BMKG Beberkan Titik Wilayah yang Berpotensi Kebakaran Hutan

Jakarta, IDN Times – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memantau periode kemarau pertama akan dialami di Pesisir Sumatera bagian tengah dan Kalimantan bagian barat, serta adanya potensi meningkatnya kebakaran hutan dan lahan di Riau.
Berdasarkan analisis BMKG, curah hujan di 10 hari pertama pada Februari, menunjukkan curah hujan kategori rendah yang tampak di sebagian besar Provinsi Aceh, Sumatera Utara dan Riau, sebagian Kalimantan Utara dan Timur, Gorontalo, dan sebagian Sulawesi Tengah.
1. Beberapa daerah di Indonesia mengalami curah hujan yang rendah

Peta analisis hari tanpa hujan juga berurutan di wilayah Sumatera seperti di pesisir timur Aceh, Sumatera Utara dan Riau terindikasi tanpa adanya hujan 6 hingga 20 hari. Sementara di Riau, 21 hingga 30 hari kedepan telah terjadi di Rangsang, Rangsang Pesisir dan daerah Tebing Tinggi.
Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal menjelaskan, hingga pertengahan Februari wilayah tersebut akan mendominasi kekeringan di Indonesia yang ditengarai sebagai MJO (Madden Julian Oscillation) atau fase kering.
Kondisi ini ditambahkannya, akan menyebabkan proses penguapan dan pembentukan awan hujan terhambat.
“Kondisi kurang hujan di wilayah-wilayah tersebut didukung oleh kondisi troposfer bagian tengah yang didominasi kelembaban udara yang relatif rendah. Ini sesuai dengan peta prediksi spasial anomali radiasi balik matahari gelombang panjang (OLR),” terang Herizal dalam keterangan tertulisnya, Kamis (21/2).
2. Titik api terlihat di sejumlah wilayah
Herizal mengutarakan, dampak dari kemarau pertama adalah adanya peningkatan jumlah titik api (hotspot) pada dua pekan terakhir ini di beberapa wilayah yang terpantau oleh BMKG, daerah yang cukup signifikan berada di Riau dengan 80 titik dan Kalimantan Timur dengan 7 titik.
Dari pengamatan Stasiun Klimatologi Tambang, Riau, kondisi curah hujan bawah normal terdeteksi di wilayah pesisir timur telah berlangsung sejak awal Februari 2019.
3. Beberapa wilayah terindikasi pencemaran udara akibat titik api tersebut
Herizal menambahkan, kondisi kering ini akan berpotensi memudahkan terjadinya hotspot yang dapat memicu kejadian kebakaran hutan dan lahan, yang akhirnya dapat menimbulkan asap dan penurunan kualitas udara.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memantau adanya penurunan kualitas udara berdasarkan Indek Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang tidak sehat di daerah Rokan Hilir pada hari Senin (12/2), sementara daerah lain terindikasi pada ISPU sedang. Pengamatan jarak pandang maksimal juga dilaporkan masih dalam kisaran 2 hingga 5 kilometer.
4. Setiap wilayah di Indonesia memiliki karakter musim yang berbeda
Berdasarkan posisi daerahnya, Pesisir Barat Sumatra, Sumatera bagian Tengah, Kalimantan Barat dan Tengah, Sulawesi bagian Tengah dan sebagian Tenggara, dan sebagian Papua bagian Utara yang dekat dengan garis khatulistiwa, memiliki karakter musim yang berbeda dengan wilayah lainnya di Indonesia.
“Karakter musim itu ditandai adanya dua kali puncak hujan dan puncak kemarau dalam setahun. Kondisi ini berlangsung di bulan Februari, sementara kemarau kedua berlangsung mulai Juni hingga Agustus,” paparnya.
5. Pemda setempat harus waspada terhadap dampak titik api tersebut

Herizal mengimbau kepada Pemerintah Daerah, Instansi terkait, dan masyarakat luas pada umumnya di wilayah terdampak untuk terus waspada dan siap siaga terhadap potensi kebakaran lahan dan hutan.
Bahaya polusi udara dan asap, potensi kekeringan lahan dan kekurangan air bersih terus mengikuti pembaharuan informasi.