UNRWA: Bantuan Minim di Gaza, Penghinaan untuk Rakyat

- UNRWA menyebut bantuan ke Gaza masih sangat kurang, hanya 10% dari kebutuhan harian.
- Israel mengizinkan bantuan masuk ke Gaza setelah hampir tiga bulan blokade, tapi distribusi bantuan tidak memenuhi kebutuhan rakyat.
- Gaza dianggap tempat paling menderita kelaparan di dunia, dengan operasi bantuan terhambat oleh kendala operasional.
Jakarta, IDN Times - Kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, mengatakan bahwa bantuan yang dikirimkan ke Gaza masih sangat kurang. Ia menyebut situasi ini sebagai bentuk olok-olok terhadap bencana kemanusiaan yang sedang terjadi di wilayah itu.
"Ada laporan bahwa 900 truk dikirim dalam dua minggu terakhir. Itu hanya lebih dari 10 persen kebutuhan harian masyarakat di Gaza. Bantuan yang dikirim saat ini justru memperolok tragedi besar yang sedang berlangsung di hadapan kita,” tulis Lazzarini di X pada Sabtu (31/5/2025).
Ia mengungkapkan bahwa pada gencatan senjata sebelumnya, PBB mampu mengirimkan 600 hingga 800 truk bantuan per hari, sehingga berhasil mencegah kelaparan pada saat itu.
"Kelaparan massal yang terjadi saat ini bisa dihentikan, butuh kemauan politik," tambahnya, dikutip dari Anadolu.
1. Sistem distribusi bantuan yang baru gagal penuhi kebutuhan warga Gaza
Setelah hampir tiga bulan blokade, Israel akhirnya mengizinkan bantuan masuk ke Jalur Gaza dalam jumlah terbatas akibat tekanan dari pemerintah Barat dan organisasi kemanusiaan internasional. Namun, sistem distribusi bantuan yang dijalankan oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), lembaga swasta yang didukung oleh Amerika Serikat (AS) dan Israel, tidak berhasil memenuhi kebutuhan rakyat Gaza.
Pada 27 Mei, kerumunan warga sipil yang kelaparan menyerbu titik distribusi bantuan di Gaza selatan. Pasukan Israel pun melepaskan tembakan, menewaskan tiga orang dan melukai sekitar 50 lainnya.
“Apa yang kita saksikan pada 27 Mei – kekacauan, keputusasaan – adalah akibat langsung dari sistem yang tidak berfungsi ini. Orang-orang meninggal karena kelaparan. Ini bukan pembagian bantuan, melainkan penghinaan kolektif," kata Ajith Sunghay, perwakilan Kantor Hak Asasi Manusia PBB (OHCHR) di wilayah pendudukan Palestina, dilansir dari The New Arab.
PBB dan kelompok bantuan lainnya sebelumnya telah menolak bekerja sama dengan GHF karena dinilai kurang netral dan model distribusinya mendorong pengungsian warga Palestina.
2. Banyak warga Gaza pulang dengan tangan kosong
Dari empat titik distribusi yang disiapkan untuk menerima bantuan dari GHF, hanya tiga yang beroperasi. Akibatnya, Layla al-Masri dan banyak pengungsi lainnya terpaksa pulang dengan tangan kosong saking sulitnya mendapatkan bantuan.
“Apa yang mereka katakan tentang niat mereka untuk memberi makan rakyat Gaza hanyalah kebohongan. Mereka tidak memberi makan apalagi minum,” ujarnya, dikutip dari Al Jazeera.
Abdel Qader Rabie, pengungsi Palestina lainnya, mengatakan bahwa keluarganya kini sama sekali tidak punya makanan apa pun di rumah.
“Setiap kali saya pergi mengambil bantuan, saya memegang sebuah kotak dan ratusan orang berdesakan di sekitar saya. Dulu, UNRWA mengirim pesan sehingga saya bisa mengambil bantuan. Sekarang tidak ada apa-apa. Jika kamu kuat, kamu dapat bantuan. Jika tidak, kamu pulang dengan tangan kosong,” kata Qader Rabie.
3. Gaza jadi tempat yang paling menderita kelaparan di dunia
Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA), Gaza adalah tempat yang paling menderita kelaparan di dunia, dengan seluruh penduduknya terancam mengalami kelaparan parah. Bahkan, misi badan tersebut untuk membantu warga Palestina di Gaza dianggap sebagai yang paling terhambat dalam sejarah.
“Operasi bantuan yang sudah kami siapkan kini dibatasi oleh kendala operasional yang membuatnya menjadi salah satu operasi bantuan yang paling terhambat, tidak hanya di dunia saat ini, tetapi juga dalam sejarah baru-baru ini,” kata juru bicara OCHA, Jens Laerke, pada Jumat (30/5/2025)
Ia menjelaskan bahwa dari 900 truk bantuan yang diizinkan masuk melalui perbatasan Kerem Shalom di Israel, hanya kurang dari 600 truk yang telah dibongkar di Gaza. Sementara itu, jumlah bantuan yang telah didistribusikan ke masyarakat jauh lebih sedikit lagi.