Trump Pede Menang Telak Atas Kamala Harris: Biar Tuhan Bekerja

- Trump klaim bisa menang telak atas Kamala Harris dalam Pemilu AS 2024
- Lembaga survei memprediksi Harris menang tipis, Trump anggap itu hoaks
- Trump percaya Tuhan akan membantunya menang dan klaim sudah kuasai beberapa swing state
Jakarta, IDN Times - Calon presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengklaim bisa menang telak atas lawannya asal Partai Demokrat, Kamala Harris. Hasil survei yang muncul di beberapa lembaga, menurut Trump, hanya omong kosong dan bukan peta sebenarnya dalam Pemilu Amerika Serikat 2024.
Sejumlah lembaga survei memang menunjukkan adanya persaingan ketat antara Trump dengan Harris. Bahkan, beberapa di antaranya justru memprediksi Harris akan mengalahkan Trump dan mencetak sejarah dengan menjadi presiden perempuan pertama di Amerika Serikat.
CBS News, Economist, The Times, Reuters-Ipsos, hingga Pew Research Center, memprediksi Harris menang atas Trump dengan persentase yang tipis. Mereka melakukan riset sejak awal September hingga akhir Oktober 2024, dalam memetakan persaingan di Pemilu Amerika Serikat tahun ini.
1. Riset atau survei cuma hoaks, menurut Trump

Bagi Trump, riset-riset tersebut hanya hoaks. Trump yakin survei atau riset yang digelar cuma merupakan gimik dari sejumlah lembaga agar Pemilu di Amerika Serikat semakin menarik. Padahal, menurutnya, pemenangnya sudah ketahuan.
"Jangan percaya berita bohong, ini akan ketat. Percayalah, ini tidak ketat. Tapi, semua menyebarkan narasi itu agar bisa mendapatkan rating, mau semua orang menonton," kata Trump dalam pidatonya dilansir Washington Post.
2. Tuhan mau bantu Trump

Trump percaya jika Tuhan akan membantunya menang di Pemilu kali ini. Hati warga Amerika Serikat, disebut Trump, sudah diarahkan untuk memilihnya.
"Tuhan hanya butuh satu detik. Kalian tahu, Tuhan bekerja lebih cepat. Setelah bekerja, dia akan pergi," ujar Trump.
3. Klaim sudah kuasai sejumlah swing state

Sejumlah swing state, menurut Trump, sudah dikuasainya. California yang menjadi salah satu basis suara terbesar di Pemilu Amerika Serikat, diklaim pria 78 tahun tersebut sudah dikuasainya.
Memang, California cukup penting karena dalam sistem electoral college, jumlah elektornya menjadi yang paling besar pula, 55 orang.
"Anda lihat kami akan memenangkan banyak suara sejumlah tempat, seperti di California, dengan 38 juta suara. Mereka akan memilih, tak peduli apa yang sedang terjadi, entah kasih delapan, lima, tiga, atau dua suara," kata Trump.