WHO Khawatir Virus Polio Sudah Infeksi Seluruh Warga Gaza

Jakarta, IDN Times - Juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa virus polio kemungkinan besar telah menginfeksi orang-orang di Jalur Gaza. Hal itu dikhawatirkan bakal menjadi kemunduran bagi upaya global untuk memberantas penyakit tersebut.
Kementerian Kesehatan Gaza pada Senin (29/7/2024) malam mengumumkan epidemi polio di seluruh wilayah Palestina setelah sampel virus tersebut ditemukan di saluran pembuangan. Sejauh ini, belum ada kasus infeksi pada manusia yang dilaporkan.
1. Kasus polio bisa sulit terdeteksi karena tidak menunjukkan gejala
Pada Selasa (30/7/2024), Christian Lindmeier dari WHO mengungkapkan bahwa meskipun penduduk Gaza kemungkinan telah terinfeksi, penyakit ini sulit terdeteksi karena sebagian besar kasusnya tidak menunjukkan gejala.
“Adanya virus polio yang berasal dari vaksin di saluran pembuangan kemungkinan besar berarti virus tersebut juga ada di tubuh manusia. Jadi risiko penyebarannya lebih jauh dan ini pasti akan menjadi kemunduran (bagi upaya global)," katanya, dikutip Reuters.
Dia menambahkan bahwa bahwa penyelidikan dan penilaian risiko sedang dilakukan di Gaza.
Poliomyelitis, yang biasanya menyebar melalui jalur fekal-oral, adalah virus yang sangat menular yang dapat menyerang sistem saraf. Virus ini dapat menyebabkan kelumpuhan dan kematian pada anak kecil.
Kasus polio telah menurun sebesar 99 persen di seluruh dunia sejak 1988 berkat kampanye vaksinasi massal dan upaya lainnya yang terus dilakukan untuk memberantas penyakit tersebut.
2. Konflik di Gaza menyebabkan penurunan tingkat vaksinasi polio
WHO telah mengirimkan lebih dari 1 juta vaksin untuk mencegah infeksi polio pada anak-anak di Gaza. Sementara itu, militer Israel pekan lalu mengatakan bahwa pihaknya akan mulai memberikan suntikan polio kepada tentaranya di Gaza.
James Elder, juru bicara badan anak-anak PBB (UNICEF), mengatakan bahwa konflik di Gaza telah menyebabkan penurunan tingkat vaksinasi polio dari 99 persen menjadi 89 persen. Dia juga mengungkapkan kekhawatirannya mengenai akses vaksin bagi orang-orang yang membutuhkan, mengingat kendala akses kemanusiaan di wilayah Palestina tersebut.
“Pengungsian besar-besaran, hancurnya infrastruktur kesehatan, lingkungan operasi yang sangat tidak aman, akan membuat vaksinasi menjadi lauh lebih sulit, sehingga semakin banyak anak-anak yang berisiko," tuturnya.
Sementara itu, Israel, yang memeriksa barang-barang yang masuk ke Gaza dan bertanggung jawab memberikan keamanan bagi konvoi bantuan, menyalahkan efisiensi PBB sebagai penyebab keterlambatan bantuan.
3. Sanitasi yang buruk juga memicu peningkatan kasus Hepatitis A, disentri, dan gastroenteritis
Pekan lalu, PBB melaporkan bahwa selain virus polio, terjadi peningkatan kasus Hepatitis A, disentri, dan gastroenteritis yang dipicu oleh buruknya kondisi sanitasi di Gaza.
“Ini hanyalah permulaan dari gelombang penyakit yang akan dihadapi Jalur Gaza. Warga Palestina selama ini tinggal di tenda-tenda darurat tanpa kamar mandi, tanpa kebersihan, tanpa akses terhadap air dan sanitasi. Limbah ada di mana-mana,” kata Hind Khoudary dari Al Jazeera, yang melaporkan dari Deir-al Balah di Gaza tengah.
Tanya Haj-Hassan, seorang dokter spesialis perawatan intensif anak, menyebut keberadaan virus polio yang terdeteksi di limbah sebagai bom waktu yang siap meledak.
"Biasanya, jika ada kasus polio, kita akan mengisolasi pasien, memastikan mereka menggunakan kamar mandi yang tidak digunakan orang lain, dan memastikan mereka tidak berada dekat dengan orang lain, tetapi itu tidak mungkin dilakukan," katanya dalam wawancara awal bulan ini.
“Saat ini semua orang berkumpul di kamp-kamp pengungsi tanpa vaksin setidaknya selama sembilan bulan terakhir, termasuk anak-anak yang seharusnya sudah divaksinasi polio dan orang dewasa yang, ketika terjadi wabah, harus menerima booster, termasuk petugas kesehatan," tambahnya.