Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bahas Stunting di NTT, Menteri Kependudukan Temui Tokoh Agama

Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Indonesia (Mendukbangga)/Kepala BKKBN, Wihaji dalam agenda Peresmian Taman Asuh Sayang Anak (TAMASYA) (YouTube.com/Kemendukbangga/BKKBN)
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Indonesia (Mendukbangga)/Kepala BKKBN, Wihaji dalam agenda Peresmian Taman Asuh Sayang Anak (TAMASYA) (YouTube.com/Kemendukbangga/BKKBN)
Intinya sih...
  • Stunting di NTT mencapai 37%, 4 dari 10 anak alami stunting
  • Pentingnya penanganan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) untuk cegah stunting
  • Tokoh agama berperan dalam edukasi pranikah dan pembinaan keluarga

Jakarta, IDN Times - Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN Wihaji menemui sejumlah tokoh agama untuk bersinergi dan melakukan diskusi bersama terkait isu stunting yang masih banyak ditemui di Nusa Tenggara Timur (NTT). Di sana dia bertemu Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena, di kantor Gubernur Nusa Tenggara Timur, Kupang sert tokoh agama Perwakilan agama Islam, Kristen, dan Katolik.

Wisdom local. Adat dan budaya NTT itu lebih kental. Religiusnya lebih tinggi. Maka pendeta, romo (pastor), dan kiai ternyata lebih didengar dan bisa diikuti,” kata dia dalam keterangannya, dikutip Kamis (27/6/2025).

1. Empat dari 10 anak di NTT alami stunting

Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Indonesia (Mendukbangga)/Kepala BKKBN, Wihaji dalam agenda Peresmian Taman Asuh Sayang Anak (TAMASYA) (YouTube.com/Kemendukbangga/BKKBN)
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Indonesia (Mendukbangga)/Kepala BKKBN, Wihaji dalam agenda Peresmian Taman Asuh Sayang Anak (TAMASYA) (YouTube.com/Kemendukbangga/BKKBN)

Pasalnya, pevalensi stunting di NTT mencapai 37 persen. Angka ini ada di atas rata-rata angka stunting nasional sebesar 19,8 persen. Artinya, dari 10 anak yang lahir, empat di antaranya mengalami stunting.

Diskusi ini didasari pentingnya intervensi tokoh agama dalam mempengaruhi kehidupan bermasyarakat di NTT. Melalui pendekatan spiritual dan budaya, Menteri Wihaji yakin masyarakat NTT akan lebih tergerak, sehingga menjadi penting kolaborasi bersama para pemuka agama.

2. Pentingnya seribu hari pertama untuk cegah stunting

Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Wihaji saat membagikan MBG secara langsung ke masyarakat (Dok: Pemprov Sumsel)
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Wihaji saat membagikan MBG secara langsung ke masyarakat (Dok: Pemprov Sumsel)

Dia juga menekankan pentingnya penanganan seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK) untuk pencegahan stunting. Periode 1000 HPK ini dimulai sejak ibu hamil hingga bayi berusia dua tahun, yang harus dijaga asupan gizinya. Jika terlambat, dan sang anak terindikasi stunting, maka persentase kesembuhan hanya 20 persen. Kunjungan ini adalah dalam rangka menyambut Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-32.

“Saya tugasnya mengedukasi, ngasih bantuan, Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi ibu hamil, ibu menyusui dan balita non-PAUD. Tugas tokoh agama, pelan-pelan untuk menjelaskan pentingnya amanah dari Tuhan. Punya anak, tolong itu anak dirawat dan dikasihi. Caranya, dijagai (asupan gizinya) minimal dua tahun," kata Wihaji.

3. Menggunakan cara sesuai wilayahnya

Menteri Kemendukbangga, Wihaji, terima kunjungan kerja dari Minister For Social and Family Development of Singapore, Masagos Zulkifli, Selasa (18/3/2025). (dok. Kemendukbangga)
Menteri Kemendukbangga, Wihaji, terima kunjungan kerja dari Minister For Social and Family Development of Singapore, Masagos Zulkifli, Selasa (18/3/2025). (dok. Kemendukbangga)

Tokoh agama yang hadir juga berbagi kisah dan menanggapi isu ini dengan serius. Kontribusi tokoh agama selama ini turut andil dalam penanganan stunting terutama dalam konteks pranikah, untuk persiapkan dan edukasi calon pengantin (catin).

Kontribusi yang sudah dilakukan antara lain kolaborasi posyandu dengan gereja dan sinode; distribusi telur mingguan bagi ibu hamil dan balita melalui pengembangan ekonomi berbasis jemaat, materi edukasi stunting dalam pembinaan pranikah oleh KUA.

Wihaji juga menyampaikan rencana pembentukan kerangka kerja kolaboratif antara kementerian dan lembaga keagamaan. Termasuk melibatkan tokoh agama dalam kegiatan edukasi, penguatan posyandu, dan program pembinaan keluarga.

“Pendekatan apa yang akan dipakai. Kalau bisa pakai cara NTT. Sebab, kalau pakai cara Jakarta belum tentu bisa dipakai di sini. Pendekatannya dua, pendekatan agama dan adat. Posyandu dilibatkan,” ujar Wihaji.

Share
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us