Jepang Desak AS Hapus Tarif 24 Persen atas Impor

- Jepang mendesak AS untuk mencabut total tarif tambahan atas produk impornya dalam putaran ketiga negosiasi tingkat menteri di Washington.
- Presiden AS Donald Trump mengumumkan dukungan pemerintahannya terhadap kemitraan antara Nippon Steel dan U.S. Steel.
- Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba melakukan pembicaraan telepon selama 45 menit dengan Trump, dan keduanya sepakat untuk mendorong hubungan dagang yang saling menguntungkan melalui negosiasi produktif.
Jakarta, IDN Times – Jepang kembali mendesak Amerika Serikat (AS) mencabut total tarif tambahan atas produk impornya dalam putaran ketiga negosiasi tingkat menteri di Washington, Jumat (23/5/2025). Delegasi Jepang dipimpin Menteri Revitalisasi Ekonomi Ryosei Akazawa dan bertemu dengan dua pejabat utama AS, yakni Menteri Perdagangan Howard Lutnick dan Perwakilan Dagang Jamieson Greer. Namun, Kepala Tim Negosiasi AS sekaligus Menteri Keuangan Scott Bessent tidak hadir dalam pertemuan tersebut.
Dilansir dari Anadolu Agency, Akazawa menyoroti tarif 25 persen atas mobil, tarif dasar 10 persen, dan bea untuk baja serta aluminium yang masih berlaku di bawah rezim tarif timbal balik era Trump. Ia mengatakan bahwa Jepang tetap menolak kebijakan tersebut, termasuk tarif khusus sebesar 14 persen yang menyebabkan total tarif menjadi 24 persen. Meski tarif 24 persen itu tengah ditangguhkan hingga awal Juli, Jepang ingin pencabutan dilakukan secara permanen.
“Kami bisa berdiskusi lebih jujur dan mendalam dibanding putaran sebelumnya,” kata Akazawa, dikutip dari Kyodo News, Minggu (25/5/2025).
Ia menilai perundingan harus dilakukan dengan cepat namun hati-hati, demi melindungi kepentingan nasional dan hasil yang saling menguntungkan.
1. Trump umumkan dukungan atas akuisisi U.S. Steel

Dalam momen yang cukup mencolok, Presiden AS Donald Trump mengumumkan di media sosial bahwa pemerintahannya mendukung kemitraan antara Nippon Steel dan U.S. Steel. Pernyataan itu muncul saat Akazawa tengah mengadakan pertemuan dua jam dengan Greer di Washington.
Meski tak menyebutkan secara langsung bahwa akuisisi menjadi agenda utama pembahasan, Akazawa mengakui bahwa isu keamanan ekonomi, termasuk rantai pasokan, jadi bagian penting dalam diskusi. Rencana akuisisi U.S. Steel oleh Nippon Steel telah lama tertahan, dan dukungan terbuka dari Trump disebut sebagai sinyal kuat bahwa hambatan politik terhadap kesepakatan itu mulai mereda.
Topik lain yang dibahas dalam negosiasi meliputi ekspansi perdagangan, penghapusan hambatan non-tarif, dan kerja sama keamanan ekonomi. Jepang juga membahas kemungkinan investasi strategis di sektor otomotif AS serta proyek-proyek industri bernilai besar.
2. Jepang pertimbangkan kompromi demi kesepakatan cepat

Meskipun posisi resmi Jepang masih menuntut penghapusan total tarif tambahan, beberapa sumber dekat negosiasi menyebut Tokyo mulai mempertimbangkan kompromi. Langkah itu muncul karena Washington bersikeras mempertahankan tarif dasar 10 persen dan tarif sektoral dengan dalih keamanan nasional.
Dalam tren terkini, AS disebut hanya bersedia menegosiasikan tarif khusus per negara, seperti yang terjadi dalam kesepakatan dagang mereka dengan Inggris dan China. Artinya, tuntutan Jepang untuk penghapusan menyeluruh kemungkinan akan menghadapi jalan buntu bila tidak disesuaikan.
Di sisi lain, Akazawa mengatakan bahwa pejabat AS kini semakin mengakui kontribusi besar Jepang terhadap ekonomi Amerika. Hal itu diyakininya akan memberi pengaruh positif pada jalannya perundingan berikutnya, dikutip dari Japan News, Minggu (25/5/2025).
3. Ishiba dan Trump sepakati arah negosiasi jelang G7

Menjelang pertemuan tingkat menteri di Washington, Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba melakukan pembicaraan telepon selama 45 menit dengan Trump. Panggilan tersebut dilakukan atas permintaan Trump, dan keduanya sepakat untuk mendorong hubungan dagang yang saling menguntungkan melalui negosiasi produktif.
Dilansir dari NHK, mereka juga mengutarakan harapan agar bisa bertemu langsung di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 yang akan digelar di Kanada pertengahan Juni. Akazawa menyebut pertemuan antara para pemimpin akan menjadi momen penting untuk mencapai bentuk kesepakatan tertentu.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Jepang Katsunobu Kato juga sempat bertemu Bessent di Kanada awal pekan ini. Pertemuan itu membahas isu mata uang yang berkaitan dengan struktur tarif, menandakan bahwa pembahasan bilateral kini makin meluas ke berbagai aspek ekonomi.