Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ekonomi Kuartal II Diproyeksi hanya Tumbuh 4,78 Persen, Ini Sebabnya

Media Briefing Bank Permata kuartal I terkait kondisi ekonomi; (IDN Times/Triyan)
Media Briefing Bank Permata kuartal I terkait kondisi ekonomi; (IDN Times/Triyan)
Intinya sih...
  • Pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal II-2025 diperkirakan hanya sebesar 4,78 persen.
  • Konsumsi rumah tangga masih tertahan karena tren PHK di sektor manufaktur padat karya.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II-2025 diperkirakan masih tertahan di bawah level 5 persen, dengan proyeksi pertumbuhan hanya sebesar 4,78 persen. Lemahnya daya dorong konsumsi rumah tangga, dan masih maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) menjadi faktor utama perlambatan tersebut.

Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk (BNLI), Josua Pardede menyampaikan proyeksi tersebut masih terbantu oleh momen mudik dan peningkatan konsumsi usai Lebaran atau awal April. Namun, dampaknya dinilai sangat terbatas. 

"Kuartal II itu masih diperkirakan masih di bawah 5 persen (year on year/yoy) atau  lebih tepatnya di 4,78 persen. Faktor pendorong di kuartal II itu masih (terdorong) sedikit efek dari (Lebaran dan mudik) di awal bulan April, tapi itu masih terbatas," kata Josua dalam acara Permata Institute for Economic Research (PIER), Rabu (14/5/2025).

1. Tren PHK naik sebabkan konsumsi rumah tangga merosot

Dok. Istimewa/IDN Times
Dok. Istimewa/IDN Times

Josua menyoroti tren PHK yang cukup besar di sektor manufaktur padat karya, yang membuat konsumsi rumah tangga belum bisa bangkit, meskipun pemerintah telah menggulirkan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Menurutnya, program MBG berdampak dalam jangka panjang, namun dalam jangka pendek, yang lebih mendesak adalah penciptaan lapangan kerja dalam skala besar.

“Yang lebih penting adalah bagaimana pemerintah menciptakan lapangan pekerjaan.  Karena kondisi saat ini sangat memengaruhi daya beli. Kemudian penjualan otomotif menurun dan orang beralih ke mobil bekas dan pola konsumsi masyarakat juga bergeser ke produk yang lebih murah atau downtrading,” ujarnya.

2. Kelompok kelas menengah harus dijaga agar tidak turun kelas

Ilustrasi transaksi ekonomi. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi transaksi ekonomi. (IDN Times/Aditya Pratama)

Menurutnya, pemerintah harus menjaga agar kelompok kelas menengah tidak turun status ekonominya, mengingat kelompok ini tidak menerima bantuan sosial, namun tetap rentan terdampak tekanan ekonomi. Oleh karena itu, stabilisasi harga menjadi kunci penting dalam menjaga tingkat konsumsi kelompok tersebut.

“Kelompok masyarakat yang tidak mendapatkan bantuan sosial justru perlu dijaga daya belinya melalui kestabilan harga pelayanan publik, transportasi, dan terutama harga pangan,” ujar Josua.

Ia mengungkapkan, kekhawatiran atas terus menurunnya kinerja industri padat karya, yang selama ini menjadi salah satu penyumbang tenaga kerja terbesar. Jika tren pelemahan di sektor ini berlanjut, konsumsi rumah tangga dipastikan akan semakin tertekan.

“Kalau kinerja industri padat karya terus menurun, maka konsumsi pun akan semakin memburuk. Kita perlu upaya serius untuk membatasi penurunan ini,” ucapnya.

3. Penghematan belanja infrastruktur berdampak ke ekonomi

Ilustrasi penurunan kinerja bisnis. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi penurunan kinerja bisnis. (IDN Times/Aditya Pratama)

Josua juga mengkritisi kebijakan efisiensi anggaran, khususnya pada belanja infrastruktur, yang dinilainya dapat berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari mulai melambatnya investasi, terutama di sektor bangunan.

“Kami melihat investasi, terutama di sektor bangunan, mulai melambat, padahal sektor ini merupakan salah satu penggerak utama ekonomi. Ini menunjukka kebijakan pemangkasan anggaran perlu dievaluasi. Tidak semua anggaran harus dialihkan ke program Makan Bergizi Gratis (MBG). Pemerintah harus lebih bijak melihat kondisi saat ini, apalagi di tengah maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK),” tuturnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi bangunan tercatat hanya sebesar 2,12 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal I-2025. Capaian tersebut merupakan yang terendah sejak kuartal I-2023, ketika PMTB hanya tumbuh 1,53 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan kuartal I-2024 yang mencapai 3,78 persen.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us