Andi Mallarangeng Ungkap Enaknya Jadi Jubir di Era SBY

- Di era SBY, jubir selalu melekat dengan kegiatan presiden, menjadikan hubungan yang sangat dekat satu sama lain.
- Jubir memiliki akses mudah untuk mengakses informasi langsung dari presiden, memungkinkan mereka untuk memberikan jawaban yang akurat kepada awak media.
Jakarta, IDN Times - Juru Bicara (Jubir) Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Andi Mallarangeng mengungkapkan enaknya menjadi juru bicara (jubir) di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Di era kepemimpinan SBY, ia menunjuk dua orang sebagai jubir, yakni Andi sebagai jubir urusan dalam negeri, dan Dino Patti Djalal sebagai jubir urusan luar negeri.
1. Jubir melekat dan punya hubungan dekat dengan presiden

Andi mengatakan, di era SBY, jubir selalu melekat dengan kegiatan presiden. Sehingga presiden dan jubir punya hubungan yang sangat dekat satu sama lain.
"Syukurnya adalah zaman Pak SBY adalah kami dua jubir ini melekat. Melekat dalam arti pokoknya selama presiden masih bangun dan masih kerja, kita juga bangun dan masih kerja sampai dia masuk kamar, kira-kira begitu, ke mana pun dia pergi," ujar Andi dalam acara diskusi bertajuk Kepercayaan Publik yang Hilang: Urgensi Kredibilitas Komunikasi Pemerintahan Prabowo di Universitas Paramadina, Jakarta Selatan, Selasa (11/3/2025).
2. Akses mudah yang mungkin tidak terjadi di era presiden lainnya

Ia pun mengatakan, kedekatan tersebut membuat jubir bisa mengakses kapan saja informasi ke presiden dengan mudah. Bahkan, Andi selalu bertanya langsung kepada SBY ketika mendapati masalah dan pertanyaan dari awak media. Andi menilai, akses yang mudah ini mungkin tidak terjadi di era kepemimpinan presiden lainnya.
"Kita punya akses kapan saja. Kalau saya tidak tahu, saya bilang tidak tahu kepada wartawan. 'Tunggu aku ya, kasih saya waktu 2 sampai 3 jam, saya tanya dulu kepada Pak Presiden maksudnya seperti apa'. Dan akses itu mungkin yang tidak dipunyai oleh teman-teman jubir presiden yang lain barangkali. Akses, trust, dan melekat," tuturnya.
3. SBY mudah diajak berdiskusi dan cerdas

Andi mengaku beruntung saat itu bisa bekerja dengan Presiden SBY yang bisa diajak berdiskusi. Kebiasaan diskusi itu dilakukan setiap pagi, biasanya sekaligus sarapan bersama. Namun, ia meyakini, akses tersebut tumbuh karena presiden mempercayai kapabilitas jubirnya.
"Sehingga karena trust, bapak presiden, bos kami, selalu siap untuk diskusi. Jam 07.00 pagi itu waktunya diskusi bagi kami, kalau ada gorengan atau segala macam, ya sarapan pagi kecil sambil diskusi ini bagaimana," tuturnya.
"Setelah diskusi biasanya presiden hanya kita lagi, jadi kira-kira bagaimana. Kita kasih opsi-opsi, kalau ini begini, kalau ini begitu, biasanya opsi yang diambil yang juga kita mau," sambung Andi.
Di samping itu, SBY dianggap sebagai sosok yang cerdas dan memahami bagaimana menyelesaikan masalah dan solusi yang dipilih selalu mengedepankan prinsip demokrasi.
"Saya merasa beruntung punya bos yang setiap saat mau diajak diskusi dan mengerti, cerdas untuk memahami masalah-masalah itu, dan konsep solusinya adalah konsep yang masuk dalam konteks demokrasi. Maka tugas saya sebagai diskusi tidak ada persoalan karena solusi yang kita kembangkan adalah solusi dalam konteks bingkai demokrasi," ujarnya.
"Pak SBY ini tentara tapi karena justru tentara, dia mau kasih lihat bahwa dia demokrat, partainya pun dia pakai nama Demokrat karena itu tidak mungkin dia membuat solusi yang nondemokratis," lanjutnya.
Andi lantas menuturkan, mudahnya akses informasi tersebut juga menumbuhkan kepercayaan dari para awak media dengan pemerintah. Jurnalis sebagai pilar keempat demokrasi dapat dengan mudah menginformasi berbagai isu ke Jubir Presiden SBY.
"Zaman pak SBY, walaupun resource (SDM) kita waktu itu sangat kecil, tetapi karena trust teman-teman media juga kepada kami, kami bisa bekerja dengan baik," ungkap Andi
Selain itu, di era SBY pula setiap ada isu yang muncul di masyarakat. Pemerintah dengan sigap berupaya menjelaskan dan mengklarifikasi. Terlebih, jubir punya akses mudah untuk bertanya langsung ke presiden dan menyampaikannya ke publik.