5 Fakta Antariksa yang Nyaris Tak Kita Ketahui, Cek Yuk!

- Banyak komet dan objek benda langit memiliki orbit lonjong yang tidak stabil, seperti komet Halley yang muncul setiap 76 tahun.
- Bintang neutron berukuran kecil, berputar sangat cepat, dan menghasilkan denyut elektromagnetik reguler yang disebut "pulsar".
- Badai petir di Jupiter dan Saturnus dapat mengubah metana menjadi berlian, fenomena langka yang menunjukkan ironi alam semesta.
Semesta tak pernah selesai didefinisikan. Ilmu pengetahuan terus merangkak dari satu bintang ke bintang lain, tetapi selalu tertinggal oleh keagungan realitas kosmik yang tak terduga. Ketika publik masih terpesona oleh "lubang hitam" atau "jejak air di Mars", ada hal-hal yang lebih menggetarkan dan jarang dibahas—bahkan oleh media sains populer.
Ulasan di bawah ini mengajak kita semua untuk berani menjelajahi lima fakta antariksa yang jarang diekspos. Ragam fakta sekaligus korpus data ini bukan hanya membingungkan nalar awam, tetapi juga menantang batas pemahaman para ilmuwan. Kencangkan sabuk pengaman, mari kita menembus atmosfer pengetahuan!
1. Orbit paling gila di tata surya

Beberapa benda langit tak sekadar mengorbit dalam pola melingkar yang rapi. Dilansir dari situs resmi NASA (2024), banyak komet hingga objek benda langit berupa Sabuk Kuiper memiliki lintasan yang sangat lonjong—seperti panah yang menembus jantung tata surya. Salah satu contohnya adalah komet Halley yang muncul setiap 76 tahun karena orbitnya yang elips ekstrem.
Orbit lonjong ekstrem ini sering kali dipicu oleh interaksi gravitasi yang tidak stabil, terutama saat komet melintasi orbit planet raksasa seperti Jupiter atau Saturnus. Interaksi ini menyebabkan orbitnya berubah-ubah dan tidak menentu. Benda seperti Sedna bahkan memiliki orbit yang memakan waktu 11.400 tahun untuk menyelesaikan satu putaran—telah dilaporkan NASA Science sejak dua dekade yang lalu.
Fakta orbit ekstrem ini menunjukkan bahwa tata surya bukanlah sistem yang tenang dan stabil seperti yang diajarkan di sekolah. Ia dinamis, penuh tabrakan dan tarik-ulur gravitasi. Ruang angkasa adalah arena kekacauan terorganisasi yang terus berevolusi.
2. Bintang neutron bisa berputar 600 kali per detik

Bintang neutron adalah sisa dari ledakan supernova yang padat dan mematikan. Ia tidak hanya kecil—sekitar ukuran kota—tetapi juga berputar sangat cepat. Hal ini dilaporkan kembali oleh NASA Science (2017) melalui portal digitalnya, yakni beberapa pulsar, jenis bintang neutron, tercatat berputar hingga 600 kali per detik, seperti PSR J1748–2446ad.
Rotasi cepat ini berasal dari konservasi momentum sudut. Lebih lanjut, Jodrell Bank Centre for Astrophysics dari University of Manchester memaparkan laporannya, yakni ketika bintang besar kolaps menjadi ukuran kecil, kecepatan putarannya meningkat drastis—mirip dengan penari es yang mempercepat putarannya dengan menarik tangan ke dalam. Proses ini menghasilkan denyut elektromagnetik reguler yang disebut "pulsar" yang bisa terdeteksi dari Bumi.
Bayangkan bintang seukuran Jakarta yang berputar ratusan kali per detik, memancarkan sinyal radio seperti mercusuar kosmis. Ini adalah salah satu objek paling ekstrem yang diketahui manusia—padat, cepat, dan misterius.
3. Hujan berlian di planet gas raksasa

Di Bumi, berlian adalah simbol kemewahan. Di Jupiter dan Saturnus, berlian hanyalah bagian dari cuaca. Dilansir dari BBC Future (2013) bahwa badai petir ekstrem di atmosfer dua planet gas ini dapat mengubah metana menjadi karbon, lalu menjadi grafit, dan akhirnya menjadi berlian saat jatuh ke kedalaman atmosfer.
Berlian yang jatuh ini diperkirakan bisa sebesar kerikil hingga beberapa sentimeter. Tekanan tinggi dan suhu ekstrem membuat formasi ini mungkin, meskipun tentu saja, berlian itu langsung mencair sebelum mencapai inti planet. Jadi jangan bayangkan tambang berlian mengapung di angkasa.
Fenomena ini menunjukkan bahwa semesta bukan hanya tempat yang eksotis, tetapi juga penuh ironi. Yang mahal di Bumi mungkin hanya fenomena cuaca biasa di planet lain.
4. Sunset di Mars bukan merah, tapi biru

Jika kamu ingin melihat matahari terbenam biru, pergilah ke Mars. Di sana, cahaya merah dan oranye disebarkan ke luar oleh partikel debu halus, sementara cahaya biru tetap dekat dengan garis pandang, membuat langit sekitar Matahari terlihat biru saat terbenam. NASA SVS menangkap fenomena ini dalam misi rover Curiosity tahun 2015.
Fenomena ini adalah kebalikan dari yang terjadi di Bumi. Di atmosfer kita, cahaya biru disebar luas oleh molekul udara, sehingga langit tampak biru dan sunset tampak merah. Di Mars, karena komposisi atmosfer yang lebih tipis dan penuh debu, efek sebaliknya terjadi.
Kenyataan ini tak hanya membingungkan imajinasi manusia, tetapi juga memperlihatkan betapa kontekstualnya warna dan cahaya di alam semesta. Matahari yang sama, langit yang berbeda.
5. Angin supersonik di Neptunus

Neptunus, planet biru paling jauh dari Matahari, ternyata punya angin tercepat di tata surya. Menurut laman artikel sains Revolutionized (2024), kecepatan anginnya bahkan bisa mencapai 2.100 km/jam—jauh melampaui kecepatan suara.
Yang membingungkan ilmuwan adalah bagaimana planet yang menerima sedikit sekali energi dari Matahari bisa menghasilkan angin sekuat itu. Teori sementara dari NASA Science menyebutkan bahwa panas internal dari inti Neptunus mendorong sirkulasi atmosfer yang sangat dinamis.
Fakta ini membuktikan bahwa jarak dari Matahari bukanlah satu-satunya penentu energi dan dinamika atmosfer. Ada rahasia dalam perut planet-planet jauh yang belum sepenuhnya kita mengerti.
Pemaparan di atas semuanya adalah sebatas pengingat bahwa alam semesta bukan hanya luas, tapi juga asing dan penuh teka-teki. Apa yang kita anggap aneh di Bumi bisa jadi normal di planet lain, dan sebaliknya. Dunia sains terus bekerja keras mengungkap misteri ini, tapi satu hal yang pasti: antariksa tidak pernah kehabisan kejutan.
Jika kamu merasa sudah tahu segalanya tentang luar angkasa, mungkin semesta baru saja menyembunyikan satu rahasia baru di balik galaksi terdekat. Karena, seperti kata Carl Sagan, astronom kondang dari AS, “Somewhere, something incredible is waiting to be known.”