Skizofrenia pada Perempuan, Apa yang Berbeda?

Ciri skizofrenia bisa berbeda di antara jenis kelamin

Skizofrenia adalah penyakit mental serius yang mengganggu kemampuan seseorang untuk berpikir jernih, mengelola emosi, mengambil keputusan, dan berhubungan dengan orang lain. Ini adalah penyakit medis jangka panjang yang kompleks.

Tidak ada perbedaan dalam kejadian dan prevalensi skizofrenia antara laki-laki dan perempuan, meskipun skizofrenia lebih banyak dikaitkan dengan laki-laki yang lebih muda.

Ini mungkin disebabkan oleh fakta bahwa perempuan lebih mungkin mengalami onset skizofrenia lebih lambat daripada pria. Perempuan cenderung mengalami gejala pada akhir usia 20-an hingga awal 30-an, sedangkan onset pada laki-laki biasanya pada awal usia 20-an. Juga, karena perempuan dengan skizofrenia cenderung lebih aktif secara sosial, skizofrenia mereka mungkin kurang terdeteksi.

1. Penyebab skizofrenia pada perempuan

Skizofrenia pada Perempuan, Apa yang Berbeda?ilustrasi skizofrenia(pexels.com/David Garrison)

Penelitian menunjukkan bahwa skizofrenia mungkin memiliki beberapa kemungkinan penyebab, baik pada perempuan maupun laki-laki. Dilansir National Alliance on Mental Illness, ini dapat meliputi:

  • Genetika: Skizofrenia tidak disebabkan hanya oleh satu variasi genetik, tetapi interaksi yang kompleks antara genetika dan pengaruh lingkungan. Keturunan memang memainkan peran yang kuat. Risiko kamu mengembangkan skizofrenia lebih dari enam kali lebih tinggi jika memiliki kerabat dekat, seperti orang tua atau saudara kandung, dengan gangguan tersebut.
  • Lingkungan: Paparan virus atau malnutrisi sebelum kelahiran, khususnya pada trimester pertama dan kedua, terbukti meningkatkan risiko skizofrenia. Penelitian terbaru juga menunjukkan hubungan antara gangguan autoimun dan perkembangan psikosis.
  • Kimia otak: Masalah dengan bahan kimia otak tertentu, termasuk neurotransmiter yang disebut dopamin dan glutamat, dapat menyebabkan skizofrenia. Neurotransmiter memungkinkan sel-sel otak untuk berkomunikasi satu sama lain. Jaringan neuron kemungkinan juga terlibat.
  • Penggunaan zat: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi obat pengubah pikiran selama masa remaja dan dewasa muda dapat meningkatkan risiko skizofrenia. Makin banyak bukti menunjukkan bahwa merokok ganja meningkatkan risiko insiden psikotik dan risiko pengalaman psikotik yang sedang berlangsung. Makin muda dan makin sering digunakan, makin besar risikonya.

2. Gejala skizofrenia pada perempuan

Skizofrenia pada Perempuan, Apa yang Berbeda?ilustrasi skizofrenia pada laki-laki dan perempuan (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)

Kriteria diagnosis skizofrenia untuk perempuan sama dengan laki-laki, tetapi ciri-ciri skizofrenia berbeda di antara jenis kelamin. Misalnya, perempuan mungkin menunjukkan depresi atau kecemasan yang dapat menempatkan mereka pada risiko bunuh diri yang lebih tinggi, menurut studi dalam Indian Journal of Psychiatry tahun 2015.

Perempuan dengan skizofrenia cenderung memiliki gejala seperti:

  • Emosi yang datar (suara monoton, ekspresi tampak sedang bosan).
  • Respons emosional yang tumpul (tidak bereaksi secara emosional terhadap kabar baik atau buruk).
  • Pengurangan bicara.
  • Penarikan sosial.

Perempuan dengan skizofrenia mungkin lebih aktif secara fisik dan lebih bermusuhan dibandingkan laki-laki dengan penyakit tersebut. Mereka mungkin juga mengalami lebih banyak halusinasi pendengaran serta delusi paranoid dan penganiayaan.

Delusi paranoid terdiri dari pemikiran seperti meyakini pasangannya selingkuh, padahal tidak. Delusi penganiayaan terdiri dari pemikiran seperti merasa diri dianiaya, tetapi sebetulnya tidak ada perlakuan buruk.

Tidak setiap perempuan dengan skizofrenia akan menunjukkan ciri-ciri ini, tetapi tren ini telah dicatat dalam beberapa penelitian berskala besar, menurut laporan dalam jurnal Psychiatry Investigation tahun 2010.

Baca Juga: 5 Jenis Intervensi Psikososial untuk Menangani Skizofrenia

3. Tantangan hidup yang dialami perempuan dengan skizofrenia

Skizofrenia pada Perempuan, Apa yang Berbeda?ilustrasi halusinasi (pexels/cottonbro)

Biasanya, perempuan dengan skizofrenia berfungsi lebih baik secara sosial daripada laki-laki, sering kali karena onset usia yang lebih tua menunjukkan bentuk penyakit mental yang tidak terlalu parah.

Perempuan dengan skizofrenia cenderung mengalami rawat inap yang lebih sedikit dan kunjungan yang lebih singkat selama di rumah sakit dibandingkan dengan laki-laki.

Menurut laporan dalam Journal of Clinical Psychopharmacology tahun 2007, beberapa peneliti percaya bahwa onset yang lebih lambat ini terjadi karena hormon seperti estrogen memiliki efek perlindungan.

Namun, perbedaan usia onset ini tidak terdapat pada semua kelompok etnis. Misalnya, beberapa penelitian di negara India tidak menemukan perbedaan dalam usia rata-rata onset antara laki-laki dan perempuan, merujuk pada laporan dalam jurnal World Psychiatry tahun 2008.

4. Penanganan skizofrenia pada perempuan

Skizofrenia pada Perempuan, Apa yang Berbeda?ilustrasi perempuan skizofrenia yang pergi ke psikiater (pexels.com/ MART PRODUCTION)

Meskipun perawatan untuk penyakit mental biasanya tidak dipisahkan berdasarkan jenis kelamin, tetapi dokter akan membantu sebaik-baiknya dengan mempertimbangkan pengalaman unik mereka tentang skizofrenia serta tantangan unik yang dihadapi.

Karena perempuan memiliki onset penyakit yang lebih lambat dan lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami gejala afektif, dokter harus berhati-hati untuk menyingkirkan penyakit mental lainnya, seperti gangguan skizoafektif atau gangguan bipolar, saat mendiagnosis skizofrenia.

Perawatan untuk perempuan dengan skizofrenia harus mencakup psikoedukasi dan dukungan untuk kebutuhan ibu dengan anak. Obat antipsikotik dapat memengaruhi kemampuan menyusui dan jumlah energi yang dimiliki ibu untuk mengasuh anak-anaknya, merujuk pada laporan dalam Journal of Psychiatric and Mental Health Nursing tahun 2012.

Rencana perawatan yang disesuaikan untuk perempuan juga harus mencakup pendidikan tentang kesehatan fisik. Perempuan dengan skizofrenia cenderung tidak peduli dengan kesehatan fisik mereka. Ini membuat mereka berisiko terkena kanker payudara, osteoporosis, dan kondisi tiroid yang tidak diobati. Profesional kesehatan mental juga harus mempertimbangkan untuk membuat rencana keselamatan bagi perempuan dengan skizofrenia yang berisiko tinggi untuk melakukan bunuh diri.

Setiap orang dengan penyakit mental mengalami tantangan penyakit mental mereka sebagai individu. Perempuan dengan skizofrenia tidak terkecuali. Namun, profesional kesehatan mental dan anggota keluarga dapat membantu mereka dengan baik ketika mereka mengedukasi diri mereka sendiri tentang gejala umum dan tantangan yang dihadapi perempuan dengan penyakit mental ini. Sangat penting untuk diingat bahwa skizofrenia bukan hanya gangguan anak muda.

Baca Juga: Skizofrenia Hebefrenik: Saat Perilaku dan Ucapan Tidak Teratur

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya