Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Strategi Bisnis di 2025 Biar Kamu Makin Cuan

Rencana Bisnis (Freepik)
Rencana Bisnis (Freepik)
Intinya sih...
  • Analisis kompetitor dengan metode 4P (Product, Promotion, Price, Place) untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan mereka.
  • Fokus pada kelompok konsumen terkecil yang bisa diraih, lalu tawarkan proposisi unik fungsional dan emosional yang membedakan dari kompetitor.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sebagai pebisnis atau karyawan yang sedang mengembangkan usaha, kita akan selalu mendapatkan kompetisi di pasar. Baik kita yang menjual barang, jasa, dengan merek atau tanpa merek, selalu akan ada kompetitor yang perlu kita kalahkan atau perlu mengambil pangsa pasarnya.

Berikut beberapa tips dan strategi agar kamu makin cuan di 2025!

1. Kenali posisimu

Kompetisi Bisnis (Freepik)
Kompetisi Bisnis (Freepik)

Di industri apa pun yang kalian geluti, coba mulai pelajari siapa saja kompetitormu. Cobalah buat list kompetitormu dan coba analisis menggunakan metode marketing mix atau yang dikenal dengan metode 4P (Product, Promotion, Price, Place). 

Mulai dari produknya terlebih dahulu. Misalnya jika kamu ada di industri makanan ringan seperti keripik, coba kamu lihat siapa kompetitormu, mulai dari yang bermerek atau pun tidak.

Produk apa yang mereka jual? Seperti apa kemasannya? Apakah yang mereka tawarkan dari produknya? Pertanyaan yang paling krusial di sini adalah membandingkan apa yang mereka tawarkan dibandingkan dengan yang kita tawarkan. Dari sini kita akan mengetahui apa kekuatan dan kelemahan masing-masing merek.

Lalu cek apakah mereka melakukan promosi? Promosi di sini bisa berupa potongan harga, iklan yang lewat di media sosial, atau pun unggahan di profil bisnis mereka, yang bisa menarik konsumen untuk membeli. Selain itu, di mana mereka melakukan promosi serta kontennya juga menjadi penting untuk dilihat, agar kita mengetahui siapa yang mereka targetkan untuk membeli produknya.

Harga juga penting untuk dilihat. Di mana posisi kalian dibandingkan kompetitor? Apakah harga mereka berada di atas atau di bawah? Apakah target konsumen yang masing-masing merek targetkan sama? 

Cek juga di mana produk tersebut dijual? Apakah di platform marketplace, atau dijual di toko-toko seperti warung? Selain itu, bagaimana cara mereka menjual produknya di sana? Apakah produk kompetitor punya posisi tempat yang lebih baik dibandingkan dengan produk kita?

Dari keempat hal ini, akan terlihat posisi kita dibandingkan dengan kompetitor. Pada tahap ini, gali informasi sebanyak-banyaknya mengenai kompetitor, dan kemudian mulai tempatkan diri kita sendiri di antara mereka, sehingga terlihat apa yang menjadi keunggulan dan kelemahan kita dibandingkan kompetitor.

2. Mencari market terkecil yang bisa diraih

Target Market (Freepik)
Target Market (Freepik)

Seth Godin dalam bukunya, This is Marketing (2018), memaparkan bahwa bisnis harus punya fokus kepada kelompok konsumen terkecil yang bisa mereka raih. Seringkali dalam bisnis, kita berusaha untuk meraih semua orang.

Kembali ke contoh awal mengenai bisnis keripik. Umumnya, bisnis berusaha untuk memasarkan keripik ke semua orang. Padahal, tidak semua keripik dapat dijual ke semua orang.

Keripik kentang yang sangat pedas misalnya, akan lebih disukai oleh konsumen remaja yang menyukai rasa gurih pedas. Keripik yang sama mungkin tidak akan cocok untuk anak sekolah dasar yang biasanya baru mengenal rasa, atau orang dewasa yang sudah peduli terhadap kesehatan.

Dari sini kita belajar bahwa apa pun yang kita tawarkan, harus menyasar ke sebagian kecil orang, yang akan bereaksi dengan proposisi unik dari kita. Di sinilah bisnis bisa menerapkan analisis kompetitor dengan menggunakan proposisi yang membedakan kita dari kompetitor. Ada dua hal yang bisa kita tawarkan yaitu: fungsional dan emosional.

Pada aspek fungsional, kita bisa menawarkan sedikit perbedaan atau nilai tambah yang membuat kita lebih unggul dari kompetitor. Kita bisa menawarkan produk yang lebih banyak, lebih pedas, rasa lain. Lewat aspek emosional, kita bisa membuat konsumen merasa bahwa produk kita bisa memenuhi apa yang mereka butuhkan secara emosional.

Misalnya jika kita membandingkan keripik yang dijual dengan menuliskan kalori atau dibuat dengan bahan alami, menimbulkan kesan bahwa produk tersebut lebih sehat dan bisa membuat konsumen yang peduli dengan kesehatan lebih tertarik pada produk ini.

Perlu diingat, kita harus mengetahui dulu siapa yang akan disasar oleh bisnis kita, sehingga proposisi secara fungsional mau pun emosional, dapat beresonansi dengan konsumen yang tepat. Selamat mencoba!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us

Latest in Business

See More

Pendapatan Naik, Vale Indonesia Cetak Laba Bersih 3,5 Juta Dolar AS

11 Sep 2025, 14:07 WIBBusiness