Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Studi: Indra Penciuman Bisa Hilang Bertahun-tahun Pasca COVID-19

Seorang perempuan menutup hidung dan mulutnya dengan tisu.
ilustrasi anosmia (pexels.com/Kaboompics.com)
Intinya sih...
  • Studi terbaru menunjukkan gangguan penciuman akibat COVID-19 bisa bertahan hingga bertahun-tahun.
  • Banyak penyintas tidak sadar bahwa indra penciumannya terganggu sampai dilakukan tes formal.
  • Gangguan penciuman berpotensi terkait masalah kognitif dan kesehatan otak di masa depan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bagi sebagian orang, COVID-19 bukan cuma demam dan gejala pernapasan. Salah satu gejala yang umum adalah hilangnya indra penciuman atau perasa. Namun, sebuah studi terbaru dalam jurnal JAMA Network Open menemukan bahwa gangguan penciuman ini bisa bertahan jauh lebih lama dari yang dibayangkan, bahkan bertahun-tahun setelah infeksi pertama.

Temuan ini berasal dari proyek besar bernama RECOVER-Adult Study, yang meneliti ribuan orang dengan dan tanpa riwayat infeksi SARS-CoV-2, virus corona penyebab COVID-19, sejak Oktober 2021 hingga Juni 2025.

Banyak penyintas tidak sadar bahwa indra penciumannya terganggu sampai dilakukan tes formal

Para peneliti menggunakan tes penciuman bernama University of Pennsylvania Smell Identification Test (UPSIT). Tes ini melibatkan 40 bau berbeda, mulai dari aroma buah hingga bahan kimia.

Lebih dari 2.900 penyintas COVID-19 ikut serta, dengan sebagian besar adalah perempuan berusia rata-rata 47 tahun. Kelompok pembanding juga diikutsertakan, yakni sekitar 569 orang tanpa riwayat infeksi.

Banyak peserta yang awalnya tidak merasa kehilangan indra penciuman. Namun, setelah diuji, mereka memang mengalami gangguan. Bahkan:

  • Sebanyak 66 persen penyintas COVID-19 yang tidak melaporkan gangguan penciuman tetap menunjukkan hasil tes yang abnormal.
  • Lebih dari 23 persen di antaranya tergolong parah.
  • Bahkan pada kelompok yang tidak pernah terinfeksi, sekitar 60 persen juga mengalami gangguan ringan, menunjukkan betapa rumitnya masalah ini.

Tim peneliti juga menemukan pola unik. Ada kelompok yang kehilangan kemampuan mencium aroma tertentu, seperti jeruk, semangka, hingga bubble gum. Gangguan ini dianggap oleh para peneliti terkait dengan fungsi kognitif, karena indra penciuman berhubungan erat dengan memori, emosi, dan pengambilan keputusan.

Dampaknya dan apa yang harus dilakukan

Seorang pria mencium bau makanan.
ilustrasi mencium bau makanan (pexels.com/Kampus Production)

Gangguan penciuman tidak cuma membuat makanan terasa hambar. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa disfungsi indra penciuman bisa menjadi tanda awal penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer atau Parkinson.

“Indra penciuman yang tumpul dapat berdampak besar pada kesehatan mental dan fisik seseorang,” jelas Dr. Leora Horwitz, salah satu penulis utama studi ini dari NYU Langone Health, dalam sebuah rilis.

Karena itu, para ahli menyarankan agar pemeriksaan indra penciuman dimasukkan dalam perawatan rutin pasca-COVID-19.

Bagi penyintas COVID-19, penting untuk tidak mengabaikan perubahan indra penciuman, meskipun terasa ringan. Konsultasi ke dokter bisa membantu mendeteksi lebih dini jika ada gangguan yang lebih serius. Peneliti juga menekankan perlunya tes penciuman formal agar gejala ini tidak lagi dipandang sebelah mata.

Referensi

"While it may go unnoticed, loss of smell may linger for years after COVID-19." EurekAlert! Diakses September 2025.

Leora I. Horwitz et al., “Olfactory Dysfunction After SARS-CoV-2 Infection in the RECOVER Adult Cohort,” JAMA Network Open 8, no. 9 (September 25, 2025): e2533815, https://doi.org/10.1001/jamanetworkopen.2025.33815.

"Nearly 7 in 10 COVID survivors tested didn't know they had a dulled sense of smell." CIDRAP. Diakses September 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Studi: Indra Penciuman Bisa Hilang Bertahun-tahun Pasca COVID-19

29 Sep 2025, 12:04 WIBHealth