Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Benarkah Nikah Muda Bisa Meningkatkan Risiko Kanker Serviks?

ilustrasi pernikahan dini (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi pernikahan dini (pexels.com/cottonbro studio)

Pernikahan usia dini masih menjadi persoalan yang terus dibahas. Selain karena kesiapan seseorang secara mental, peningkatan risiko kesehatan akan pernikahan dini kini pun turut jadi perhatian. Termasuk adanya potensi kanker serviks pada pihak perempuan.

Benarkah nikah muda bisa meningkatkan risiko kanker serviks? Faktanya, studi menjelaskan bahwa dua hal tersebut sangat berkaitan. Ini hal yang perlu kamu ketahui.

Benarkah nikah muda bisa meningkatkan risiko kanker serviks?

ilustrasi pasien kanker (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi pasien kanker (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Sebuah studi dalam JAMA Network secara jelas menyebutkan bahwa berbagai penelitian sepakat risiko kanker serviks meningkat akibat pernikahan dini. Hal tersebut terjadi dan dikaitkan dengan hubungan seksual pertama kali yang dilakukan lebih cepat. 

Sumber lain bahkan menyebut bahwa kanker serviks sebagai ancaman diam-diam yang membayangi romansa muda. Potensi ini berkaitan dengan kondisi tubuh seseorang pada usia muda itu sendiri. 

Peneliti menjelaskan bahwa kaitan kanker serviks dengan pernikahan atau seks terlalu dini disebabkan oleh perubahan serviks selama masa pubertas. Tubuh perempuan mungkin sudah mengalami menstruasi yang menandakan kemampuannya untuk menghasilkan sel telur.

Meski demikian, organ reproduksi bisa jadi belum sepenuhnya bertumbuh dan siap untuk penetrasi atau bahkan kehamilan. Adanya perubahan serviks karena aktivitas seks selama masa pubertas membuatnya rentan mengalami kerusakan.

Pada akhirnya, kondisi tersebut dapat meningkatkan risiko penularan infeksi Human Papilomavirus (HPV). Infeksi HPV terus-menerus dapat menyebabkan sel-sel abnormal terus berkembang yang selanjutnya menjadi kanker. Nah, infeksi HPV terjadi di area serviks yang jika tidak diobati dapat menyebabkan kanker serviks meningkat hingga 95 persen.

Faktor pemicu kanker serviks

ilustrasi penyintas kanker (pexels.com/Thirdman)
ilustrasi penyintas kanker (pexels.com/Thirdman)

Benarkah nikah muda bisa meningkatkan risiko kanker serviks? Jawabannya benar, tetapi bukan berarti aktivitas seks dini menjadi satu-satunya faktor pemicu kanker serviks, ya. 

Risiko kanker serviks juga bisa meningkat ketika seseorang merokok. Pasalnya, merokok dapat menyebabkan persistensi infeksi HPV yang dalam jangka panjang dapat memicu kanker serviks. 

Multiparitas atau melahirkan secara berulang juga dikaitkan dengan risiko kanker serviks pada perempuan dengan infeksi HPV. Perubahan hormon atau trauma serviks dipercaya menjadi alasan hal ini terjadi. Meski demikian, tidak ada jumlah kelahiran tertentu yang ditetapkan bisa meningkatkan risiko tersebut. 

Perempuan positif HIV pun dikatakan memiliki potensi lebih terserang kanker karena sel prakanker tumbuh lebih cepat akibat imun menurun. Infeksi menular seksual lain, seperti klamidia, herpes simpleks tipe 2, pada perempuan dengan infeksi HPV pun berpotensi serupa. 

Apakah tidak nikah muda bisa mencegah kanker serviks?

ilustrasi Pap smear (freepik.com/stefamerpik)
ilustrasi Pap smear (freepik.com/stefamerpik)

Satu-satunya cara pasti untuk mencegah infeksi HPV yang memicu kanker serviks adalah dengan menghindari seks. Pasalnya, siapa saja yang pernah melakukan seks, terlepas dari usianya, berisiko mengalami kanker serviks. 

Untuk itu, dapat dikatakan bahwa tidak menikah dini atau melakukan seks pada usia muda bisa membantu mencegah kanker serviks. Namun, hal tersebut jelas bukan satu-satunya cara, ya. 

Usaha preventif, seperti vaksin HPV pada perempuan, direkomendasikan guna menghindari kondisi prakanker dan kanker serviks. Selain itu, praktik seks aman perlu dilakukan agar seseorang terhindar dari risiko penularan penyakit menular seksual yang membuatnya lebih riskan mengalami kanker serviks.

Pertanyaan benarkah nikah muda bisa meningkatkan risiko kanker serviks telah terjawab secara ilmiah, ya. Meski demikian, gejalanya mungkin tidak cepat terlihat. Umumnya, seseorang baru dapat didiagnosis pada usia rata-rata 50 tahun. 

Referensi:

Rotkin, I. D. “Relation of Adolescent Coitus to Cervical Cancer Risk.” JAMA 179, no. 7 (February 17, 1962): 486.
Louie, K S, S De Sanjose, M Diaz, X Castellsagué, R Herrero, C J Meijer, K Shah, S Franceschi, N Muñoz, and F X Bosch. “Early Age at First Sexual Intercourse and Early Pregnancy Are Risk Factors for Cervical Cancer in Developing Countries.” British Journal of Cancer 100, no. 7 (March 10, 2009): 1191–97. 
"Does Early Marriage Increase Risk of Cervical Cancer?". Universitas Airlangga. Diakses Oktober 2024.
"The Unseen Link Between Early Marriage and Cervical Cancer". Caped India. Diakses Oktober 2024.
"Risk Factors for Cervical Cancer". Canadian Cancer Society. Diakses Oktober 2024.
"Cervical Cancer". World Health Organization. Diakses Oktober 2024.
"Key Statistics for Cervical Cancer". American Cancer Society. Diakses Oktober 2024.
"Reducing Risk for Cervical Cancer". CDC. Diakses Oktober 2024.
"What’s The Normal Age to Start Having Sex?". Planned Parenthood. Diakses Oktober 2024.
"Reducing Your Risk for Cervical Cancer". Canadian Cancer Society. Diakses Oktober 2024.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Lea Lyliana
Laili Zain Damaika
Lea Lyliana
EditorLea Lyliana
Follow Us