tembaki Pendukung Imran Khan

Jakarta, IDN Times - Partai Tehreek-e-Insaf (PTI) yang dipimpin oleh mantan Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, menuduh tentara dan polisi menembaki pengunjuk rasa dalam protes yang menuntut pembebasan Khan dari penjara. Banyak orang dilaporkan tewas dan terluka.
Pada Selasa (26/11/2024), puluhan ribu pendukung Khan menerobos blokade polisi yang terdiri dari kontainer pengiriman, memasuki ibu kota, dan bergerak menuju alun-alun D-Chowk, titik kumpul yang berada di pinggiran Zona Merah Islamabad.
Massa mundur setelah pasukan keamanan melakukan operasi besar-besaran untuk membubarkan pengunjuk rasa pada tengah malam.
Ali Amin Gandapur, ketua menteri provinsi Khyber Pakhtunkhwa yang ikut serta dalam demonstrasi tersebut, menuduh pihak berwenang menggunakan kekuatan berlebihan terhadap pengunjuk rasa yang damai. Ia menyebut ratusan orang mengalami luka tembak.
“Saya dan istri Imran Khan diserang secara langsung,” kata Gandapur dalam konferensi pers di kota Mansehra.
Istri Khan, Bushra Khan, yang memimpin protes tersebut, dilaporkan selamat tanpa cedera.
1. Pemerintah dituduh sembunyikan kematian
Menteri Penerangan dan Penyiaran, Attaullah Tarar, membantah adanya korban jiwa atau penembakan terhadap pengunjuk rasa PTI. Namun, sumber resmi melaporkan bahwa 17 warga sipil tewas akibat tembakan tentara dan paramiliter, sementara ratusan lainnya terluka.
Dilansir dari The Guardian, seorang dokter di rumah sakit di Islamabad mengatakan bahwa dia telah merawat lebih dari 40 pasien yang terluka. Beberapa di antaranya terkena tembakan.
“Sedikitnya 7 orang meninggal dan 4 orang dalam kondisi kritis di rumah sakit. Delapan orang lagi telah dirawat di rumah sakit karena luka tembak," ujar dokter tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Ia mengungkapkan bahwa pemerintah mencoba untuk menutupi adanya korban jiwa dan terluka.
“Semua catatan korban tewas dan terluka telah disita oleh pihak berwenang. Kami tidak diperbolehkan berbicara. Pejabat senior pemerintah mengunjungi rumah sakit untuk menyembunyikan catatan tersebut,” tambahnya.
Salah satu pengunjuk rasa yang dirawat di rumah sakit menuturkan, peluru menghujani bus yang ditumpanginya saat kendaraan tersebut memasuki Zona Merah.
“Pelurunya mengenai dada saya. Saya tidak tahu berapa banyak orang yang terbunuh. Setidaknya lebih dari 100 orang terluka," kata pria tersebut, yang mengalami kesulitan bernapas.
2. Hampir 1.000 pengunjuk rasa ditangkap
Dilansir dari Reuters, kepala polisi Islamabad, Ali Rizvi, pada Rabu (27/11/2024), mengatakan bahwa 600 pengunjuk rasa ditangkap dalam operasi pada Selasa. Alhasil, total pengunjuk rasa yang ditangkap selama 3 hari terakhir menjadi 954 orang.
Ia menambahkan bahwa senjata, termasuk senapan otomatis dan senjata gas air mata, juga berhasil disita dari lokasi protes.
Menteri Dalam Negeri, Mohsin Naqvi, mengungkapkan bahwa lembaga penegak hukum Pakistan telah berhasil mengusir pengunjuk rasa dari lokasi protes dan area lainnya di ibu kota.
Ia juga meminta PTI untuk memberikan bukti mengenai penembakan yang dilakukan oleh pasukan keamanan, dan menyebut partai itu tidak memberikan rincian apapun mengenai kematian para pendukungnya.
Sementara itu, jalanan yang menghubungkan Islamabad dengan wilayah lain di negara itu, kembali dibuka pada Rabu, mengakhiri lockdown yang telah diberlakukan sejak Minggu.
3. Kelompok HAM desak PTI dan pemerintah lakukan dialog
Khan, yang telah dipenjara sejak Agustus 2023, menghadapi lebih dari 150 kasus kriminal yang menurutnya dibuat-buat oleh lawan politiknya. Pemerintahannya digulingkan pada 2022 setelah berselisih dengan militer, namun ia tetap menjadi pemimpin paling populer di Pakistan.
Ia sebelumnya telah menyerukan kepada para pendukungnya untuk berkumpul di Islamabad pada akhir pekan guna menuntut pembebasannya. Ia mengklaim bahwa pemilu yang berlangsung pada Februari, yang membawa pemerintahan koalisi yang dipimpin oleh Shehbaz Sharif ke tampuk kekuasaan, dilakukan secara curang. PTI juga telah menggelar beberapa protes yang menuntut pemilu yang bebas dan adil
Menanggapi kekerasan pada Selasa, Komisi Hak Asasi Manusia Pakistan (HRCP) meminta PTI dan pemerintahan Sharif untuk segera melakukan dialog.
“Sudah saatnya mereka menyepakati jalan damai ke depan daripada menghasut para pendukung mereka dan membuat negara terhenti,” kata HRCP.
Sementara itu, Amnesty International menuduh aparat penegak hukum telah menggunakan kekuatan yang melanggar hukum dan berlebihan ketika pengunjuk rasa memasuki ibu kota.