- Nikel: Rp42 triliun
- Tembaga: Rp21,2 triliun
- Bauksit: Rp15,6 triliun
- Besi baja: Rp9,5 triliun
- Timah: Rp1,5 triliun
- Komoditas lainnya (seperti pasir silika, emas, perak, kobalt, mangan, batubara, aspal buton, logam tanah jarang): Rp8 triliun
Hilirisasi Mulai Berdampak Nyata, Investasinya Tembus Rp150,6 Triliun

- Sektor mineral dominasi investasi hilirisasi.
- Investasi di sektor mineral tembus Rp97,8 triliun.
- Hilirisasi harus memiliki nilai tambah.
Jakarta, IDN Times – Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan P Roeslani menyampaikan kebijakan hilirisasi yang digenjot pemerintah mulai menunjukkan hasil konkret, salah satunya terlihat dari peningkatan signifikan investasi di sektor tersebut.
Adapun total investasi di sektor hilirisasi mencapai Rp150,6 triliun. Jumlah tersebut setara 30,6 persen dari total investasi nasional, dan meningkat 64,6 persen secara tahunan (year on year).
"Kalau kita lihat, kontribusinya memang terus meningkat secara bertahap. Ini membuktikan kebijakan hilirisasi yang dijalankan pemerintah berjalan efektif dan memberikan dampak positif terhadap arus investasi," ujar Rosan dalam konferensi pers Capaian Investasi Triwulan III 2025 yang digelar pada Jumat (17/10/2025)
1. Sektor mineral dominasi investasi hilirisasi

Rosan menjelaskan sektor mineral, khususnya nikel, masih menjadi penyumbang terbesar dalam realisasi investasi hilirisasi nasional. Hal ini didorong oleh besarnya cadangan nikel Indonesia, yang mencapai sekitar 42 persen dari total cadangan dunia.
"Alhamdulillah, Indonesia telah memiliki ekosistem yang lengkap, mulai dari tambang nikel hingga produksi baterai kendaraan listrik (EV battery), termasuk fasilitas daur ulang baterai yang sudah tersedia di dalam negeri," paparnya.
2. Investasi di sektor mineral tembus Rp97,8 triliun

Dari total Rp150,6 triliun investasi hilirisasi, sektor mineral menyumbang Rp97,8 triliun, dengan rincian sebagai berikut,
Perkebunan, Kehutanan, dan Energi
Tak hanya mineral, sektor perkebunan dan kehutanan juga mencatat realisasi investasi yang besar, yakni Rp35,9 triliun. Kontribusi terbesar berasal dari:
- Kelapa sawit: Rp21 triliun
- Kayu log: Rp11,7 triliun
- Karet: Rp1,6 triliun
- Komoditas lainnya (seperti pala, kelapa, kakao, dan biofuel): Rp1,6 triliun
Adapun sektor minyak dan gas bumi menyumbang total investasi sebesar Rp15,4 triliun, terdiri dari:
- Minyak bumi: Rp10,4 triliun
- Gas bumi: Rp5 triliun
Sementara itu, untuk sektor perikanan dan kelautan turut mencatat investasi sebesar Rp1,5 triliun, mencakup komoditas seperti garam, ikan tuna, cakalang, tongkol, udang, rumput laut, rajungan, dan tilapia. Di samping itu, pemerintah telah menyiapkan berbagai program hilirisasi untuk sektor ini, bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
"Kita sudah memiliki program bersama KKP, dan insyaAllah bisa mulai berjalan secara penuh di awal tahun depan, tepatnya pada 2026," kata Rosan.
Dengan peningkatan investasi yang signifikan dan ekspansi sektor hilirisasi ke berbagai komoditas, pemerintah optimistis kebijakan hilirisasi akan menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi nasional dalam beberapa tahun ke depan.
3. Hilirisasi harus memiliki nilai tambah

Rosan menegaskan pentingnya mendorong hilirisasi tidak hanya pada pengolahan awal, tetapi hingga tahap akhir guna menghasilkan nilai tambah (value added) yang lebih besar dan memperkuat daya saing industri nasional.
"Program hilirisasi di sektor kelapa sawit dan kehutanan sudah berjalan. Tapi kita ingin terus mendorong ke tahap selanjutnya, karena potensinya sangat besar dan memberikan efek berganda bagi perekonomian nasional," jelasnya.