Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Negara Yordania, Negara Padang Pasir yang Modern

potret Amman (commons.wikimedia.org/Zairon)
Intinya sih...
  • Amman, ibukota tertua yang terus dihuni dengan harmoni budaya lama dan baru
  • Petra, kota batu yang hilang namun kini menjadi destinasi pariwisata dunia
  • Yordania sebagai pionir teknologi air di Timur Tengah dan peran aktif perempuan dalam transformasi sosial

Di tengah padang pasir Timur Tengah yang terik dan tandus, Yordania hadir sebagai negara yang gak cuma menyimpan keindahan alam, tapi juga kekayaan budaya dan sejarah yang memukau. Negara kecil yang berbatasan dengan Israel, Suriah, Irak, dan Arab Saudi ini dikenal karena kestabilan politiknya yang mencolok dibanding tetangga sekitarnya, meskipun berada di wilayah yang penuh konflik. Yordania punya daya tarik unik yaitu modernitas yang tumbuh berdampingan dengan warisan kuno yang tetap terjaga. Dari reruntuhan Petra yang megah sampai kehidupan kota Amman yang dinamis, semuanya terasa hidup dan penuh cerita.

Walau terletak di wilayah kering dan minim sumber daya alam, Yordania justru menunjukkan ketahanan dan kreativitas luar biasa. Di balik penampilannya yang keras dan berdebu, Yordania berkembang menjadi negara dengan sektor pariwisata, pendidikan, dan teknologi yang tumbuh stabil. Negara ini juga dikenal dengan sistem sosial yang inklusif dan peran perempuan yang makin aktif. Berikut lima fakta menarik dan berbobot tentang Yordania, negara padang pasir yang ternyata sangat modern.

1. Ibukotanya, Amman, jadi salah satu kota tertua yang terus dihuni

potret Amman (commons.wikimedia.org/Zairon)

Amman, ibukota Yordania, bukan sekadar kota besar di Timur Tengah. Kota ini punya sejarah panjang yang luar biasa, karena merupakan salah satu kota tertua di dunia yang masih aktif dihuni hingga kini. Sejarahnya bisa ditelusuri sejak zaman Neolitikum, bahkan disebut sebagai Rabbath Ammon dalam teks kuno. Sekarang, Amman berkembang pesat sebagai pusat bisnis, budaya, dan pendidikan modern, dengan infrastruktur perkotaan yang terus diperbarui.

Menurut UNESCO, Amman kini jadi rumah bagi lebih dari 4 juta jiwa yang hidup berdampingan dalam harmoni antara budaya lama dan baru. Di satu sisi, ada Citadel dan Roman Theater yang berdiri megah, dan di sisi lain, ada mal besar, kafe kekinian, hingga startup teknologi yang meramaikan sektor ekonomi digital. Kota ini jadi bukti bahwa modernitas gak harus menyingkirkan sejarah, tapi bisa hidup berdampingan secara elegan dan fungsional.

2. Petra, warisan dunia yang diakui UNESCO dan disebut sebagai kota yang hilang

potret Petra (commons.wikimedia.org/Diego Delso)

Petra adalah ikon pariwisata Yordania yang mendunia. Kota batu ini dikenal sebagai “The Lost City” karena pernah hilang dari peta sejarah dunia selama berabad-abad sebelum ditemukan kembali oleh penjelajah Swiss, Johann Ludwig Burckhardt pada tahun 1812. Petra dibangun oleh bangsa Nabatean sekitar abad ke-4 SM dan diukir langsung dari tebing batu pasir merah yang megah. Arsitekturnya yang rumit, seperti Al-Khazneh dan Ad-Deir, menunjukkan betapa majunya peradaban kuno ini dalam bidang teknik dan seni bangunan.

Sejak diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada 1985, Petra makin populer sebagai destinasi wajib bagi wisatawan dunia. Dilansir dari National Geographic, tempat ini bahkan masuk dalam daftar Tujuh Keajaiban Dunia Baru. Meski letaknya terpencil dan butuh perjalanan panjang, daya tarik Petra tetap kuat karena keajaiban alam dan sejarah yang membungkusnya dalam atmosfer mistis. Petra juga jadi simbol bahwa Yordania punya potensi pariwisata kelas dunia yang gak kalah dari negara lain.

3. Meski kekurangan air, Yordania jadi pionir teknologi air di Timur Tengah

potret teknologi reverse osmosis (commons.wikimedia.org/Frank Vincentz)

Yordania termasuk salah satu negara dengan krisis air paling parah di dunia. Menurut World Bank, rata-rata pasokan air per kapita di Yordania hanya sekitar 100 meter kubik per tahun, jauh di bawah batas krisis air global sebesar 500 meter kubik. Tapi dari keterbatasan ini, muncul inovasi luar biasa. Yordania mengembangkan teknologi desalinasi, pengolahan air limbah, dan sistem irigasi presisi untuk bertahan di tengah kekeringan.

Proyek Red Sea–Dead Sea Water Conveyance jadi salah satu contoh ambisi Yordania untuk mengamankan sumber airnya. Proyek ini bertujuan mengalirkan air dari Laut Merah ke Laut Mati sekaligus menghasilkan air bersih melalui teknologi reverse osmosis. Inovasi seperti ini menunjukkan bahwa keterbatasan bukan alasan untuk stagnan, dan Yordania membuktikan diri sebagai pionir dalam urusan adaptasi lingkungan.

4. Perempuan Yordania semakin berdaya di tengah budaya patriarkis

potret Ratu Rania dari Yordania (commons.wikimedia.org/Jordanian Royal Hashemite Court)

Di tengah kultur konservatif Timur Tengah, peran perempuan di Yordania terus berkembang. Meskipun tantangan masih besar, perempuan Yordania kini makin aktif di sektor pendidikan, pemerintahan, hingga bisnis. Dilansir dari UN Women Jordan, tingkat partisipasi perempuan dalam pendidikan tinggi di Yordania bahkan melebihi laki-laki dalam beberapa bidang studi, khususnya di universitas-universitas terkemuka seperti University of Jordan.

Secara politik, Yordania juga mengalami kemajuan meski perlahan. Saat ini ada kuota parlemen khusus untuk perempuan, dan tokoh-tokoh perempuan mulai mendapatkan posisi penting di lembaga pemerintahan dan organisasi sipil. Kemajuan ini gak lepas dari peran Ratu Rania Al-Abdullah, sosok karismatik yang aktif mendorong pendidikan, hak perempuan, dan reformasi sosial di negaranya. Perempuan Yordania kini menjadi simbol transformasi sosial yang terus bergerak maju.

5. Stabilitas politiknya jadi magnet di kawasan yang bergolak

potret King Abdullah II saat berpidato di parlemen Eropa (commons.wikimedia.org/European Parliament)

Yordania dikenal sebagai negara yang relatif stabil secara politik, sebuah pencapaian besar mengingat letaknya yang dikelilingi negara-negara dengan konflik berkepanjangan. Sejak berdirinya pada 1946, Yordania dikelola oleh monarki Hashemite yang dinilai berhasil menjaga keseimbangan antara kekuasaan tradisional dan modernisasi. Dilansir dari EBSCO, Raja Abdullah II memainkan peran sentral dalam menjaga hubungan diplomatik yang seimbang dengan Barat, negara-negara Arab, dan Israel.

Stabilitas ini menjadikan Yordania tempat berlindung bagi jutaan pengungsi, termasuk dari Palestina, Suriah, dan Irak. Meski menampung beban sosial dan ekonomi yang besar, pemerintah Yordania tetap mempertahankan reputasinya sebagai negara yang aman dan ramah bagi semua. Di saat kawasan sekitarnya mengalami ketegangan, Yordania justru tampil sebagai mediator dan mitra diplomatik yang dipercaya dunia internasional. Hal ini sekaligus memperkuat citranya sebagai negara padang pasir yang modern dan beradab.

Yordania adalah contoh nyata bahwa negara kecil di kawasan penuh gejolak bisa tumbuh jadi pusat stabilitas, inovasi, dan modernitas. Meskipun hidup berdampingan dengan keterbatasan alam dan tantangan sosial, Yordania membuktikan bahwa semangat adaptif dan visi ke depan bisa membawa dampak besar. Dari warisan kuno sampai terobosan modern, negara ini berhasil memadukan masa lalu dan masa depan dalam harmoni yang menginspirasi.

Kalau suka eksplor hal-hal baru tentang negara-negara di dunia, Yordania bisa jadi referensi seru yang gak biasa. Di balik gurun yang kering, negara ini menyimpan dinamika hidup yang terus bergerak maju.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us