Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

BIN: Puncak Penyebaran Virus Corona Diprediksi saat Ramadan

IDN Times/Cindi Nopitasari
IDN Times/Cindi Nopitasari

Jakarta, IDN Times - Badan Intelijen Negara (BIN) memperkirakan penyebaran virus corona baru, COVID-19 di Indonesia akan mencapai puncaknya dalam 60 hingga 80 hari sejak kasus pertama terjadi. Dengan hitungan tersebut, puncak penyebaran pandemi virus corona berlangsung pada saat Ramadan.

Kasus pertama virus corona di Indonesia tercatat pada 2 Maret sehingga dengan rumus tersebut, puncak penyebarannya pada bulan Ramadan yang berada pada pertengahan April hingga pertengahan Mei. 

"Kalau dihitung, puncaknya itu pada Mei, masih bulan puasa," ujar Kepala BIN Budi Gunawan dalam acara diskusi kopi bidang media dan penggalangan opini yang diadakan oleh DPP Partai Golkar (13/3).

1. Jika penanganan pemerintah tepat, penyebaran virus corona selesai sebelum Lebaran

newshub.co.nz
newshub.co.nz

Ia juga memperkiran bahwa jika pemerintah menangani dengan benar, maka virus akan lenyap sebelum Lebaran. Perhitungan itu, menurutnya, dengan mempelajari kasus di sumber pandemi tersebut, yakni Tiongkok.

Di Tiongkok, COVID-19 mencapai puncaknya pada 60 hari setelah kasus pertama pada akhir tahun lalu. Setelah 60 hari, penyebaran kasus COVID-19 mengalami penurunan.

"Tiongkok mampu mengatasi COVID-19, mereka melakukan kontrol ketat, membangun sumber daya yang ada, mereka juga menurunkan hampir 10.000 orang untuk mendeteksi COVID-19," ujar Budi.

2. Masyarakat diminta tidak panik dalam menghadapi COVID-19

IDN Times/Sukma Shakti
IDN Times/Sukma Shakti

Kasus COVID-19 di Indonesia mayoritas merupakan imported case. Terjadi karena sistem human to human transmission di tempat-tempat umum rawan penyebaran Covid-19 seperti, bandara, pelabuhan internasional, fasilitas kesehatan, transportasi publik, penjara, bahkan tempat ibadah.

Penyebaran COVID-19 melalui dropline, bukan dari udara melainkan melaui percikan batuk atau bersin.

"Gejala Covid-19 mirip dengan gejala flu biasa, sulit dibedakan. Fatality rate-nya rendah, walaupun rendah jangan disepelekan, harus tetap wasapada," kata seorang dokter spesialis paru-paru, Erlina Burhan.

Ia juga mengimbau agar masyarakat tidak panik. Masyarakat tidak perlu memborong masker, hand sanitizer, atau pun bahan-bahan makanan. Masyarakat hanya perlu fokus pada upaya pencegahan, memeriksakan diri bila sakit.

"Masyarakat juga harus rajin cuci tangan dan menggunakan masker bila sedang sakit maupun berada di tempat umum," kata dia.

3. CSIS nilai COVID-19 isu kesehatan bukan isu keamanan

Ilustrasi virus corona. IDN TImes/Arief Rahmat
Ilustrasi virus corona. IDN TImes/Arief Rahmat

Di acara yang sama, Direktur Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Phillip J Vermonte mengatakan COVID-19 bukanlah isu keamanan, melainkan isu public health.

"Pola pikir masyarakat Indonesia harus diubah. Isu public health harus dihadapi dengan tenang dan harus ada kesiapan. Karena pada dasarnya Indonesia rawan bencana," ujarnya.

Sementara itu, DPR mengingatkan untuk menanggulangi COVID-19, diperlukan kerja sama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. "Tidak hanya pemerintah saja, TNI juga perlu dilibatkan dalam penanganan COVID-19. Karena COVID-19 masuk dalam Operasi Militer Selain Perang (OMSP)," kata Ketua Komisi 1 DPR dari Fraksi Golkar, Meutya Hafid.

Selain itu, menurutnya, masyarakat juga berperan penting dalam menghadapi COVID-19. Jika Indonesia memiliki protokol yang jelas, masyarakat akan tertib dan tidak mudah terpengaruh dengan informasi hoaks.

Baca artikel menarik lainnya di IDN App. Unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
Jumawan Syahrudin
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in News

See More

Masih Suasana Duka, Wali Kota Bogor Minta Warga Tak Hura-hura di Nataru

24 Des 2025, 23:46 WIBNews