Cerita KSAD Maruli Pernah Digendong Prabowo Usai Jadi Juara Judo

- Jenderal Maruli Simanjuntak juara judo Asia Tenggara pada 1995.
- Prabowo Subianto menggendong Maruli sebagai hadiah kemenangan.
- Judo memberi manfaat bagi karier militer dan fisik Maruli.
Jakarta, IDN Times - Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Maruli Simanjuntak mengungkapkan pengalaman unik pernah digendong oleh Prabowo Subianto. Peristiwa itu terjadi usai ia berhasil memenangkan kejuaraan judo se Asia Tenggara pada 1995 lalu.
Ketika itu, Prabowo sudah menduduki jabatan sebagai Wakil Komandan Jenderal Kopassus. Maruli pun menyebut Prabowo menggendongnya lantaran sudah berjanji itulah hadiah bila ia berhasil mengharumkan TNI AD di tingkat Asia Tenggara.
"Dulu tuh TNI Angkatan Darat (AD) gak pernah menang melawan polisi. Akhirnya, kami disiapkan lah. Karena kami diperintah oleh Beliau, akhirnya kami serius sekali (melakukan persiapan ke kejuaraan judo). Beliau kan sambil menyiapkan fasilitas baik. Beliau juga mencarikan pelatih yang bagus. Jadi, akhirnya kami bisa berlatih dengan fokus," ujar Maruli ketika berbincang di program Ngobrol Seru bersama Pemimpin Redaksi IDN Times Uni Lubis, di IDN HQ, Jakarta Selatan dan tayang di YouTube pada Sabtu (19/10/2024).
Maruli mengaku sempat ragu bisa memenangkan turnamen judo tingkat Asia Tenggara. Sebab, waktu persiapan hanya dua tahun.
"Kami ketika itu baru belajar ngiket (sabuk). Tapi, dua tahun kemudian sudah harus juara. Kami akhirnya memilih berlatih-berlatih terus. Pak Prabowo ketika itu juga ikut memotivasi. Beliau waktu itu sampaikan 'kalau kamu menang, saya akan gendong.' Eh, kebetulan menang. Akhirnya digendong lah," tutur dia sambil tertawa.
Maruli mengenang Prabowo ketika itu menggendongnya di punggung. Pengalaman itu menjadi sangat berkesan lantaran ia sudah pernah merasakan digendong oleh Presiden Indonesia.
"Yang penting saya pernah digendong oleh presiden lah. Udah," imbuhnya.
1. Maruli banyak merasakan manfaat dengan belajar judo

Lebih lanjut, Maruli merasakan banyak manfaat yang dirasakan dengan berlatih judo ke kariernya di dunia militer. Selain ia bisa melindungi dirinya sendiri, mantan Pangkostrad itu mengatakan judo menjadi salah satu cara untuk melatih fisik.
"Saya juga merasakan manfaat misalnya bagaimana menghadapi suatu situasi. Bagaimana mengontrol situasi itu. Banyak hal lah yang dapat kita pelajari dari judo dan banyak menjadi bekal bagi perjalanan karier saya," katanya.
2. HUT ke-79 TNI dirayakan secara meriah untuk menandakan siap dengan proses transisi

KSAD Maruli pun mengakui peringatan HUT ke-79 TNI dirayakan lebih meriah pada 2024. Salah satunya lantaran HUT TNI tahun ini terjadi bersamaan dengan momen transisi pemerintahan dari Presiden Joko "Jokowi" Widodo ke Prabowo.
"Kami ingin menunjukkan bahwa TNI AD selalu loyal, tegak lurus terhadap panglima tertinggi kami. Kemarin (panglim tertinggi), Pak Jokowi. Setelah itu Pak Prabowo. Jadi, kami perlu menunjukkan ke bapak kami bahwa ini lah kemampuan kami," ujarnya.
Ia menambahkan, ada sekitar 50 ribu pasukan TNI AD yang ikut serta di HUT ke-79 TNI di Lapangan Silang Monas. Pengerahan pasukan dalam jumlah besar itu juga sesuai dengan instruksi Panglima TNI.
"Ini jadi history karena paling banyak (mengerahkan pasukan). Kecuali parade TNI AL, karena kan mereka terpisah. Kalau untuk pengerahan pasukan, ini terbanyak yang pernah kami lakukan," katanya.
3. Jumlah personel TNI AD masih jauh dari ideal

Lebih lanjut, Maruli mengatakan, saat ini jumlah personel TNI AD di seluruh Indonesia mencapai 360 ribu. Meski begitu, jumlah tersebut masih kurang untuk melindungi seluruh wilayah darat di Tanah Air.
"Jauh (kebutuhannya). Karena masih banyak area-area yang tidak terjangkau kebutuhannya. Masih cukup banyak yang kita perlukan," kata mantan Pangkostrad itu.
Maruli pun mengakui jumlah prajurit TNI AD pada 2024 masih kurang. Itu pun, mayoritas atau 67 persen dari anggaran TNI AD digunakan untuk membayar gaji prajurit. Mengutip UU Nomor 19 Tahun 2023 tentang APBN 2024, anggaran TNI AD mencapai Rp58 triliun.
"Kalau memang nanti ditambah lagi (anggarannya), lalu digunakan untuk meningkatkan gaji (prajurit) ya sebenarnya gak ada masalah juga. Yang penting bagaimana keputusan strategis ini dipergunakan, apakah orangnya (yang ditambah) atau alutsistanya," tutur dia.