Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Wawancara Khusus Ed Husic: Australia Siap Membantu Kapan pun RI Butuh

Menteri Industri dan Ilmu Pengetahuan Australia, Ed Husic (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Jakarta, IDN Times - Hubungan Indonesia dan Australia terus menunjukkan keharmonisan seiring berjalannya waktu. Bukan hanya hubungan antara pemerintah dan pemerintah, melainkan juga antara warga negaranya.

Perkembangan bisnis yang terjadi antara kedua negara dilakukan sejalan dengan peningkatan hubungan antara warga negara Indonesia dan Australia.

Dua hal itu yang setidaknya jadi perhatian atas kunjungan Menteri Industri dan Ilmu Pengetahuan Australia, Ed Husic ke Indonesia beberapa waktu lalu. Husic yang merupakan menteri Islam pertama di Kabinet Pemerintahan Australia tercatat telah melakukan kunjungan sebanyak tiga kali ke Indonesia.

IDN Times pun kemudian mendapatkan kesempatan untuk bisa mewawancarai khusus Ed Husic di Kediaman Dubes Australia, Penny Williams akhir pekan lalu. Berikut ini hasil wawancara IDN Times dan Ed Husic yang membahas lebih detil tentang hubungan antara Indonesia dan Australia.

Sejak Juli 2023, Australia berkomiten memasok lithium ke Indonesia. Bagaimana perkembangan ekspor lithium ke Indonesia sampai saat ini?

Penandatanganan Nota Kesepahaman tentang Pembentukan Mekanisme Bilateral untuk Memajukan Kolaborasi Kendaraan Listrik antara Indonesia dengan Australia, Kamis (23/11/2023). (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Kami sedang melakukan sejumlah hal untuk mencoba dan bekerja sama dengan Indonesia dalam hal tersebut (ekspor lithium). Khususnya pada saat itu, Anda mungkin ingat bahwa Kadin Indonesia menandatangani perjanjian dengan Pemerintah Australia Barat yang dihadiri oleh Deputy Premier Australia Barat. Dia bergabung dengan kami pada saat yang sama ketika presiden Anda berada di Australia pada bulan Juli untuk menandatangani perjanjian tersebut dan memastikan bahwa dengan penemuan baru lithium, kami dapat menemukan cara untuk bekerja sama dengan Indonesia.

Banyak dari perjanjian ini dilakukan secara bisnis ke bisnis, khususnya dengan perusahaan sumber daya kami. Jadi kami sedang berupaya mengembangkan sumber lithium tersebut dengan Indonesia. Kami juga hari ini menandatangani nota kesepahaman yang kami buat untuk membantu kerja sama dengan Indonesia dalam pengembangan EV (electric vehicle/EV) dan baterai EV.

Pada bulan Juli, Presiden Anda dan Perdana Menteri kami membahas hal tersebut pada pertemuan para pemimpin. Beberapa minggu kemudian, saya mengunjungi Indonesia untuk bertemu dengan Pak Luhut untuk menyampaikan kemajuan kita dan hari ini kami menandatangani nota kesepahaman yang ditandatangani bersama dengan Pak Erick (Thohir).

Penandatanganan nota kesepahaman dilakukan untuk mekanisme EV, di mana kita bisa, misalnya untuk membawa bisnis ke dalam bisnis, bekerja sama, melakukan pemetaan rantai pasokan, siapa melakukan apa dan di mana sehingga kita mendapatkan kejelasan yang lebih baik mengenai hal tersebut, penelitian dan pengembangan lebih lanjut antara Asia dan Australia mengenai teknologi baterai, manufaktur pengolahan, yang mana hal ini sangat penting bagi perkembangan EV di Indonesia.

Selain itu juga menyiapkan dialog tahunan antara pemerintah kita untuk melihat bagaimana kita dapat mendorong hal ini lebih jauh. Kami memahami ambisi Indonesia dalam bidang EV, khususnya dalam penyerapan dan kemampuan memproduksi lebih banyak kendaraan listrik. Kami sangat berkomitmen untuk bekerja sama dengan Anda dalam memenuhi ambisi tersebut. Kami memiliki banyak hal yang ingin kami lakukan di Australia dalam pemrosesan dan manufaktur baterai. Kami mempunyai 50 persen mineral penting dunia dan kami hanya memproduksi 1 persen baterai dunia. Kami ingin berbuat lebih banyak.

Apa yang mesti dilakukan Indonesia agar ekosistem kendaraan listrik tetap berkelanjutan dengan memanfaatkan EBT?

Wakil Menteri Luar Negeri RI Pahala Mansury menerima kunjungan Menteri Industri dan Sains Australia, Ed Husic. (dok. Kemlu RI)

Ada beberapa hal yang jelas dilakukan oleh Indonesia untuk menarik pabrikan pembuat mobil. Dalam kunjungan terakhir kali saya ke sini pada bulan Juli, saya mengunjungi pabrik Hyundai yang ada di luar Jakarta. Saya sangat terkesan karena Anda menandatangani MOU dengan Hyundai baru pada tahun 2019 dan sekarang Anda punya fasilitas pembuatan kendaraan listrik di sini. Dari apa yang saya pahami, Indonesia sedang berupaya untuk membuat EV tersebut.

Kami juga tertarik untuk bekerja sama dengan Anda dalam pengembangan teknologi baru, pemrosesan baru, cara-cara baru dalam memproduksi EV. Itulah sebabnya elemen penelitian dan pengembangan dalam MOU (dengan Pak Erick) ini penting.

Lithium jelas merupakan sumber utama teknologi baterai EV saat ini, tetapi ada juga sumber lain yang muncul dalam sodium dan vanadium dan kami memiliki banyak ilmuwan dan peneliti yang bekerja di bidang tersebut untuk dapat memecahkan beberapa teknologi baru dan kami ingin melakukannya, bekerja sama dengan Indonesia dalam hal ini karena ini bukan hanya tentang baterai untuk mobil. Ini baterai untuk rumah, untuk bisnis, untuk keperluan industri dan banyak dari teknologi tersebut tidak memerlukan lithium. Ada teknologi lain seperti vanadium dan teknologi lain yang dapat digunakan yang sedang kami kembangkan di Australia.

Kami ingin bekerja sama dengan Indonesia dalam hal itu dan mengingat penyebarannya di Indonesia, saat ini Anda memiliki peluang besar dibandingkan mengandalkan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara. Energi terbarukan seperti solar (matahari) dan angin mampu menghasilkan tenaga yang bisa ditangkap dan disimpan, kemudian dapat didistribusikan ke luar kota besar, ke desa-desa dan lainnya.

Ini adalah peluang yang sangat bagus untuk Indonesia. Saya selalu berbicara dengan khususnya, beberapa menteri Anda yang lain, saya juga berbicara dengan Pak Pahala hari ini tentang hal ini. Indonesia memiliki peluang untuk menyediakan energi yang lebih murah dan menyimpannya di luar ibu kota Anda serta meningkatkan kualitas hidup dan kami ingin bekerja sama dengan Anda dalam hal tersebut.

Indonesia mengajak produsen nikel untuk membentuk sebuah organisasi. Apakah Australia akan ikut dan bergabung?

Produksi nikel PT Aneka Tambang Tbk (Antam). (dok. Antam)

Saya pikir ini lebih merupakan sesuatu yang terjadi di antara dunia usaha sehingga perusahaan sumber daya kami akan bekerja sama dengan Indonesia. Kami memang melihat peluang kerja sama ekonomi.

Perdana Menteri kami, ketika berada di sini (Indonesia) pada bulan September merilis strategi ekonomi Asia Tenggara yang secara khusus berfokus pada bagaimana kami dapat bekerja sama dengan negara-negara seperti Indonesia, bisnis ke bisnis dan mendorong hal tersebut dan agar Anda tahu, kami dapat melakukan lebih banyak dari hal tersebut, kami sangat tertarik.

Bagaimana cara meningkatkan hubungan antara warga negara Indonesia dan Australia?

Saya pikir bekerja sama dalam mengatasi masalah bersama sangatlah penting. Ini cara yang baik untuk memperdalam hubungan masyarakat Indonesia dan Australia. Kita mempunyai tantangan yang sama, yaitu harus mencapai net zero secepat yang kita bisa dan juga mencari cara untuk bekerja sama dalam hal tersebut guna mengubah sistem energi kita.

Kita mempunyai sistem yang dibangun dari generasi ke generasi dan sekarang kita benar-benar berada dalam satu generasi yang mencoba mengubah sistem energi tersebut. Itu menjadi sebuah tantangan besar. Kita dapat bekerja sama dalam hal ini dan dengan bekerja sama, Anda membangun hubungan antar manusia, hubungan pemerintah ke pemerintah yang lebih baik.

Pemerintah kami sangat berkomitmen untuk meningkatkan hal tersebut. Saat ini, kami sudah menjabat selama 18 bulan dan kami sudah melakukan lebih dari 30 kunjungan menteri ke Indonesia dalam 18 bulan. Kami serius dalam membangun hubungan yang kuat. Saya sudah ke sini (Indonesia) sebanyak tiga kali. Perdana Menteri juga telah ke sini tiga kali, menteri luar negeri empat kali dan juga lainnya. Faktanya, Wakil Perdana Menteri kita baru saja datang ke Indonesia minggu lalu.

Jadi, kami menganggap serius akan hal tersebut. Hubungan antarpemerintah satu hal, bisnis dengan dunia usaha dan antarmanusia sebagai hal lainnya. Saya hanya bisa mengatakan bahwa saya sangat bangga dengan kenyataan bahwa komunitas Australia-Indonesia berkembang pesat di wilayah saya. Saat Idul Fitri saya suka mampir untuk ikut makan dan saya harus mengatakan masakan Indonesia top. Jadi saya sangat menikmati kenyataan bahwa komunitas Indonesia di Australia sedang berkembang.

Berdasarkan pengalaman Australia yang berhasil mengembangkan Canberra menjadi ibu kota, apa yang perlu dioptimalkan untuk mendorong IKN menjadi smart city?

Canberra (pixabay.com/pattyjansen)

Sebenarnya, Canberra adalah contoh di mana masyarakat mengambil keputusan pasti untuk menentukan lokasi ibu kota karena pada saat itu sedang terjadi persaingan antara Sydney dan Melbourne. Apakah salah satu dari kedua kota tersebut yang menjadi ibu kota negara dan keputusan dibuat untuk menjadikan Canberra sebagai ibu kota.

Kami telah belajar banyak sejak saat itu dan kami menawarkan untuk bekerja sama dengan teman-teman Indonesia kami di manapun sehingga kami dapat membantu dalam perencanaan perbaikan peraturan dan untuk memastikan Anda memiliki ibu kota baru yang bersih dan hijau. Hal-hal seperti perencanaan jalan tol, misalnya, kami sedang mengerjakan teknologi ramah lingkungan.

Presiden Anda dan perdana menteri kami telah membicarakan hal ini dan kami sebenarnya merilis rincian beberapa dukungan yang kami berikan pada bulan Juni 2022 ketika pertemuan resmi pertama berlangsung. Jadi kami sangat tertarik untuk menawarkan bantuan apa pun yang diperlukan atau diminta. Jelas sekali bahwa Anda bekerja sangat keras dalam pengembangan ibu kota baru dan kami dengan senang hati membantu di mana pun Anda mau. Kami tidak berusaha memaksakan pandangan kami sama sekali. Kami di sini hanya untuk membantu kapan pun Anda butuh.

Bagaimana minat Australia untuk berinvestasi di IKN Nusantara?

Seperti yang saya katakan, kami menginvestasikan dukungan ke IKN sejak awal yang kami umumkan ketika Perdana Menteri berada di Indonesia pada kunjungan pertamanya pada bulan Juni 22. Kami, seperti yang saya katakan, sedang mengerjakan hal-hal seperti membantu perencanaan dan regulasi untuk membantu dengan cepat sebab sebuah ibu kota sangat memerlukan jalan dan peraturan yang baik.

Jadi dari segi pembangunan, regulasi perencanaan, dan sebagainya itu sudah kami upayakan. Kami berupaya membantu meningkatkan kualitas kota untuk memastikan adanya dampak netral karbon dan negatif karbon dan kami telah bekerja sama dengan pihak berwenang di Indonesia untuk mewujudkan hal tersebut. Jadi, ada beberapa cara yang telah kami lakukan untuk bekerja sama secara finansial dan juga lainnya.

China telah menggeser fundamental ekonominya dari infrastruktur dan basic goods ke teknologi tinggi. Bagaimana pengaruhnya ke industri teknologi Australia dan Indo-Pasifik?

Jembatan Sydney Harbour, Australia (IDN Times/Umi Kalsum

Jadi, saya mempunyai ketertarikan pada isu-isu teknologi selama saya menjadi anggota parlemen. Selama bertahun-tahun saya juga telah menyaksikan China bersandar pada teknologi dan mereka melakukan hal ini khususnya pada tahun 2015/2016. Mereka memiliki ambisi pada hal-hal seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk menjadi pemimpin dunia pada tahun 2030. Saya pikir itu adalah momen ketika mereka menyaksikan bagaimana AI dapat mengalahkan para juara di AlphaGo. Ingat pada saat itu, yang saya maksud adalah permainan yang sangat kompleks dan mereka memiliki sistem AI yang mengalahkan pesaing manusia dan pada saat itulah pemerintah China menyadari 'Oke, kecerdasan buatan adalah hal besar berikutnya.'

Saya juga menyadari bahwa teknologi dapat memberi keunggulan pada perekonomian. Jadi mereka telah banyak berinvestasi dalam hal tersebut selama bertahun-tahun dan negara-negara lain juga mengakui hal ini. Sebelum menjadi menteri, saya pernah mengatakan bahwa kita perlu berinvestasi di bidang teknologi. Sekarang saya menjadi menteri, kami telah merilis strategi kuantum nasional pertama kami. Kami sedang mengerjakan strategi robotika dan otomasi pertama kami. Kami sedang mengembangkan kerangka kerja seputar penggunaan kecerdasan buatan yang aman dan bertanggung jawab dan kami ingin bekerja sama dengan negara lain, dalam hal ini kecerdasan buatan.

Jika dilakukan dengan benar, AI dapat membantu negara-negara dalam banyak hal, seperti pengembangan obat-obatan baru, perbaikan sistem energi, dan cara kerja jasa keuangan. Indonesia dan Australia dapat bekerja sama dalam bidang teknologi adalah hal yang penting dan saya berharap tahun depan dapat menghadirkan kepala ilmuwan kami dan juga kepala ilmuwan dari badan sains nasional kami, CSIRO (Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation) bersama dengan beberapa akademis ilmiah kami ke Indonesia untuk bertemu dengan BRIN dan ilmuwan serta peneliti Anda. Kami menantikan untuk dapat bekerja sama lebih lanjut dalam hal ini.

Namun, fakta bahwa China sangat menekankan pada teknologi sudah dapat ditandingi atau disaingi oleh negara-negara lain. Kita perlu mengajak semua negara untuk berinvestasi secara serius di bidang teknologi jika mereka ingin memiliki peluang pertumbuhan jangka panjang dan peluang kerja bagi rakyatnya. Di sisi lain, hal baiknya tentang negara Anda, ekonomi digital Anda sangat kuat karena populasinya yang sangat muda. Saya melihat Asia bisa menjadi pusat teknologi global. Namun, hal ini membutuhkan lebih dari sekadar kata-kata, dibutuhkan banyak usaha dan kerja sama untuk mewujudkannya.

Bisa diceritakan bagaimana kerja sama antara CSIRO dan BRIN?

Yang bisa kami beri tahukan saat ini bahwa CSIRO dan BRIN tengah bekerja bersama dengan begitu dekat. Kami akan mengumumkan beberapa inisiatif yang akan memperdalam hubungan tersebut. Saya sangat tertarik untuk melihat bagaimana kami dapat meningkatkan keterwakilan kami di Indonesia dari departemen saya dan CSIRO.

Jadi kami sedang mengupayakannya karena kami memang ingin ada kerja sama antara keduanya. Saya memiliki inisiatif lain yang dirancang untuk memperkuat kerja sama ilmiah dan penelitian di ASEAN khususnya yang menjadi prioritas saya dan kami akan melakukan perbaikan-perbaikan tersebut.

Namun, saya pikir ada ruang untuk bekerja sama, universitas-universitas unggulan Australia mempunyai kehadiran yang baik di sini, kami membangunnya. Monash University telah hadir di sini. Baru-baru ini teman saya, Menteri Pendidikan Australia, Jason Claire bertemu dengan Menteri Pendidikan Indonesia, Nadim (Makarim) di Surabaya, di mana Western Sydney University akan membuka kampusnya di Indonesia dan dia juga berkunjung untuk melihat perkembangannya. Ada juga universitas lain yang mulai hadir di Indonesia dan menurut saya hal ini memberi kita peluang lain untuk bekerja sama dalam bidang sains dan penelitian.

Bagaimana perjalanan seorang Ed Husic yang menjadi menteri Islam pertama di Australia?

Menteri Industri dan Ilmu Pengetahuan Australia, Ed Husic (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Ya, orang tua saya berasal dari Bosnia dan saya lahir di Australia. Orang tua saya berasal dari Bosnia dan datang ke Australia pada akhir tahun 60-an. Saya sangat menghormati keputusan orang tua saya untuk meninggalkan belahan bumi lain untuk datang ke Australia dan meninggalkan desa mereka. Satu hal yang saya ketahui bahwa akan lebih mudah bagi mereka untuk tinggal di sana bersama orang-orang yang berbicara dalam bahasa yang sama, memiliki keyakinan dan latar belakang yang sama.

Banyak orang yang pindah ke bagian dunia di mana mereka tidak mempunyai saudara dan untuk mendapatkan teman baru, belajar bahasa baru, dan memulai sebuah keluarga di suatu negara dan itu membutuhkan banyak pengorbanan dari mereka dan saya. Sementara itu, ayah saya sering bepergian. Dia adalah seorang tukang las, pekerja logam. Jadi, dia sering bepergian untuk bekerja. Dia mengerjakan salah satu proyek terbesar kami (Australia), pembangkit listrik tenaga air di pegunungan bersalju.

Dia berada di sana pada akhir proyek tersebut dan bersama para migran lainnya di Australia. Dia mendapat seruan besar mengenai keterampilan migran yang diperlukan untuk membangun negara kita dan itu adalah sebuah peluang besar buat ayah saya.

Kemudian, jelas dibutuhkan sedikit waktu untuk memahami politik yang tidak pernah mudah. Ini adalah profesi yang sangat berat, tetapi saya harus mengatakan, saya sangat bersyukur bahwa dalam satu generasi, negara ini telah memberi saya kesempatan untuk bertugas di parlemen negara, mengingat orang tua saya datang ke Australia dengan membawa sedikit uang.

Saya harus melakukan banyak hal untuk mencapai tujuan mereka dan kemudian saya bisa bertugas di parlemen dan kemudian mendapat kesempatan untuk menjabat sebagai menteri. Bagi saya, ini sangat berarti karena kita mempunyai kesempatan tersebut dan saya pikir parlemen menjadi lebih kuat jika mereka mencerminkan luasnya komunitas yang mereka wakili. Selain itu, menurut saya penting untuk memiliki orang-orang dari latar belakang berbeda di parlemen Anda dan di Australia. Keberagaman di parlemen penting karena hal ini meningkatkan cara pengambilan keputusan dan kualitas keputusan yang dibuat.

Saya terjun ke dunia politik pada awal 2000-an dan saya tidak berhasil. Saya kembali untuk mencalonkan diri segera setelah peristiwa 11 September 2001 dan itu adalah masa yang sulit bagi banyak dari kita (umat muslim) dalam menghadapi dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa itu. Saat itu saya belum berhasil, tapi hanya beberapa tahun, butuh waktu beberapa tahun untuk bisa menggapai kesuksesan di dunia politik.

Saya ingin mempermudah calon minoritas lainnya dan saya sangat bangga bisa mengabdi bersama sesama Muslim di kementerian dari Australia Barat dan juga dari Senator Fatima (Payman) dari Australia Barat. Maka kemudian pintu-pintu itu terbuka dan memanggil orang-orang untuk ikut serta, tapi saya masih berpikir kami punya cara yang lebih besar untuk mencapainya. Saya pikir kami bisa mendapatkan lebih banyak keberagaman di parlemen kami. Namun, ini adalah sebuah perjalanan dan kami sedang menuju ke sana, tetapi jika saya dapat memberi tahu Anda berdasarkan pengalaman pribadi saya, ketika saya tumbuh dewasa, saya tahu bahwa kami jelas-jelas adalah Muslim Bosnia atau pada saat itu berasal dari bekas Yugoslavia. Orang-orang menerima Anda dan tahu bahwa kami merayakan acara yang berbeda.

Kami tidak merayakan Natal, kami merayakan Idul Fitri. Kami memiliki makanan yang berbeda. Kami berasal dari agama yang berbeda dan latar belakang yang berbeda. Maksud saya, 11 September adalah sebuah garis pemisah yang besar, tapi kebanyakan orang, mereka hanya menerima kenyataan bahwa Anda berasal dari latar belakang yang berbeda. Jadi memang perjalanannya sedikit naik turun, tapi saya sangat bersyukur bisa mendapatkan kesempatan untuk mengabdi.

Menjadi yang pertama sering kali menjadi beban, apakah Anda merasakan beban tersebut?

Presiden RI Joko Widodo temui sejumlah investor Australia. (dok. Setpres RI)

Hari ini kami berbicara dengan kelompok yang tergabung dalam program pertukaran Muslim Indonesia-Australia. Saya berkata kepada mereka, pendekatan saya sangat mudah, yakni jangan menjadi kurang dari siapa diri Anda sebenarnya dan jangan membuat diri Anda lebih besar atau jangan membuat diri Anda lebih kecil. Jadilah dirimu sendiri. Saya tahu ini mungkin terdengar sangat sederhana, tetapi bagi saya, ini berhasil.

Saya hanya angkat bicara ketika saya harus angkat bicara dan saya akan terlibat dalam hal-hal yang menurut saya penting dan saya hanya melakukan itu. Saya selalu melihat keyakinan saya adalah sesuatu yang bersifat pribadi dan saya lebih suka sejujurnya, lebih suka merahasiakannya, tapi saya juga menghargai menjadi orang pertama.

Namun bagi saya, senang juga bisa menghabiskan waktu bersama orang-orang yang memiliki keyakinan dan latar belakang yang sama seperti yang saya lakukan hari ini. Senang juga mengetahui bahwa saya mempunyai koneksi melalui keyakinan dengan teman-teman di Indonesia dan ini sangat berarti bagi saya. Secara khusus saya harus sampaikan kepada Anda, sungguh istimewa bagi saya melihat pertumbuhan komunitas Indonesia di daerah kami, di Australia. Indonesia adalah warga terbaik yang begitu ramah dan hangat dan saya sangat ingin melihat pertumbuhan itu terus berlanjut, jadi jika ada lebih banyak orang Indonesia yang ingin tinggal di Australia, tolong beri tahu saya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us