20,9 Persen Anak Indonesia Kehilangan Kehadiran Ayah, Ini Efeknya

- 20,9 persen anak di Indonesia kehilangan kehadiran sosok ayah, berdampak pada perkembangan dan performa akademis.
- Kehadiran sosok ayah penting dalam pola asuh anak, untuk mencegah kekerasan, penyalahgunaan NAPZA, dan risiko kenakalan remaja.
Jakarta, IDN Times - Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN, Wihaji mengungkapkan, sekitar 20,9 persen anak di Indonesia kehilangan kehadiran sosok ayah, baik akibat perceraian, kematian, atau pekerjaan ayah yang jauh dari keluarga. Dia mengatakan, hal ini punya berbagai pengaruh pada perkembangan anak.
“Saat ini masyarakat Indonesia mulai kehilangan sosok ayah dalam mengasuh anak di keluarga. Ayah hanya mengurus ekonomi keluarga, namun lupa mengasuh anak, padahal anak juga butuh sentuhan psikologis. Maka, jika ada kekerasan pada anak, jangan pernah menyalahkan anak. Kita coba intropeksi apa yang pernah dilakukan orang tua pada anak," kata dia dalam agenda Nasional Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), dikutip Senin (3/2/2025).
1. Budaya kekerasan pada anak bisa hilang dari pola asuh yang baik

Maka kehadiran sosok ayah penting dalam pola asuh anak. Budaya kekerasan pada anak, menurut Wihaji, bisa hilang dengan pola asuh yang baik, berdasarkan akhlak mulia berbasis pada kesadaran bersama.
Hal itu, karena untuk menciptakan generasi masa depan yang kuat, tidak hanya melalui akademik, tetapi juga dimulai dengan pembentukan karakter di lingkungan keluarga.
2. Kehilangan sosok ayah berdampak pada perkembangan anak

Kehilangan kehadiran sosok ayah berdampak pada perkembangan anak. Selain itu, meningkatnya gangguan emosi dan sosial, risiko penyalahgunaan NAPZA, performa akademis lebih rendah, risiko kenakalan remaja.
Anak laki-laki karakter maskulinnya juga berpotensi menjadi kabur, menyebabkan hilangnya karakter pemjmpin pada anak.
3. Anak yang terlalu dipengaruhi pola asuh ibu perotensi jadi generasi strawberry

Dia menjelaskan, Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN punya program pembentukan karakter anak lewat Gerakan Ayah Teladan (GATE). Ini disebut satu bagian dari lima quick win upaya membangun karakter orang tua, khususnya ayah untuk belajar mengasuh anak karena karakter anak akan dibentuk oleh karakter orang tuanya.
Ketika ayah tidak hadir di dalam pola asuh anak, menurut Wihaji, bisa tercipta mental generasi strawberry atau hello kitty pada anak. Dia mengatakan, 80 persen anak hanya dipengaruhi oleh pola asuh ibu, sehingga sifat kepemimpinan maskulin pada anak akan hilang. Anak menjadi lemah lunglai, tidak kuat menghadapi tantangan, dan sedikit manja.
"Maka, sempatkanlah bagi ayah untuk ngobrol dengan anak,” katanya.