5 Fakta Hawai'i 'Akepa, Burung Endemik Hawaii yang Kini Terancam Punah

Pulau Hawaii menyimpan banyak keanekaragaman hayati, seperti halnya spesies burung yang beragam. Salah satu burung endemik yang ditemukan di pulau ini adalah burung Hawai'i 'akepa (Loxops coccineus). Burung ini masuk ke dalam keluarga Hawaiian honeycreeper (Fringilidae) yang hanya ditemukan di Pulau Hawaii.
Habitat hutan yang kian rusak membuat burung ini berada dalam bahaya. Hawai’i 'akepa saat ini hanya tinggal satu spesies saja, meskipun dulu memiliki beberapa subpsesies, seperti Loxops coccineus ochraceus yang berada di Maui dan Loxops coccineus rufus yang berada di O’ahu. Namun, keberadaan dua subpesies ini sekarang dianggap telah punah. Habitatnya yang terbatas membuat burung ini menarik untuk diulik lebih dalam faktanya. Yuk, simak lima fakta menarik Hawai’i 'akepa, si burung endemik Hawaii yang terancam punah di artikel ini!
1. Punya ciri khas bulu berwarna jingga dan paruh asimetris

Dilansir Animal Diversity Web, Hawai’i 'akepa memiliki ciri berupa tubuh berwarna jingga cerah dengan sayap dan ekor cokelat pada burung jantan. Sedangkan betinanya memiliki warna abu kehijauan dengan pita kuning di dadanya. Burung ini memiliki panjang tubuh sekitar 10 hingga 13 cm, lebar sayap 59 hingga 69 mm, dan berat tubuh tergolong ringan hanya 10 hingga 12 gram. Karakter khas dari burung ini adalah paruh bawahnya yang bengkok ke satu sisi, bisa ke kiri atau ke kanan. Hal ini membuat ujung paruh atas dan bawahnya tidak sejajar yang menjadi adaptasi khusus untuk membantu dalam mencari makanan.
2. Hanya bersarang di lubang alami pohon 'ohi'a dan koa

Fakta menarik lainnya dari burung Hawai’i 'akepa adalah kebiasaan bersarangnya yang hanya ditemui di lubang-lubang alami pohon ‘ōhi‘a (Metrosideros collina) dan koa (Acacia koa). Dilansir Department of Land and Natural Resources, Hawai’i 'akepa betina akan membuat sarang dan mengerami telurnya, sedangkan jantan bertugas untuk memberi makan betina. Setelah anak-anak mereka menetas, kedua induk ini akan memberi makan anaknya hingga anaknya bisa terbang dan hidup mandiri, sekitar dua hingga tiga bulan.
3. Hanya ditemukan di daerah dengan ketinggian di atas 1.300 meter

Burung Hawai’i 'akepa hanya bisa ditemukan di daerah dengan ketinggian di atas 1.300 meter. Kepadatan populasinya bergantung pada jumlah lubang alami yang tersedia untuk bersarang. Burung ini ditemukan dalam kepadatan tinggi di kawaan Pua ‘Ākala di Hakalau Forest National Wildlife Refuge yang memiliki banyak pohon besar. Hal lain yang menjadikan Hawai’i 'akepa hanya ditemukan di ketinggian di atas 1.300 meter adalah karena burung ini rentan terhadap penyakit yang ditularkan nyamuk, seperti malaria apabila berada di ketinggian di bawah 1.300 meter.
4. Bukan burung teritorial dan sering dijumpai dalam kawanan campuran antar spesies burung lainnya

Burung Hawai’i 'akepa jantan hanya bertingkah agresif ketika musim pra-kawin saat mereka berkompetisi antar sesamanya. Namun, setelah musim kawin, burung ini sering dijumpai dalam kawanan campuran antar spesies burung lain, seperti burung Hawai’ian creepers (Oreomystis mana), amakihis (Hemignathus), dan akiapoloa'aus (Hemignathus munroi). Hawai’i akepa sendiri sering menjadi kejaran para burung agresif dan teritorial, seperti i'iwis (Vestiaria coccinea), apapanes (Himatione sanguinea), dan Hawai'i amakihis (Hemignathus virens).
5. Menjadi spesies burung yang kini terancam punah

Habitat burung Hawai’i 'akepa saat ini telah banyak mengalami kerusakan. Hal ini bisa disebabkan oleh aktivitas hewan liar seperti babi hutan dan predator seperti tikus. Selain itu, terjadinya degradasi habitat juga menjadi ancaman utama bagi kelangsungan hidup burung ini. Aktivitas penebangan hutan membuat habitat Hawai’i 'akepa menjadi terfragmentasi. Hutan yang terfragmentasi membuat pohon-pohon menjadi lebih rentan untuk tumbang. Laju pertumbuhan pohon ‘ōhi‘a yang lambat juga membuat ketersediaan habitat untuk akepa menjadi lebih sulit.
Saat ini, burung Hawai’i 'akepa merupakan salah satu spesies terancam punah menurut IUCN Red List. Ancaman terbesar bagi burung ini adalah hancurnya habitat akibat penebangan pohon dan pembukaan lahan. Selain itu, predasi oleh predator dan penurunan jumlah pohon ‘ōhi‘a menjadikan populasi burung ini semakin menurun.