Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Menarik Sakarin, Pemanis Buatan pada Makanan dan Minuman Manis

ilustrasi pemanis buatan (pexels.com/Marek Kupiec)
ilustrasi pemanis buatan (pexels.com/Marek Kupiec)

Jika kamu sering memperhatikan komposisi bahan pada makanan atau minuman kemasan, kamu pasti tidak asing dengan sakarin. Sakarin adalah pemanis buatan yang kerap digunakan pada produk-produk seperti permen, selai, atau soda diet. Pemanis ini memberikan rasa manis yang berkali-kali lipat dari gula biasa, tetapi tidak mengandung kalori.

Lalu, apa itu sakarin, tingkat kemanisannya, dan dampaknya bagi kesehatan? Inilah fakta menarik sakarin yang perlu kamu ketahui.

1. Apa itu sakarin?

ilustrasi pemanis buatan (pexels.com/Marek Kupiec)
ilustrasi pemanis buatan (pexels.com/Marek Kupiec)

Sakarin adalah pemanis buatan yang sangat manis, ratusan kali lebih manis dari gula pasir. Pemanis ini dibuat dari oksidasi toluena atau asam antranilat yang menghasilkan bubuk kristal putih. Bubuk kristal putih ini bersifat sangat stabil di berbagai kondisi sehingga banyak digunakan sebagai pemanis tambahan dalam berbagai produk industri, seperti permen, permen karet, selai, jus buah, jeli, atau kue kering.

Ada tiga bentuk sakarin, yaitu sakarin asam, natrium sakarin, dan kalsium sakarin. Di antara jenis tersebut, natrium sakarin adalah bentuk paling populer sebagai pemanis buatan. Di pasaran, sakarin biasanya dijumpai dengan berbagai merek dagang, seperti Sweet ‘N Low, Sweet Twin, atau Necta Sweet.

2. Tingkat kemanisan sakarin

ilustrasi pemanis (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)
ilustrasi pemanis (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)

Sakarin memiliki tingkat kemanisan yang sangat tinggi dibandingkan dengan gula pasir. Dilansir Healthline, sakarin memiliki tingkat kemanisan sekitar 300–400 kali lebih tinggi dari pada gula biasa. Jadi, hanya dibutuhkan sedikit sakarin untuk mendapatkan rasa manis.

Meski tingkat kemanisannya tinggi, sakarin tidak menghasilkan kalori (karbohidrat) seperti gula pasir. Di dalam tubuh, sakarin tidak dipecah atau dimetabolisme sehingga tidak menambah energi tubuh. Oleh sebab itu, sakarin juga dikenal dengan pemanis non-kalori atau non-nutrisi.

3. Keamanan sakarin dalam produk pangan

ilustrasi kue dengan toping gula dan sirup (pexels.com/Skyler Ewing)
ilustrasi kue dengan toping gula dan sirup (pexels.com/Skyler Ewing)

Organisasi keamanan pangan dunia, seperti WHO (World Health Organization), FDA (Food and Drugs Administration), dan EFSA (European Food Safety Authority) menyatakan sakarin aman digunakan dalam pangan dan dikonsumsi manusia, Dilansir Healthline, FDA mengizinkan sakarin sebagai pemanis dalam produk-produk seperti:

  • Minuman, minuman jus buah, minuman dasar, atau campuran
  • Sebagai pengganti gula untuk memasak atau penggunaan  di meja makan
  • Makanan olahan
  • Permen karet
  • Produk roti

Selain pada produk pangan, sakarin juga diizinkan pada beberapa produk industri lainnya, termasuk farmasi seperti:

  • Tablet vitamin dan mineral kunyah untuk meningkatkan rasa
  • Pasta gigi
  • Obat kumur
  • Kosmetik

Meski begitu, ada batas konsumsi harian untuk sakarin. FDA telah menetapkan asupan harian yang dapat diterima (ADI) sakarin adalah 5 mg per kg berat badan. Ini berarti, jika berat badan kamu 70 kg, maka kamu bisa mengonsumsi sakarin 350 mg per hari.

4. Manfaat dan efek samping sakarin

ilustrasi pemanis (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)
ilustrasi pemanis (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)

Sebagai pemanis rendah kalori, sakarin memiliki beberapa manfaat bagi tubuh. Beberapa di antaranya adalah:

  • Mendukung penurunan berat badan
  • Melindungi dari obesitas
  • Sebagai pengganti gula bagi penderita diabetes
  • Mencegah kenaikan kadar gula darah
  • Mengurangi risiko gigi berlubang

Namun, manfaat sakarin ini juga masih kontroversial. Hal ini karena masih sedikit atau terbatas data ilmiah yang mendukungnya. Dalam  jurnal Nature tahun 2014, dilaporkan bahwa sakarin juga bisa memengaruhi keseimbangan bakteri usus. Di mana ketidakseimbangan bakteri usus ini dapat meningkatkan risiko penyakit metabolik seperti obesitas, diabetes tipe 2, penyakit radang usus, kanker.

5. Kontroversi sakarin

ilustrasi penambahan gula pada makanan (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi penambahan gula pada makanan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Sakarin adalah salah satu pemanis buatan tertua yang telah ditemukan pada tahun 1879. Pemanis ini mendapatkan popularitasnya pada perang Dunia I hingga Perang Dunia II akibat kelangkaan gula. Namun, beberapa tahun setelah itu, popularitasnya merosot karena adanya isu bahwa sakarin bisa menyebabkan kanker kandung kemih.

Pada sebuah penelitian observasional tahun 1970-an yang dilakukan pada tikus, menunjukkan bahwa sakarin terkait dengan risiko perkembangan kanker kandung kemih. Sejak saat itu, sakarin diklasifikasikan sebagai zat karsinogenik atau berpotensi menyebabkan kanker pada manusia oleh FDA. Namun, pada penelitian lebih lanjut, tidak ditemukan bukti yang kuat yang menunjukkan bahwa sakarin memiliki efek yang sama pada manusia seperti pada tikus.

Karena kurangnya bukti, label karsinogenik pada sakarin akhirnya dicabut oleh FDA untuk selamanya dan menyatakan bahwa sakarin aman untuk dikonsumsi manusia. Namun, banyak ahli yang merekomendasikan untuk tidak mengesampingkan hasil studi observasional tersebut. Meski aman, para otoritas kesehatan menyarankan untuk tetap membatasi konsumsi sakarin.

Sakarin adalah salah satu jenis pemanis buatan yang sangat umum di pasaran. Kamu bisa menjumpai pada berbagai jenis produk makanan manis, minuman manis rendah kalori, atau obat-obatan. Setelah mengetahui fakta-fakta sakarin di atas, semoga kamu semakin bijak dalam mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung pemanis buatan seperti sakarin, ya.

Referensi

“Saccharin: What to Know”. Medical News Today. Diakses Oktober 2025

“What to Know about Saccharin”. Web MD. Diakses Oktober 2025

“Saccharin: Safety Threshold Increased”. EFSA. Diakses Oktober 2025

“Is Sweet’N Low (Saccharin) Good or Bad gor You?”. Everyday Health. Diakses Oktober 2025

"Saccharin— Is This Sweetener Good or Bad?”. Healthline. Diakses Oktober 2025

“Artificial Sweeteners Induce Glucose Intolerance by Altering teh Gug Microbiota”. National Library of Medicine. Diakses Oktober 2025

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us

Latest in Health

See More

Infeksi Jamur Penis: Gejala, Penyebab, Pengobatan

11 Okt 2025, 22:24 WIBHealth