[CEK FAKTA] Vaksin COVID-19 Sebabkan Stroke Pendarahan Otak?

Jakarta, IDN Times - Direktur RS Pusat Otak Nasional, Mursyid Bustami memberikan penjelasan seputar disinformasi yang beredar bahwa vaksinasi COVID-19 menyebabkan efek samping serius yakni terjadinya pendarahan dalam tubuh.
Dia menegaskan informasi tersebut tidaklah benar. Hingga kini, belum ada bukti ilmiah yang kuat dan valid yang menunjukkan bahwa ada kaitan antara pemberian vaksinasi COVID-19 dengan terjadinya pecahnya pembuluh darah.
''Terkait adanya info bahwa vaksin berisiko menyebabkan stroke pendarahan otak, kami klarifikasi bahwa secara ilmiah pun tidak ada hubungan antara stroke pendarahan dengan vaksin COVID-19,'' katanya dalam keterangan pers dikutip dari situs kemkes.go.id, Rabu (29/9/2021).
1. Stroke bukan disebabkan oleh vaksin

Mursyid menerangkan jika ada efek samping dari pemberian vaksinasi COVID-19, sifatnya masih sangat ringan dan mudah diatasi seperti demam, nyeri, mengantuk, lapar. Efek ini biasanya tidak berlangsung lama, maksimal 2 hari pascapenyuntikan vaksin.
Mursyid menjabarkan bahwa sekitar 20 persen stroke pendarahan disebabkan karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah dengan penyebab utamanya karena tingginya faktor risiko tertentu dan bukan disebabkan oleh vaksin COVID-19.
2. Stroke pendarahan biasanya dialami penderita hipertensi

Adapun faktor risiko dari stroke dan menjadi common respector diabetes, hipertensi, pola makan yang buruk, merokok, obesitas, kurang aktivitas fisik, alkohol, dan narkotika.
''Kalau stroke pendarahan biasanya dialami penderita hipertensi. Yang terjadi adalah tidak kuatnya pembuluh darah menahan tekanan darah yang tinggi, sehingga terjadilah kebocoran,'' ujarnya.
3. Dua faktor risiko stroke

Mursyid menerangkan sebenarnya faktor risiko ada 2 yakni yang bisa dikendalikan dan tidak bisa dikendalikan. Faktor risiko yang bisa dikendalikan sebaiknya dicegah sedini mungkin agar tidak menjadi bom waktu ke depannya.
"Upaya pencegahan yang bisa dilakukan adalah mulai menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Tidak melakukan aktivitas yang dapat menimbulkan masalah kesehatan di masa depan seperti merokok, konsumsi minuman beralkohol, batasi konsumsi gula, garam dan lemak," terangnya.
4. Cek kesehatan secara berkala yuk

Sementara untuk faktor risiko yang tidak bisa dikendalikan yakni umur, genetik jenis kelamin. Untuk mengetahuinya sebaiknya melakukan cek kesehatan secara berkala untuk mengetahui riwayat kesehatan sehingga apabila ada kelainan dalam tubuh bisa diketahui dan diantisipasi sedini mungkin.
''Untuk mengetahui itu, maka dilakukan pemeriksaan menyeluruh untuk mencari faktor risiko sehingga bisa kita kendalikan secepatnya,'' terangnya.