WHO Sesalkan Militer Israel Serang Kamp Pengungsi Rafah

Jakarta, IDN Times - Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyesalkan serangan Israel pada Minggu (26/5/2024) terhadap kamp pengungsi di kota Rafah, Gaza selatan.
"WHO menyesalkan serangan udara pada Minggu malam di Rafah yang dilaporkan menewaskan 45 pengungsi yang berlindung di tenda-tenda," ungkapnya dalam unggahan di X, pada Selasa (28/5/2024).
Tedros mencatat, para korban luka dirawat untuk mendapatkan perawatan ke titik stabilitas trauma yang didukung oleh WHO, serta ke rumah sakit lapangan lainnya di Rafah.
"Ketika kekerasan di Rafah terus meningkat, hampir 1 juta pengungsi sekali lagi mencari tempat aman yang tidak ada di Gaza," sambungnya.
1. Penutupan perbatasan Rafah menghambat bantuan
Tedros juga menggarisbawahi penutupan perbatasan Rafah yang sedang berlangsung, kurangnya bahan bakar, dan bantuan yang masuk dan melintasi Gaza, serta seringnya penundaan dan penolakan misi telah menghambat kemampuan WHO untuk mendukung sistem kesehatan di saat operasi harus berkembang pesat guna memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.
"Hanya sepertiga rumah sakit di Gaza yang masih berfungsi sebagian, dan berjuang untuk memenuhi kebutuhan karena kurangnya pasokan, peralatan, bahan bakar, dan staf yang kelelahan," kata Tedros.
Dia juga mendesak untuk membuka penyeberangan Rafah, memastikan misi dapat berjalan tepat waktu, melindungi warga sipil dan perawatan kesehatan, serta gencatan senjata.
2. Korban yang terbunuh sebagian besar adalah wanita dan anak-anak
Serangan Israel di kamp tersebut menewaskan 45 orang pengungsi, yang sebagian besar adalah wanita dan anak-anak. Sementara, hampir 250 lainnya dilaporkan terluka.
Kantor media pemerintah yang berbasis di Gaza melaporkan serangan itu terjadi di dekat pangkalan logistik badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) di Tal al-Sultan, dikutip dari Anadolu Agency.
Israel tetap menjalankan serangan terbarunya itu, kendati ada keputusan Mahkamah Internasional yang memerintahkannya untuk menghentikan serangan di Rafah, tempat lebih dari satu 1 warga Palestina mencari perlindungan dari perang Israel-Hamas sebelum mereka diserbu pada 6 Mei.
3. Serangan Israel di Kamp Rafah meghentikan sistem kesehatan

Sehari setelah serangan terhadap kamp di Rafah pada Minggu, Israel kembali mengintensifkan pemboman di daerah Tal as-Sultan dan bagian lain dari wilayah kantong tersebut yang membuat sistem kesehatan yang runtuh di Jalur Gaza berada di bawah tekanan lebih lanjut.
Dilaporkan, Rumah Sakit Lapangan Indonesia menjadi fasilitas medis terbaru di Rafah yang terkena serangan pada Senin, di mana menyebabkan kerusakan pada lantai atas rumah sakit. Staf medis dan pasien dilaporkan terjebak di dalam fasilitas tersebut.
Sebelumnya pada Senin, Rumah Sakit Khusus Rafah di Kuwait terpaksa ditutup setelah serangan Israel di luar gerbang rumah sakit itu, yang menewaskan 2 staf medisnya. Rumah sakit tersebut merawat sebagian besar dari 249 orang yang terluka dalam serangan Israel pada Minggu.
Seorang ahli bedah ortopedi yang secara sukarela bekerja di Rumah Sakit Gaza Eropa di Rafah, Mohammed Tahir, mengatakan bahwa penutupan Rumah Sakit Khusus Kuwait menempatkan orang-orang di Rafah dalam bahaya besar.
"Apa yang kami alami di sini adalah serangan berlapis-lapis. Sayangnya tidak hanya orang-orang yang diserang secara langsung, mereka juga dihalangi untuk mendapatkan layanan medis yang penting," kata Tahir, dikutip dari Al Jazeera.
Sejak serangan meletus pada 7 Oktober 2023, Israel telah membunuh lebih dari 36 ribu warga Palestina di Jalur Gaza. Pasukan Israel juga telah merusak, menghancurkan dan menduduki 24 rumah sakit di wilayah kantong tersebut. Hanya menyisakan 6 fasilitas yang berfungsi sebagian dari 36 rumah sakit yang ada di Gaza.