Venezuela Sebut Pemilu Ekuador Penuh Kecurangan

- Presiden Venezuela menolak akui kemenangan Noboa dalam pilpres Ekuador.
- Maduro klaim ada strategi penguatan kepentingan asing di Amerika Latin pasca kemenangan Noboa.
- Kepala Misi Pengawas Elektoral Uni Eropa menampik dugaan kecurangan dalam pilpres putaran kedua yang dimenangkan Noboa.
Jakarta, IDN Times - Presiden Venezuela Nicolas Maduro, pada Selasa (15/4/2025), mengklaim bahwa pemilihan presiden (pilpres) putaran kedua Ekuador dipenuhi kecurangan. Ia mendorong rakyat Ekuador menolak hasil pilpres yang dimenangkan calon petahana, Daniel Noboa Azin.
Hubungan Ekuador-Venezuela retak sejak awal 2024 menyusul diskualifikasi pencalonan pemimpin oposisi Venezuela, Maria Corina Machado dalam pilpres. Quito mendesak Caracas untuk menyelenggarakan pilpres secara bebas dan adil.
Pada September 2024, Ekuador resmi menutup Kantor Kedutaan Besar dan Kantor Konsulat Jenderal di Venezuela. Sebelumnya, Noboa juga menolak mengakui kemenangan kontroversial Maduro dalam pilpres pada Juli 2024.
1. Maduro peringatkan adanya kepentingan asing di Ekuador
Maduro mengatakan bahwa terdapat strategi untuk memperkuat kepentingan asing di kawasan Amerika Latin menyusul kemenangan Noboa di Ekuador.
"Fakta ini menunjukkan ada strategi penguatan kepentingan eksternal di kawasan yang berdampak pada kedaulatan saudara kami. Apa yang sudah mereka lakukan di Ekuador adalah kecurangan buruk untuk memaksa proyek kolonialis, politik, militer, dan ekonomi kepada negara yang dibebaskan oleh Simon Bolivar," terangnya, dikutip Mercopress.
Presiden sayap kiri itu mengklaim, organisasi pimpinan Machado, Sumate yang telah memanipulasi kecurangan pilpres Ekuador. Ia pun memperingatkan pergerakan sayap kanan dan adanya perang psikologis.
Maduro menambahkan, dunia sedang dalam ancaman geopolitik besar terhadap kemanusiaan dari Amerika Serikat (AS). Ia mengklaim, Washington merencanakan dan mengincar hegemoni besar di dunia.
Di sisi lain, pemimpin oposisi Venezuela, Edmundo González Urrutia dan Machado mengucapkan selamat atas kemenangan Noboa. Sebelumnya, Noboa juga mengakui Gonzalez Urrutia sebagai presiden resmi di Venezuela.
2. Uni Eropa tolak klaim kecurangan dalam pilpres Ekuador
Kepala Misi Pengawas Elektoral Uni Eropa (UE) di Ekuador, Gabriel Mato menampik dugaan kecurangan dalam pilpres putaran kedua yang memenangkan Noboa.
"Semua berjalan dengan lancar dan tidak ada elemen yang mendukung praktik kecurangan dalam pilpres ini setelah Dewan Pemilihan Umum Nasional (CNE) memutuskan kemenangan Noboa atas Luisa Gonzalez dengan perolehan 55,6 persen berbanding 44,4 persen," tuturnya, dikutip EFE.
Ia menambahkan, larangan memilih dengan memegang ponsel adalah langkah untuk menghindari pemerasan kepada para pemilih. Mato menyebut, tidak diperlukan untuk mengulas kebijakan tersebut.
"Pada hari pemilu, perwakilan tinggi dari kedua partai politik dapat mengadakan perhitungan suara secara bebas tanpa pembatasan. Meski terdapat ketakutan akan validitas suara imbas keadaan darurat di beberapa area di Ekuador," tambahnya.
3. Intelijen AS mengharapkan kemenangan Noboa
Pekan lalu, intelijen AS mengumumkan penilaian terkait potensi hasil pilpres di Ekuador. Pihaknya mengklaim bahwa kemenangan Noboa di Ekuador menjadi yang terbaik untuk kepentingan nasional AS.
"Saya tidak dapat berbicara apa tingkatan kerja sama bilateral AS dan Ekuador. Namun, kerja sama atau keberadaan AS di Ekuador mengarah pada pemberantasan organisasi kriminal, bukan hanya sekedar misi pelatihan," ungkap salah seorang pejabat intelijen AS, dilansir CBS News.
Setelah lebih dari 1 dekade penarikan tentara AS dari Ekuador, Noboa dan mantan Presiden Guillermo Lasso mendukung kerja sama militer antara AS dan Ekuador. Langkah ini menyusul naiknya kasus kekerasan dan krisis keamanan di Ekuador dalam beberapa tahun terakhir.