Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Eupholus Schoenherri, Permata Biru Dunia Serangga dari Papua

Eupholus schoenherrii
eupholus schoenherrii (inaturalist.org/Gary Nunn)
Intinya sih...
  • Warna biru Eupholus schoenherri berasal dari struktur mikroskopis, bukan pigmen kimia seperti cat atau tinta.
  • Kumbang ini asli dari hutan tropis Papua dan sekitarnya, hidup di daerah lembap dengan vegetasi rimbun.
  • Tubuhnya dilindungi lapisan eksoskeleton keras dan licin, berperan sebagai bentuk perlindungan dan peringatan bagi predator.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Siapa bilang keindahan hanya milik burung atau kupu-kupu? Dari hutan Papua yang lembap dan penuh misteri, muncul seekor kumbang yang warnanya begitu mencolok: Eupholus schoenherri. Serangga ini dikenal karena tubuhnya yang berkilau biru metalik seperti batu pertama, membuat banyak peneliti dan fotografer alam jatuh cinta pada pesonanya.

Tak hanya indah, kumbang ini juga menyimpan berbagai keunikan biologis yang membuatnya istimewa di dunia entomologi. Dari warna tubuhnya yang bukan berasal dari pigmen hingga kemampuannya beradaptasi di lingkungan tropis yang keras, setiap detail tentang Eupholus schoenherri adalah perpaduan antara seni dan sains. Yuk, simak 5 faktanya yang bikin takjub!

1. Warnanya bukan dari pigmen, tapi dari struktur mikroskopis

Eupholus schoenherrii
eupholus schoenherrii (inaturalist.org/fajardarwis)

Keindahan biru pada tubuh Eupholus schoenherri bukanlah hasil pigmen kimia seperti cat atau tinta. Science Advances menyebutkan bahwa warna itu muncul karena fenomena yang disebut structural coloration, di mana cahaya terpantul dari lapisan mikroskopis pada sisik tubuhnya. Efek ini mirip dengan kilau pada sayap kupu-kupu Morpho atau bulu burung merak.

Ilmuwan menemukan bahwa struktur ini tidak hanya menciptakan warna cerah, tetapi juga membantu serangga tetap dingin dengan memantulkan cahaya matahari berlebih. Kombinasi antara keindahan dan fungsi inilah yang membuat kumbang ini jadi ciptaan alam yang efisien. Tak heran kalau para desainer material biomimetik menjadikannya inspirasi untuk cat ramah lingkungan dan tekstil reflektif.

2. Asli dari hutan tropis Papua dan sekitarnya

Eupholus schoenherrii
eupholus schoenherrii (inaturalist.org/Sabine Templeton)

Eupholus schoenherri berasal dari hutan dataran rendah Papua dan beberapa pulau di sekitarnya, termasuk bagian Papua Nugini. Ia hidup di daerah yang lembap dengan vegetasi rimbun dan suhu hangat sepanjang tahun. Kondisi ini membuatnya ideal untuk berkembang biak dan mempertahankan warna tubuh yang memukau.

Kumbang ini biasanya ditemukan di batang atau daun tanaman merambat, terutama yang menjadi sumber makanannya. Karena warna tubuhnya yang terang, ia terlihat menonjol di antara hijau dedaunan, seolah menjadi permata hidup di tengah hutan. Sayangnya, keindahan itu juga membuatnya sering diburu untuk koleksi serangga eksotis.

3. Tubuhnya terlindungi lapisan keras dan licin

Eupholus schoenherrii
eupholus schoenherrii (inaturalist.org/John Sterling)

Selain warnanya yang memukau, tubuh Eupholus schoenherri dilapisi eksoskeleton keras dengan permukaan licin seperti lilin. Mengutip Journal of Experimental Biology, lapisan ini berfungsi melindungi dari serangan predator dan mencegah kehilangan kelembapan di udara tropis. Warna birunya juga berperan sebagai bentuk aposematic signal, alias peringatan bahwa ia mungkin tidak enak dimakan.

Beberapa peneliti menduga lapisan lilin tersebut mengandung zat kimia yang membuatnya tidak disukai burung pemangsa. Jadi, di balik penampilan glamornya, kumbang ini sebenarnya punya sistem pertahanan alami yang efektif. Ini contoh sempurna bagaimana keindahan bisa jadi bentuk perlindungan.

4. Termasuk kumbang pemakan tumbuhan, tapi bukan hama

Eupholus schoenherrii
eupholus schoenherrii (inaturalist.org/Jonathan Newman)

Berbeda dari kesan kumbang yang sering merusak tanaman, Eupholus schoenherri justru tergolong pemakan daun tanpa menimbulkan kerusakan besar. ResearchGate menyebutkan bahwa ia lebih suka memakan bagian lunak tanaman liar di hutan, bukan tanaman budidaya manusia. Karena itu, keberadaannya tidak dianggap sebagai ancaman bagi pertanian.

Kumbang ini aktif di siang hari dan sering berpindah dari satu daun ke daun lain untuk mencari makan. Perilaku ini juga membuatnya mudah terlihat oleh pengamat serangga. Walau tampak lembut, rahangnya cukup kuat untuk memotong daun tebal, menunjukkan bahwa di balik keindahan, ia tetap serangga tangguh.

5. Spesies yang dilindungi dan langka di alam liar

Eupholus schoenherrii
eupholus schoenherrii (inaturalist.org/Кирилл)

Karena warna tubuhnya yang menawan, Eupholus schoenherri sering menjadi target kolektor serangga. Akibatnya, populasinya di alam liar mulai menurun dan kini masuk dalam daftar spesies yang perlu diawasi. Beberapa wilayah Papua bahkan sudah melarang perdagangan serangga eksotis ini tanpa izin resmi.

Upaya konservasi dilakukan dengan mengatur perburuan dan mendorong penangkaran etis di laboratorium. Dengan cara ini, keindahan mereka bisa dinikmati tanpa merusak keseimbangan alam. Perlindungan ini penting, karena sekali ekosistem hutan Papua terganggu, spesies-spesies indah seperti Eupholus schoenherri bisa lenyap selamanya.

Eupholus schoenherri bukan sekadar kumbang cantik—ia adalah simbol betapa luar biasanya kreativitas alam. Dari struktur warna mikroskopisnya hingga kemampuannya beradaptasi di lingkungan tropis, setiap detailnya mengajarkan kita bahwa keindahan sering kali punya fungsi yang lebih dalam. Jadi, saat melihat serangga kecil di alam, ingatlah: di balik kaki enamnya, ada kisah luar biasa yang menunggu ditemukan

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Science

See More

Mengapa Marsupial Menyimpan Anaknya di Dalam Kantong?

11 Nov 2025, 07:15 WIBScience