Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Siapa Pemilik Jeju Air? Sejarah hingga Tragedi di Bandara Muan

Ilustrasi maskapai Jeju Air. (unsplash.com/Clark Gu)
Ilustrasi maskapai Jeju Air. (unsplash.com/Clark Gu)

Jakarta, IDN Times - Maskapai Jeju Air baru saja mengalami tragedi besar yang mengguncang Korea Selatan. Tragedi ini terjadi ketika pesawat mereka tergelincir saat mendarat di Bandara Internasional Muan pada Minggu, 29 Desember 2024, menyebabkan korban jiwa yang mencapai 179 orang. Peristiwa memilukan ini segera menarik perhatian nasional dan internasional, memicu berbagai respons dari pemerintah, otoritas penerbangan, serta masyarakat umum.

Dalam sekejap, tragedi ini tidak hanya menjadi berita utama tetapi juga membawa dampak mendalam bagi keluarga korban, komunitas penerbangan, dan reputasi maskapai. Tragedi di Bandara Muan bukan hanya soal statistik atau laporan teknis, tetapi juga menyangkut kehidupan manusia yang hilang, cerita keluarga yang berduka, dan kebutuhan mendesak untuk introspeksi dalam industri penerbangan.

Di tengah berbagai spekulasi tentang penyebab insiden, Jeju Air berkomitmen untuk bekerja sama dengan pihak berwenang dalam melakukan investigasi menyeluruh. Sementara itu, para pengamat industri menyoroti pentingnya pembaruan regulasi keselamatan serta langkah preventif yang lebih kuat di masa depan.

"Saya menyampaikan permintaan maaf yang sedalam-dalamnya kepada semua korban dan keluarga mereka. Jeju Air telah membentuk tim yang didedikasikan untuk mendukung keluarga korban," ungkapnya dikutip Senin (30/12/2024). 

Lantas, siapa pemilik Jeju Air dan bagaimana sejarah maskapai ini? Yuk, simak pembahasan hal-hal penting tentang Jeju Air.

1. Siapa pemilik Jeju Air?

Ilustrasi pesawat Jeju Air. (Instagram.com/jejuair_official)
Ilustrasi pesawat Jeju Air. (Instagram.com/jejuair_official)

Jeju Air didirikan pada 25 Januari 2005 oleh Aekyung Group, konglomerat Korea Selatan yang sebelumnya lebih dikenal dalam industri ritel dan manufaktur. Sesuai rutenya, nama maskapai ini diambil dari Pulau Jeju dan dituliskan dengan huruf Korea, menurut laman resmi Jeju Air. Baru pada 20 September 2005, maskapai ini mengubah brand dengan huruf Korea menjadi huruf Latin seperti sekarang.

Aekyung Group sendiri didirikan oleh Hyung Suk-Cha pada 1991. Perusahaan ini membuka mall pertamanya di Seoul pada 1993. Aekyung Group  kemudian ditunjuk mengerjakan proyek gerai di Bandara Internasional Incheon pada 2000.

Jeju Air didirikan sebagai usaha patungan, kerja sama pemerintah Provinsi Jeju. Pendiriannya sebagai strategi untuk merespons kebutuhan transportasi udara yang terjangkau di Korea Selatan, terutama untuk rute domestik yang menghubungkan pulau Jeju dengan daratan utama.

2. Perjalanan bisnis Jeju Air

Ilustrasi pesawat Jeju Air. (Instagram.com/jejuair_official)
Ilustrasi pesawat Jeju Air. (Instagram.com/jejuair_official)

Pada saat Jeju Air didirkan, sektor penerbangan Korea Selatan masih didominasi oleh maskapai besar dengan tarif yang relatif tinggi. Jeju Air muncul sebagai inovasi dengan model bisnis maskapai berbiaya rendah (LCC), yang memungkinkan lebih banyak masyarakat menikmati perjalanan udara.

Maskapai ini memperoleh lisensi bisnis pada 25 Agustus 2005 dan memulai operasi komersial pada 5 Juni 2006 dengan rute perdana Jeju-Gimpo. Jeju Air menjadi maskapai penerbangan utama ketiga di negara tersebut setelah Korean Air dan Asiana Airlines.

Jeju Air juga dikenal dengan inovasi pemasaran mereka. Misalnya, mereka meluncurkan berbagai promosi menarik seperti tiket murah pada musim tertentu dan program loyalitas pelanggan. Hingga 2024, Jeju Air berhasil mempertahankan reputasi sebagai maskapai LCC terbaik di Korea Selatan berdasarkan Indeks Kepuasan Pelanggan Nasional (NCSI).

Namun, kesuksesan ini tidak datang tanpa tantangan. Selain persaingan ketat dengan maskapai lain, tragedi seperti kecelakaan di Muan menjadi pengingat bahwa industri penerbangan memerlukan perhatian ekstra pada aspek keselamatan. 

3. Armada dan operasional Jeju Air

Ilustrasi pesawat Jeju Air. (Instagram.com/jejuair_official)
Ilustrasi pesawat Jeju Air. (Instagram.com/jejuair_official)

Pesawat pertama Jeju Air diperoleh pada 2 Mei 2006. Maskapai ini melakukan penerbangan komersial pertamanya, pada rute Jeju-Gimpo, pada 5 Juni 2006. Pada akhir 2006, maskapai ini telah memiliki lima pesawat dan memiliki layanan Holiday Inn Express di Seoul. 

Jeju Air saat ini mengoperasikan 41 pesawat, mayoritas adalah Boeing 737-800, jenis pesawat yang dikenal efisien dan andal untuk rute jarak pendek hingga menengah. Pesawat model ini pertama kali digunakan oleh maskapai pada tahun 2017, dan hingga kini menjadi tulang punggung operasional mereka.

Maskapai ini melayani rute domestik yang mencakup kota-kota besar di Korea Selatan serta berbagai destinasi internasional di Asia, seperti Jepang, Cina, dan Thailand. Popularitas Jeju Air juga didukung oleh strategi harga yang kompetitif dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan penumpang modern.

4. Tragedi di Bandara Muan

Kecelakaan Jeju Air (Screenshot MDC News)
Kecelakaan Jeju Air (Screenshot MDC News)

Kecelakaan pesawat Jeju Air dengan nomor penerbangan 7C2216 terjadi pada Minggu, 29 Desember 2024. Pesawat yang membawa 181 orang, termasuk 175 penumpang dan enam awak, tergelincir saat mendarat di Bandara Internasional Muan. Menurut laporan awal, kondisi cuaca buruk mungkin berkontribusi terhadap insiden ini. 

Kejadian tersebut menyebabkan 179 orang kehilangan nyawa, sementara dua pramugari berhasil selamat meski dengan luka serius. Tim penyelamat segera dikerahkan, namun tantangan besar dihadapi akibat kerusakan parah pada badan pesawat.

Pemerintah Korea Selatan menetapkan tujuh hari berkabung nasional sebagai bentuk penghormatan kepada para korban dan keluarganya. Upaya investigasi sedang berlangsung, dengan melibatkan otoritas lokal, Boeing, dan Badan Nasional Keselamatan Transportasi (NTSB) dari Amerika Serikat untuk memastikan penyebab kecelakaan.

Dalam pernyataannya, CEO Jeju Air, Kim E-Bae, menekankan komitmen perusahaan untuk bekerja sama dengan pihak berwenang dalam investigasi. “Kami tidak dapat menentukan penyebab pasti insiden itu saat ini tetapi harus menunggu hasil penyelidikan pemerintah," ujarnya. "tetapi kami terus berupaya agar peristiwa serupa tidak terjadi di masa depan,” tambahnya. 

Tragedi yang menimpa Jeju Air menjadi pengingat bahwa bahkan maskapai dengan reputasi tinggi sekalipun tidak kebal terhadap risiko operasional. Penting bagi industri penerbangan untuk terus berinovasi dalam aspek keselamatan agar kejadian serupa dapat diminimalkan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us