Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Unik Liechtenstein, Kerajaan Mungil dengan Sistem Unik

Vaduz Liechtenstein (unsplash.com/Henrique Ferreira)
Intinya sih...
  • Liechtenstein, negara mungil dengan monarki unik
  • Pangeran memiliki kekuasaan politik besar dan nyata, serta negara tanpa angkatan bersenjata
  • Ekonomi fokus pada sektor finansial, manufaktur presisi, dan industri teknologi tinggi

Tersembunyi di antara pegunungan Alpen, terdapat sebuah negara mungil yang mungkin jarang Anda dengar namanya dalam perbincangan sehari-hari. Liechtenstein, dengan luas wilayah hanya 160 km persegi lebih kecil dari Kota Jakarta, adalah sebuah kerajaan yang memiliki sistem pemerintahan sangat unik dan menarik. Meskipun berpenduduk hanya sekitar 39 ribu jiwa, negara ini memiliki PDB per kapita tertinggi keempat di dunia dan memiliki banyak keunikan yang jarang ditemui di negara lain. Mari kita menjelajahi keunikan negara mungil namun makmur ini yang tersembunyi di jantung Eropa.

1. Pangeran dengan kekuasaan nyata

Pangeran Hans-Adam II dan putranya Alois (dok.fuerstenhaus.li)

Berbeda dengan kebanyakan monarki konstitusional modern, Pangeran Liechtenstein memiliki kekuasaan politik yang sangat besar dan nyata. Pangeran Hans Adam II, yang sekarang telah mendelegasikan sebagian besar kekuasaannya kepada putranya, Alois, memiliki hak veto terhadap undang-undang, dapat membubarkan parlemen, dan bahkan menunjuk hakim. Pada 2003, melalui referendum, warga Liechtenstein justru memberikan lebih banyak kekuasaan kepada monarki mereka, bukannya menguranginya seperti tren di negara-negara monarki lain.

Pangeran Liechtenstein bahkan pernah mengancam akan pindah ke Austria dan meninggalkan negerinya sendiri jika rakyatnya tidak menyetujui referendum yang memperkuat kekuasaannya. Hal ini menjadikan Liechtenstein sebagai salah satu monarki dengan kekuasaan terkuat di Eropa, namun tetap dijalankan dengan prinsip demokrasi karena keputusan penting tetap melibatkan suara rakyat melalui referendum.

2. Negara tanpa tentara menikmati kedamaian

Kota Vaduz Liechtenstein (unsplash.com/Ondrej Bocek)

Liechtenstein adalah salah satu dari sekitar 20 negara di dunia yang tidak memiliki angkatan bersenjata. Negara ini menghapuskan tentaranya pada tahun 1868 karena alasan biaya. Yang menarik, pada tahun 1866, Liechtenstein mengirim 80 tentara ke Italia untuk menjaga perbatasan Austria, tetapi mereka kembali dengan 81 orang, satu lebih banyak dari yang berangkat karena mereka berteman dengan seorang tentara Italia yang kemudian ikut pulang bersama mereka!

Untuk urusan pertahanan, Liechtenstein mengandalkan kepolisian dengan 125 anggota dan kerja sama dengan negara tetangga, terutama Swiss. Hal ini tidak menjadi masalah karena negara ini telah menikmati kedamaian selama lebih dari 200 tahun dan tidak terlibat perang dunia. Bahkan ketika Perang Dunia II berkecamuk, Liechtenstein tetap netral dan selamat dari konflik.

3. Kekayaan melebihi ukuran wilayahnya

Danau Gänglesee Liechtenstein (unsplash.com/Ondrej Bocek)

Meskipun ukurannya kecil, Liechtenstein adalah salah satu negara terkaya di dunia. Dengan PDB per kapita sekitar $180.000, negara ini berfokus pada sektor finansial, manufaktur presisi, dan industri teknologi tinggi. Hilti, produsen peralatan konstruksi kelas dunia, berasal dari negara kecil ini. Begitu juga dengan Thyssen Krupp Presta, produsen utama sistem kemudi untuk mobil mewah.

Uniknya, jumlah perusahaan di Liechtenstein lebih banyak daripada warganya! Ini karena pajak yang rendah dan stabilitas politik ekonomi menjadikannya surga bagi banyak perusahaan untuk mendaftarkan bisnis mereka di sana. Negara ini sempat masuk daftar hitam sebagai surga pajak, namun sekarang telah mereformasi sistem keuangannya untuk memenuhi standar transparansi internasional.

4. Demokrasi langsung yang benar-benar dijalankan

Balai kota Rathaus Schaan (unsplash.com/ruddy.media)

Sistem politik Liechtenstein menggabungkan elemen monarki konstitusional dengan demokrasi langsung yang kuat. Hanya dengan mengumpulkan 1.000 tanda tangan (sekitar 3% populasi), warga dapat mengajukan referendum untuk mengubah konstitusi.

Referendum diadakan secara teratur untuk berbagai keputusan penting. Pada 2011, misalnya, diadakan referendum tentang legalisasi aborsi, yang akhirnya disetujui oleh mayoritas pemilih. Ini menunjukkan bagaimana sebuah negara kecil dapat menjalankan demokrasi langsung dengan efektif, di mana suara setiap warga benar-benar berpengaruh pada kebijakan nasional.

5. Kebiasaan nasional yang mengundang tawa

view kastil Vaduz (unsplas.com/Henrique Ferreira)

Pada setiap Hari Nasional Liechtenstein (15 Agustus), semua warga negara diundang ke Kastil Vaduz, kediaman resmi Pangeran, untuk menikmati bir dan makanan ringan di kebun kastil. Setelah upacara formal dan pidato, Pangeran dan keluarganya mengadakan pesta kebun untuk seluruh penduduk negara, bayangkan jika presiden mengundang seluruh warga negara ke istananya!

Tradisi unik lainnya adalah Funkensonntag atau Minggu Api Unggun, yang dirayakan pada akhir pekan pertama Prapaskah. Warga membangun menara kayu besar dengan boneka penyihir di puncaknya, kemudian membakarnya pada malam hari untuk mengusir musim dingin. Perayaan ini disertai dengan minuman anggur panas, makanan tradisional, dan kegembiraan bersama.

Dalam dunia yang didominasi oleh negara-negara besar, Liechtenstein membuktikan bahwa ukuran bukanlah penentu kesuksesan atau keunikan sebuah negara. Dengan sistem pemerintahan yang memadukan monarki kuat dan demokrasi langsung, tanpa angkatan bersenjata namun tetap aman, dan ekonomi yang berkembang pesat, negara mungil ini menawarkan model alternatif yang menarik dalam tata kelola negara. Mungkin ada pelajaran berharga yang bisa diambil dari kerajaan kecil yang terletak di antara Swiss dan Austria ini—bahwa terkadang, hal-hal terbaik memang datang dalam kemasan kecil.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us