Banyak Pasien COVID-19 Mengalami Gejala Neurologis, Bisa Picu Stroke?

Dialami oleh 4 dari 5 pasien

Fakta-fakta baru tentang COVID-19 terus bermunculan seiring banyaknya penelitian yang dilakukan. Salah satunya temuan terbaru adalah adanya gejala neurologis pada pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit, yang ternyata cukup umum terjadi.

Penelitian tersebut juga menyoroti dampak luas virus SARS-CoV-2 bagi tubuh serta efek jangka panjang yang bisa ditimbulkan setelah berhasil sembuh. Simak penjelasan hubungan antara COVID-19 dan gejala neurologis berikut ini.

1. Gejala neurologis diderita oleh 40 persen pasien COVID-19

Banyak Pasien COVID-19 Mengalami Gejala Neurologis, Bisa Picu Stroke?devadosshospitals.com

Dalam suatu studi di Wuhan, Tiongkok, ditemukan bahwa pasien COVID-19 di sana mengalami gejala neurologis, yaitu sebanyak 36,4 persen dari 214 pasien yang diperiksa. Dikatakan juga bahwa gangguan neurologis lebih umum terjadi pada pasien COVID-19 dengan gejala parah.

Temuan tersebut serupa dengan penelitian lainnya yang dilakukan di Chicago, Amerika Serikat (AS). Penelitian berjudul "Frequent neurologic manifestations and encephalopathy-associated morbidity in Covid-19 patients" yang baru saja terbit di jurnal Annals of Clinical and Translational Neurology pada 5 Oktober lalu menyebutkan, pada 509 pasien COVID-19 yang diperiksa, sebanyak 419 pasien (82,3 persen) mengalami gangguan yang berhubungan dengan sistem saraf.

Sederhananya, 4 dari 5 pasien COVID-19 mengalami gangguan neurologis.

2. Bentuk gejalanya kebanyakan berupa gangguan yang dirasakan di kepala dan masalah saraf

Banyak Pasien COVID-19 Mengalami Gejala Neurologis, Bisa Picu Stroke?jhalak.com

Masih dari jurnal yang sama, gejala neurologis yang ditemukan antara lain:

  • Mialgia atau nyeri otot (44.8 persen)
  • Sakit kepala (37,7 persen)
  • Ensefalopati atau istilah yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan atau malfungsi otak (31,8 persen)
  • Pusing (29,7 persen)
  • Dysgeusia atau kondisi mulut terasa asam, pahit, atau asin seperti tersentuh logam (15,9 persen)
  • Tidak bisa mencium aroma alias anosmia (11,4 persen)

Ada pula gejala seperti serangan stroke, gangguan gerakan motorik dan sensorik, hingga kejang-kejang. Namun risikonya sangat kecil, yaitu berkisar 0,2-1,4 persen saja.

Pada dasarnya, gangguan neurologis adalah gangguan yang menyerang sistem saraf. Menurut keterangan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), penyakit seperti epilepsi dan penyakit Alzheimer bisa menyebabkan gangguan tersebut. Bakteri, virus, parasit, hingga jamur adalah beberapa sumber utama terjadinya masalah ini.

Baca Juga: Disartria, Kesulitan Bicara akibat Gangguan Saraf yang Bikin Cadel  

3. Studi lebih lanjut menyebutkan bahwa efek neurologis ini bisa dirasakan dalam jangka waktu yang lama

Banyak Pasien COVID-19 Mengalami Gejala Neurologis, Bisa Picu Stroke?threevillageneurology.com

Ada sebutan bagi pasien penderita COVID-19 yang tetap merasakan gejala penyakit ini walau sudah sembuh, yaitu long-haulers.

Dalam isu neurologis, para long-haulers ini masih tetap bisa merasakan gangguan saraf meski sudah berbulan-bulan sudah dinyatakan sembuh dari COVID-19. Gejala yang dirasakan berupa demam, lemas, dan brain fog alias kabut otak.

4. Gangguan neurologis sering dialami pasien COVID-19 yang usianya di atas 30 tahun

Banyak Pasien COVID-19 Mengalami Gejala Neurologis, Bisa Picu Stroke?barchester.com

Melansir NBC News, disebutkan bahwa pasien yang mengalami gejala neurologis kebanyakan usianya 30 hingga 40 tahun ke atas. Sebanyak lima pasien di New York, AS, yang berusia di bawah 49 tahun dilaporkan terserang stroke akibat tersumbatnya pembuluh darah utama yang menuju ke otak.

Memang peneliti masih belum mengetahui secara jelas bagaimana COVID-19 dapat menimbulkan gangguan saraf. Namun, Dr. Johanna Fifi, MD, spesialis bedah saraf, neurologi, radiologi, sekaligus direktur associate pusat serebrovaskular di Mount Sinai Health System di New York City, AS, memiliki dugaannya sendiri.

Menurutnya, peradangan pada tubuh akibat infeksi COVID-19 menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah yang menuju otak. Teori lainnya adalah infeksi virus dapat menyebabkan pembekuan darah.

5. Peneliti sedang melakukan studi demi menguak misteri neurologis ini

Banyak Pasien COVID-19 Mengalami Gejala Neurologis, Bisa Picu Stroke?chicagotribune.com

Fenomena gejala neurologis pada banyak pasien COVID-19 ini tentu saja menarik perhatian para pakar kesehatan dan membuat mereka ingin menelitinya lebih mendalam. Salah satunya adalah Dr. E. Wesley Ely dari Vanderbilt University Medical Center, AS, yang melakukan studi pembedahan jaringan otak pasca kematian untuk melihat tanda-tanda infeksi yang ada di otak.

Dr. Ely dan rekan mengamati perubahan abnormal yang terjadi otak akibat COVID-19, seperti kerusakan pada neuron, bagian otak yang tiba-tiba mengecil, ataupun keberadaan protein yang biasanya dihubungkan dengan kondisi demensia dan penyakit Alzheimer.

Walaupun temuannya belum diumumkan, tetapi penelitian ini disebut-sebut bisa menjadi kunci penting untuk mengetahui dampak COVID-19 lebih jauh.

Meskipun penelitian menemukan banyak pasien COVID-19 yang mengalami gejala neurologis, tetap butuh penelitian lebih jauh untuk benar-benar membuktikan serta menguak mekanismenya.

Masih banyak hal yang tidak diketahui tentang COVID-19. Maka dari itu, yang bisa kita lakukan adalah mematuhi protokol kesehatan dan menjaga diri sebaik mungkin dari ancaman penularan.

Pemerintah melalui Satuan Tugas Penanganan COVID-19, menggelar kampanye 3 M : Gunakan Masker, Menghindari Kerumunan atau jaga jarak fisik, dan rajin Mencuci tangan dengan air sabun yang mengalir. Jika protokol kesehatan ini dilakukan dengan disiplin, diharapkan dapat memutus mata rantai penularan virus. Menjalankan gaya hidup 3M, akan melindungi diri sendiri dan orang di sekitar kita. Ikuti informasi penting dan terkini soal COVID-19 di situs covid19.go.id dan IDN Times.

Baca Juga: Apakah Pembengkakan Kelenjar Getah Bening Termasuk Gejala COVID-19?

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya