Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Begini Perubahan Tekanan Darah saat Berhubungan Seks

ilustrasi pasangan di tempat tidur (unsplash.com/Adam Winger)
ilustrasi pasangan di tempat tidur (unsplash.com/Adam Winger)
Intinya sih...
  • Aktivitase seksual membantu menurunkan tekanan darah dengan cara meningkatkan pelebaran pembuluh darah, mengurangi stres, dan meningkatkan kualitas tidur.
  • Setelah berhubungan seks, tubuh melepaskan hormon yang membantu pembuluh darah lebih relaks dan menurunkan tekanan darah sementara.
  • Pada orang sehat, kenaikan tekanan darah saat berhubungan seks umumnya tidak berbahaya, tetapi bagi pasien hipertensi yang kondisinya tidak terkontrol bisa berisiko.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bagi banyak orang, seks sering dipandang hanya sebagai aktivitas intim. Namun, di balik momen penuh kedekatan itu, tersimpan manfaat besar bagi kesehatan tubuh, terutama untuk jantung dan pembuluh darah. Seperti halnya olahraga, aktivitas seksual bisa membantu tubuh tetap bugar sekaligus menjaga keseimbangan fungsi organ vital.

Salah satu topik menarik yang kerap diteliti adalah hubungan antara seks dan tekanan darah. Apa yang sebenarnya terjadi pada tekanan darah saat berhubungan seks? Benarkah aktivitas seksual bisa membantu menurunkan risiko hipertensi, atau justru berisiko bagi mereka yang sudah memiliki tekanan darah tinggi atau hipertensi? Mari kita telusuri lebih jauh jawabannya.

1. Membantu menurunkan tekanan darah

Seks bisa dianggap sebagai bentuk olahraga ringan yang bermanfaat untuk kesehatan jantung, baik pada orang sehat maupun yang memiliki hipertensi. Sama seperti olahraga, aktivitas seksual membantu memperkuat otot jantung sehingga darah dapat dipompa secara lebih efisien ke seluruh tubuh. Selain itu, pembuluh darah juga menjadi lebih lentur dan mudah melebar, sehingga aliran darah menjadi lebih lancar.

Ada tiga cara utama seks mendukung kesehatan pembuluh darah:

  • Meningkatkan pelebaran pembuluh darah. Saat berhubungan seks, tubuh melepaskan hormon oksitosin yang dikenal memicu pelepasan gas nitrat oksida yang berfungsi melebarkan pembuluh darah. Efek ini bisa bertahan lebih lama jika disertai pelukan dan sentuhan penuh kasih.
  • Mengurangi stres. Seks memicu pelepasan endorfin, hormon yang dikenal sebagai penghilang stres alami. Selain itu, hubungan intim yang hangat bisa meningkatkan rasa aman dan kedekatan emosional dengan pasangan, sehingga efek relaksasi bisa dirasakan hingga berjam-jam bahkan berhari-hari setelahnya.
  • Meningkatkan kualitas tidur. Orgasme terbukti membuat tidur lebih nyenyak dan lebih lama. Tidur yang baik berperan besar dalam menjaga keseimbangan hormon, termasuk kortisol dan melatonin, yang penting dalam mengatur tekanan darah.

2. Efek hormon dan jantung

Setelah berhubungan seks, tubuh melepaskan berbagai hormon seperti oksitosin yang membantu pembuluh darah lebih relaks. Hal ini dapat menurunkan tekanan darah sementara. Seks juga mendukung tidur yang lebih berkualitas serta mengurangi stres sehingga dalam jangka panjang dapat memperkuat kesehatan kardiovaskular. Beberapa penelitian bahkan mengaitkan seks yang rutin dengan berkurangnya risiko hipertensi dan penyakit jantung.

3. Risiko bagi pasien hipertensi

 ilustrasi hipertensi (pexels.com/Marta Branco)
ilustrasi hipertensi (pexels.com/Marta Branco)

Pada orang sehat, kenaikan tekanan darah sementara saat berhubungan seks umumnya tidak berbahaya. Namun, bagi orang dengan hipertensi berat atau yang tidak terkontrol, aktivitas seksual bisa berisiko. Tekanan darah yang terlalu tinggi (lebih dari 180/110 mmHg) dapat meningkatkan kemungkinan serangan jantung atau stroke saat melakukan aktivitas fisik, termasuk seks.

Hipertensi kronis juga bisa memengaruhi fungsi seksual. Pada laki-laki, kerusakan pembuluh darah akibat tekanan darah tinggi dapat menyebabkan disfungsi ereksi. Pada perempuan, hipertensi dapat menimbulkan kekeringan vagina dan rasa sakit saat orgasme. Semua ini dapat menurunkan kepuasan seksual jika tidak dikelola dengan baik.

4. Seberapa sering aktivitas seksual dibutuhkan?

Kenaikan tekanan darah saat seks bersifat sementara dan biasanya kembali normal dalam 10 menit setelah orgasme. Namun, seks yang dilakukan secara rutin terbukti bermanfaat untuk kesehatan jangka panjang, mirip dengan olahraga.

Sebuah studi tahun 2024 dalam jurnal Scientific Reports menemukan bahwa:

  • Seks kurang dari 12 kali setahun meningkatkan risiko hipertensi sebesar 30 persen dibandingkan yang melakukan setidaknya 52 kali setahun.
  • Seks kurang dari 12 kali setahun juga meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular sebesar 86 persen dibandingkan yang berhubungan seks 1–2 kali seminggu.
  • Namun, seks lebih dari 365 kali setahun justru meningkatkan risiko penyakit jantung lebih dari dua kali lipat.

Artinya, seks yang sehat adalah seks yang dilakukan dengan frekuensi wajar, tidak berlebihan.

5. Apakah jenis aktivitas seksual berpengaruh?

Masturbasi memang bisa membantu meredakan stres dan menurunkan tekanan darah sementara, tetapi efeknya tidak sepanjang hubungan seks dengan pasangan. Hubungan seks bersama pasangan memberikan dukungan emosional yang lebih kuat, terutama pada pasangan yang lebih tua.

Penelitian dalam Journal of Health and Social Behavior tahun 2016 juga menunjukkan bahwa kualitas hubungan seks memengaruhi kesehatan jantung. Pada laki-laki, frekuensi hubungan seks yang tinggi berhubungan dengan risiko penyakit jantung yang lebih rendah. Sementara pada perempuan, kualitas hubungan seks yang baik lebih berperan dalam menurunkan risiko penyakit jantung.

Bahkan, penelitian dalam jurnal  Biological Psychology tahun 2005 menemukan bahwa hubungan seks vaginal dapat menurunkan tekanan darah sistolik hingga 14 mmHg dibanding mereka yang tidak melakukannya. Ini membuktikan bahwa jenis aktivitas seksual juga punya dampak berbeda terhadap tubuh.

Jadi, hubungan seks tidak hanya bermanfaat untuk hubungan emosional, tetapi juga memberikan dampak positif bagi kesehatan jantung dan tekanan darah. Dengan frekuensi yang wajar, aktivitas seksual bisa membantu mengurangi stres, meningkatkan kualitas tidur, dan menurunkan risiko hipertensi. Namun, bagi orang dengan hipertensi yang belum terkontrol, konsultasi dengan dokter tetap penting.

Referensi

Stuart Brody, “Blood Pressure Reactivity to Stress Is Better for People Who Recently Had Penile–vaginal Intercourse Than for People Who Had Other or No Sexual Activity,” Biological Psychology 71, no. 2 (June 15, 2005): 214–22, https://doi.org/10.1016/j.biopsycho.2005.03.005.
Hui Liu et al., “Is Sex Good for Your Health? A National Study on Partnered Sexuality and Cardiovascular Risk Among Older Men and Women,” Journal of Health and Social Behavior 57, no. 3 (September 1, 2016): 276–96, https://doi.org/10.1177/0022146516661597.
"Sexual Intercourse and High Blood Pressure." Samitivej Hospitals. Diakses pada Agustus 2025.
Tian-Qi Teng et al., “The Association of Sexual Frequency With Cardiovascular Diseases Incidence and All-cause Mortality,” Scientific Reports 14, no. 1 (December 30, 2024), https://doi.org/10.1038/s41598-024-83414-3.
"What Happens to Your Blood Pressure When You Have Sex." Verywell Health. Diakses pada Agustus 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Teknik Grounding 5-4-3-2-1, Metode Sederhana Hadapi Kepanikan

03 Sep 2025, 13:06 WIBHealth