11 Obat yang Dapat Berinteraksi dengan Pil KB

- Beberapa obat dapat mengubah atau menghentikan kerja kontrasepsi hormonal, seperti pil KB.
- Antibiotik yang dapat mengganggu kontrasepsi adalah rifampisin atau rifampin.
- Obat HIV, antijamur, barbiturat, antikonvulsan, antidepresan, obat diabetes, obat kecemasan, obat hipertensi pulmonal, dan obat herbal dapat berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal.
Saat kamu minum dua obat atau lebih secara bersamaan, efek dari satu obat bisa diubah oleh obat lainnya. Ini dikenal sebagai interaksi obat. Nah, beberapa obat juga dapat mengubah atau menghentikan kerja kontrasepsi hormonal, seperti pil KB.
Pil KB—dan beberapa jenis kontrasepsi lain seperti patch kontrasepsi (koyo KB), cincin vagina, atau KB suntik—biasanya mengandung hormon estrogen dan progestin. Mereka bekerja dengan cara menghentikan sel telur meninggalkan ovarium sehingga mencegah terjadinya kehamilan. Akan tetapi, beberapa obat dapat mengganggu kerja alat kontrasepsi. Jika mengonsumsinya bersamaan dengan alat kontrasepsi, proteksinya bisa menurun.
Inilah obat-obatan yang dapat berinteraksi dengan pil KB dan kontrasepsi hormonal lainnya.
1. Antibiotik
Antibiotik umum diresepkan dokter untuk mengatasi infeksi bakteri, seperti pneumonia, jerawat, infeksi saluran kemih, dan sebagainya. Antibiotik yang umum diresepkan termasuk penisilin dan amoksisilin.
Satu-satunya antibiotik yang menurut penelitian mengganggu kontrasepsi adalah rifampisin atau rifampin, obat yang digunakan untuk pengobatan tuberkulosis dan meningitis.
Rifampisin menyebabkan menstruasi tidak teratur. Ini meningkatkan risiko perempuan mungkin hamil bahkan jika alat kontrasepsi digunakan dengan benar.
Bila kamu menggunakan pil KB, kontrasepsi koyo, atau cincin vagina dan dokter meresepkan rifampisin, kamu perlu menggunakan metode kontrasepsi cadangan non hormonal seperti kondom atau diafragma selama masa pengobatan.
2. Obat anti-HIV

Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati infeksi human immunodeficiency virus (HIV), seperti efavirenz, cobicistat, dan rifampisin dapat berinteraksi dengan alat kontrasepsi.
Kelas obat yang disebut protease inhibitor, yang meliputi darunavir, nevirapine, nelfinavir, dan ritonavir, juga dapat berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal.
3. Obat antijamur
Dua obat antijamur yang perlu diwaspadai adalah griseofulvin dan ketoconazole.
Griseofulvin digunakan untuk mengobati infeksi kulit seperti kutu air (tinea pedis atau athlete's foot) dan infeksi jamur di selangkangan (jock itch). Sementara itu, ketoconazole terutama digunakan ketika obat antijamur lain tidak tersedia atau tidak bekerja.
Para ilmuwan percaya bahwa risiko obat antijamur yang memengaruhi pil KB tergolong rendah. Jadi, sebaiknya konsultasikan ke dokter jika kamu diresepkan obat antijamur di atas bila sedang menggunakan pil KB.
4. Antikonvulsan

Obat barbiturat yang diresepkan untuk mengobati insomnia, mengendalikan kecemasan, atau mengobati kejang dapat mengganggu efektivitas pil KB. Contoh barbiturat dan obat-obatan yang memiliki aksi barbiturat meliputi:
- Felbamate.
- Lamotrigine
- Phenobarbital.
- Primidone.
Obat antiepilepsi lain yang juga dapat menurunkan efektivitas pil KB, cincin vagina, atau koyo KB termasuk:
- Oxcarbazepine.
- Carbamazepine.
- Phenytoin.
- Topiramate.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar perempuan yang menggunakan antikonvulsan tidak menggunakan kontrasepsi hormonal yang memiliki kurang dari 30 mikrogram (mcg) estrogen. Beberapa perempuan yang menggunakan obat-obatan ini dipertimbangkan untuk menggunakan medroxyprogesterone acetate atau alat kontrasepsi dalam rahim (KB spiral/IUD).
5. Antidepresan
Beberapa obat-obatan yang diresepkan dokter untuk mengobati depresi dapat mengubah kadar hormon, menurut studi tahun 2016. Ini artinya efektivitas pil KB bisa terdampak.
Meskipun demikian, efeknya bisa bervariasi secara signifikan pada masing-masing orang. Penurunan jumlah hormon yang bersirkulasi dapat menyebabkan penurunan efektivitas pil KB yang lebih besar bagi sebagian orang, tetapi tidak pada orang lain.
6. Obat diabetes

Beberapa jenis obat yang digunakan untuk mengobati diabetes, termasuk pioglitazone dan rosiglitazone, dapat berinteraksi dengan pil KB, menurut laporan tahun 2016.
Pastikan untuk mendiskusikan obat dengan dokter untuk mengetahui apakah obat tersebut akan berinteraksi dengan kontrasepsi oral yang sedang digunakan atau tidak.
7. Obat untuk kecemasan
Meskipun masih diteliti, tetapi beberapa obat untuk mengobati kecemasan, spasme otot, dan masalah tidur, seperti diazepan atau tamazepam mungkin berpotensi mengganggu efektivitas kontrasepsi kombinasi.
8. Obat hipertensi paru

Bosentan adalah obat jenis antagonis reseptor endotelin ganda yang digunakan untuk mengobati beberapa jenis hipertensi pulmonal, yaitu tekanan darah tinggi di pembuluh paru-paru.
Menurut laporan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), obat tersebut terbukti menurunkan konsentrasi hormon dalam aliran darah, yang dapat menempatkan seseorang pada risiko hamil saat menggunakan kontrasepsi hormonal.
Pil KB, KB suntik, koyo KB, dan KB implan tidak dapat diandalkan saat menggunakan bosentan. Apabila pernah melakukan sterilisasi tuba atau menggunakan IUD, perempuan tidak berisiko hamil.
Perlu diketahui bahwa bosentan dapat menyebabkan cacat lahir serius. Sebelum memulai pengobatan, perempuan harus dipastikan sedang tidak hamil.
9. Obat herbal
Beberapa obat herbal atau suplemen alami tidak cocok dengan pil KB. Beberapa yang perlu dihindari antara lain adalah St. John's wort. Beberapa orang menggunakannya untuk mengobati depresi ringan hingga sedang dan gangguan tidur.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang mengonsumsi pil KB dan St. John's wort secara bersamaan memiliki tingkat perdarahan yang terjadi di luar periode menstruasi normal (breakthrough bleeding) yang lebih tinggi dan peningkatan penguraian estrogen dalam tubuh mereka, tanda-tanda bahwa kontrasepsi mungkin tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Obat herbal lain yang dapat memengaruhi kerja pil KB termasuk:
- Saw palmetto: Beberapa orang menggunakannya untuk kerontokan rambut.
- Alfalfa: Ini digunakan untuk masalah ginjal, saluran kemih, dan prostat.
- Pil bawang putih: Beberapa orang menggunakannya untuk tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, serta penyakit jantung dan darah lainnya.
- Flaxseed: Ini digunakan untuk masalah pencernaan seperti sembelit parah dan sindrom iritasi usus besar.
10. Obat antimual

Aprepitant, yang digunakan untuk mencegah atau mengobati mual dan muntah-muntah, dapat memengaruhi efektivitas kontrasepsi oral.
Selain itu, muntah dan/atau diare berlebihan juga dapat menurunkan efektivitas pil KB. Jika mengalami gejala ini, temui dokter untuk mendapatkan saran tentang kontrasepsi tambahan.
11. Modafinil
Modafinil adalah stimulan yang biasanya digunakan untuk mengobati gejala gangguan tidur, seperti narkolepsi dan sleep apnea.
Studi telah menunjukkan bahwa obat ini mengurangi efektivitas pil KB. Jadi, kalau kamu diresepkan obat ini, tanyakan kepada dokter apakah kamu perlu menggunakan kontrasepsi lain selama masa pengobatan dan selama satu bulan setelah berhenti menggunakannya.
Apabila kamu diresepkan obat-obatan di atas dan/atau mengonsumsi obat herbal tertentu dan sedang menggunakan pil KB atau kontrasepsi hormonal lainnya, konsultasikan dengan dokter mengenai interaksi yang dapat terjadi dan efeknya terhadap efektivitas kontrasepsi.
Referensi
"Medications That Decrease Contraception Effectiveness." Verywell Health. Diakses April 2025.
"Medicines That Interfere With Birth Control Pills." WebMD. Diakses April 2025.
"Erin N. Berry-Bibee et al., “Drug Interactions Between Hormonal Contraceptives and Psychotropic Drugs: A Systematic Review,” Contraception 94, no. 6 (July 19, 2016): 650–67, https://doi.org/10.1016/j.contraception.2016.07.011.
Marcus May and Christoph Schindler, “Clinically and Pharmacologically Relevant Interactions of Antidiabetic Drugs,” Therapeutic Advances in Endocrinology and Metabolism 7, no. 2 (March 31, 2016): 69–83, https://doi.org/10.1177/2042018816638050.
Neil Bailard and Elizabeth Rebello, “Aprepitant and Fosaprepitant Decrease the Effectiveness of Hormonal Contraceptives,” British Journal of Clinical Pharmacology 84, no. 3 (December 19, 2017): 602–3, https://doi.org/10.1111/bcp.13472.