Gelombang Panas Sapu Pakistan, Amnesty Serukan Bantuan Global

Pakistan masuk dalam 10 negara terdampak perubahan iklim

Jakarta, IDN Times – Lembaga Hak Asasi Manusia terkemuka, Amnesty International, menyerukan bantuan global atas gelombang panas yang terjadi di Pakistan. Negara tersebut kini mengalami gelombang panas ekstrem dan disebut berada di garis depan perubahan iklim.

Laporan berjudul A Burning Emergency: Extreme Heat and the Right to Health in Pakistan, yang dirilis Senin (5/6/2023), meneliti dampak gelombang panas yang menghantui orang-orang yang tinggal di beberapa kota terpanas di dunia.

Diterbitkan untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, laporan itu mengungkap bahwa warga Pakistan sangat rentan terdampak gelombang panas akibat kurangnya sarana untuk melindungi diri dari panas.

“Ketidakadilan iklim sangat terlihat di Pakistan. Sebanyak 230 juta penduduknya menghadapi konsekuensi parah meskipun kontribusi negara itu sangat kecil terhadap perubahan iklim global,” ungkap Amnesty dilansir Al Jazeera.

Baca Juga: Gelombang Protes Penangkapan Imran Khan, 5 Demonstran Pakistan Tewas

1. Negara yang paling dirugikan perubahan iklim 

Gelombang Panas Sapu Pakistan, Amnesty Serukan Bantuan GlobalIlustrasi polusi yang menyebabkan perubahan iklim (Unsplash/Chris LeBoutillier)

Menurut Indeks Risiko Iklim Global yang diterbitkan oleh Germanwatch, organisasi nirlaba yang berbasis di Berlin, Pakistan termasuk di antara 10 negara yang paling dirugikan oleh bencana perubahan iklim dalam dua dekade terakhir. Padahal, negara itu menyumbang kurang dari 1 persen gas pemanasan global.

Pada 2022, lebih dari 1.800 orang meninggal dan 33 juta orang terkena bencana banjir, yang menenggelamkan hampir sepertiga wilayah Pakistan. Banjir itu disebabkan oleh rekor curah hujan dan pencairan gletser di mana keduanya disebabkan oleh perubahan iklim.

“Mengatasi krisis iklim skala ini membutuhkan perhatian dan tindakan global. Negara-negara kaya tidak boleh membuat kesalahan tentang peran penting yang mereka mainkan,” kata Dinushika Dissanayake, wakil direktur regional Amnesty di Asia Selatan.

Baca Juga: Indonesia Salurkan 15.900 Paket Makanan ke Korban Banjir Pakistan

2. Kerentanan warga Pakistan 

Gelombang Panas Sapu Pakistan, Amnesty Serukan Bantuan GlobalBendera Pakistan (Unsplash.com/Abuzar Xheikh)

Amnesty mengatakan laporannya didasarkan pada wawancara 45 orang selama musim panas 2021 dan 2022 di Lahore, ibu kota provinsi timur Punjab, dan Jacobabad, sebuah kota di provinsi selatan Sindh. Wilayah ini merupakan wilayah di mana suhu pada Juni 2021 mencapai 52 derajat celcius.

Orang-orang yang profesinya berisiko lebih tinggi terpapar panas juga diwawancarai, seperti mereka yang bekerja di pertanian, di tempat pembakaran batu bata dan pabrik atau sebagai pengantar barang, petugas polisi dan petugas kebersihan.

“Kami harus berpikir ulang untuk berhenti sejenak. Jika kami tidak bekerja, tidak ada upah. Karena kemiskinan, kami harus bekerja tidak peduli bagaimana kondisi cuaca,” ungkap seorang pengemudi traktor di Lahore.

Menurut Amnesty banyak orang mengeluh tentang sengatan panas, sesak napas dan pusing dengan beberapa bahkan membutuhkan perawatan rumah sakit darurat.

"Kami lebih rentan terhadap cuaca panas daripada orang lain. Cuaca panas berdampak pada orang-orang miskin. Tidak ada jalan keluar bagi kami," kata seorang wanita di pemukiman informal Jacobabad.

Amnesty telah mendesak pemerintah Pakistan untuk menyusun rencana bagi jutaan orang yang rentan terhadap dampak kesehatan dari panas ekstrem itu.

Beberapa wilayah seperti Punjab telah mengatakan kepada Amnesty bahwa mereka sedang berupaya mengembangkan rencana manajemen gelombang panas.

Baca Juga: UNICEF: 820 Juta Anak di Dunia Terpapar Gelombang Panas

3. Puluhan juta warga Pakistan hidup tanpa listrik 

Gelombang Panas Sapu Pakistan, Amnesty Serukan Bantuan GlobalAktifitas warga di Delhi Gate, Lahore, Pakistan. Foto diunggah pada 25 Oktober 2019. (unsplash.com/LumenSoft Technologies)

Amnesty juga melaporkan ada lebih dari 40 juta warga Pakistan hidup tanpa listrik, sementara banyak juga lainnya mendapatkan pasokan listrik yang tidak menentu karena pemadaman yang lama.

“Orang-orang yang hidup dalam kemiskinan tidak memiliki akses atau tidak mampu membeli listrik untuk kipas angin atau AC dan mereka juga tidak mampu membeli panel surya,” kata laporan itu.

Amnesty meminta negara-negara kaya untuk mengurangi emisi dan membantu Pakistan, yang juga menderita akibat krisis ekonomi, beradaptasi dengan perubahan iklim.

“Sangat penting bahwa negara-negara kaya yang paling bertanggung jawab atas krisis iklim menyediakan dana untuk mendukung tidak hanya adaptasi tetapi juga pemulihan kerugian dan kerusakan yang dialami atau akan dialami orang-orang karena gelombang panas ekstrem yang dipicu oleh perubahan iklim di negara-negara seperti Pakistan,” kata Dissanayake.

Zidan Patrio Photo Verified Writer Zidan Patrio

patrio.zidan@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya