Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Zohran Mamdani, Muslim Pertama yang Jadi Wali Kota New York

Wali Kota New York, Zohran Mamdani
Wali Kota New York, Zohran Mamdani. (Bingjiefu He, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Zohran Mamdani menjadi wali kota New York City ke-111, mengalahkan Andrew Cuomo dan Curtis Sliwa.
  • Mamdani adalah wali kota Muslim pertama di New York City, usianya 34 tahun, dan mendapatkan lebih dari dua juta suara.
  • Ia mengusulkan kebijakan sayap kiri yang ambisius, termasuk membekukan biaya sewa untuk hampir satu juta apartemen dan menggratiskan biaya bus kota.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Zohran Mamdani akan menjadi Wali Kota New York City yang ke-111. Itu setelah mengalahkan mantan gubernur Andrew Cuomo dan kandidat Partai Republik Curtis Sliwa.

Ia sekaligus mengukir sejarah sebagai Wali Kota Muslim pertama di kota tersebut. Pada usia 34 tahun, ia menjadi wali kota termuda dalam lebih dari satu abad.

Di New York City, lebih dari dua juta surat suara, termasuk pemungutan suara awal, telah diberikan, menurut dewan pemilihan, jumlah terbanyak dalam pemilihan wali kota sejak 1969. Total suara awal di Virginia dan New Jersey juga melampaui pemilihan sebelumnya pada 2021.

Mamdani telah mengusulkan kebijakan sayap kiri yang ambisius, termasuk membekukan biaya sewa untuk hampir 1 juta apartemen dan menggratiskan biaya bus kota.

Kemenangannya menandai peningkatan yang luar biasa dari seorang anggota parlemen negara bagian yang kurang dikenal menjadi pemimpin kota terbesar di Amerika Serikat (AS). Mamdani telah mempertahankan keunggulannya dalam pemilihan ini sejak ia berhasil mengalahkan Cuomo, mantan gubernur tiga periode, dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat pada Juni 2025 lalu.

Meskipun hasil pada Selasa akan memberikan gambaran tentang suasana hati para pemilih Amerika, pemilihan paruh waktu masih setahun lagi, sebuah keabadian dalam dunia politik. Bagi Partai Republik, pemilu pada Selasa merupakan ujian apakah para pemilih yang mendukung kemenangan Trump pada 2024 akan tetap hadir ketika ia tidak ada dalam surat suara.

Trump tetap tidak populer, di mana 57 persen orang Amerika tidak menyetujui kinerjanya, menurut jajak pendapat Reuters/Ipsos. Namun, Partai Demokrat tidak mendapatkan dukungan sebagai akibatnya, dengan responden terbagi rata dalam hal apakah mereka akan mendukung Partai Demokrat atau Partai Republik pada 2026.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Delvia Y Oktaviani
Jujuk Ernawati
Delvia Y Oktaviani
EditorDelvia Y Oktaviani
Follow Us

Latest in News

See More

Kemendikdasmen Cek Insiden Murid Live TikTok saat TKA, Diancam Sanksi Berat

05 Nov 2025, 14:19 WIBNews