Ahli Epidemologi UI Sebut Vaksinasi Dapat Cegah Sub Varian COVID Baru

Depok, IDN Times - Sub varian baru COVID-19, Arcturus di India, memicu lonjakan kasus COVID-19 secara signifikan. Subvarian itu telah menyebar ke negara lain, seperti Amerika Serikat, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Ahli Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Iwan Ariawan, mengatakan, masyarakat tidak perlu khawatir dan jangan panik terhadap subvarian baru Arcturus.
Terlebih, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyampaikan saat ini subvarian tersebut belum terdeteksi di Indonesia. Meski begitu, masyarakat diimbau tetap menjaga protokol kesehatan.
“Dari hasil survei serologi yang sudah dilakukan Kemenkes RI dan FKM UI, didapatkan hasil hampir seluruh masyarakat Indonesia sudah memiliki antibodi terhadap COVID-19 baik dari infeksi maupun vaksinasi,” ujar Iwan, Jumat (7/4/2023).
1. Vaksin di Indonesia dinilai mampu mengatasi Arcturus atau XBB 1.16

Iwan menuturkan, Arcturus atau XBB 1.16 merupakan sub varian baru dari Omicron yang penularannya cepat, tetapi gejala yang ditimbulkan tidak terlalu berat dan tingkat fatalitasnya lebih rendah dibandingkan varian sebelumnya seperti Delta.
Dari analisis kematian yang diakibatkan COVID-19, didapatkan bahwa seseorang yang sudah divaksin memiliki risiko kematian yang jauh lebih kecil terutama pada lansia.
“Jadi, vaksin ini sangat terlihat efeknya dan dari analisis yang kami lakukan, apapun vaksinnya hasilnya kurang lebih sama,” tutur Iwan.
Apabila seseorang melengkapi vaksinnya sampai booster kedua, maka antibodi pada tubuhnya menjadi lebih kuat dan risiko kematian menjadi lebih rendah. Jenis vaksin COVID-19 yang tersedia di Indonesia juga disebutkannya dapat menangkal subvarian baru Arcturus, karena variannya masih sama, yaitu Omicron.
Vaksin yang ada di Indonesia sudah terbukti efektif untuk menghadapi varian Omicron dalam mencegah terjadinya sakit berat dan kematian. Selain vaksin, pencegahan terbaik lainnya adalah tetap menerapkan protokol kesehatan dan harus memperhatikan kembali tempat di mana risiko penularan yang tinggi dan siapa saja yang berisiko sakit berat.
“Karena penularannya yang melalui droplet atau percikan air liur sehingga tempat keramaian seperti di transportasi umum atau tempat serupa lainnya memiliki risiko penularan yang tinggi, sangat dianjurkan untuk menggunakan masker. Hal ini berlaku baik Arcturus atupun varian lainnya," terang Iwan.
2. Cara pengobatan penderita varian Arcturus atau XBB 1.16

Selain itu, perlu diperhatikan orang yang memiliki penyakit bawaan atau komorbid, jika terjangkit COVID-19. Hal itu akan membuat penyakit bawaannya semakin parah.
Apabila seseorang sudah terkena dan dinyatakan positif COVID-19, kata dia, maka pertama kali yang dilakukan adalah isolasi mandiri kurang lebih selama 5 hari jika penderita memiliki gejala yang ringan, bukan lansia, dan tidak ada komorbid.
"Untuk pengobatannya, apabila penderita hanya mengalami gejala ringan, maka cukup istirahat dan isolasi mandiri. Namun, jika ingin meminum vitamin ataupun suplemen lainnya diperbolehkan," katanya.
Iwan mengungkapkan, terdapat penanganan berbeda bagi penderita mempunyai gejala berat, komorbid, atau lansia. Mereka harus melakukan pemeriksaan dan ditangani langsung dokter untuk dilihat apakah penderita harus dirawat di rumah sakit atau bisa isolasi mandiri di rumah.
"Selain itu, salah satu yang penting adalah saat seseorang sudah dinyatakan positif COVID-19, maka orang tersebut harus memberitahu orang sekitarnya, terutama yang berinteraksi langsung," ungkap Iwan.
3. Masyarakat diminta vaksinasi lengkap

Iwan menjelaskan, orang yang positif dan menderita COVID-19 dan memberitahukan kepada orang lain dinilai perlu. Hal ini dilakukan agar orang yang kontak langsung dengan orang tersebut dapat segera melakukan pemeriksaan.
"Sehingga tata laksananya dapat disesuaikan dari hasil pemeriksaan tersebut," jelas Iwan.
Iwan menambahkan, apapun varian COVID-19 yang terjadi saat ini atau dialami masyarakat, tetap melakukan dan menerapkan protokol kesehatan. Selain itu, masyarakat diminta untuk melakukan dan mendapatkan vaksinasi lengkap.
"Bagi yang belum vaksin, saya anjurkan untuk segera vaksin. Selain untuk menjaga diri dari risiko gejala berat, vaksin ini juga masih gratis dari pemerintah,” ucap Iwan.