Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dena Rachman: Politik Indonesia Masih Anaktirikan Kaum Transgender

unsplash.com/Elyssa Fahndrich

Jakarta, IDN Times - Pemilihan Legislatif memang baru akan digelar pada 17 April 2019 dan bersamaan dengan momen Pilpres. Namun, tidak semua aspirasi rakyat Indonesia terwakili di parlemen. Salah satunya merupakan kaum transgender. 

Bahkan, mereka beranggapan, anggota parlemen masih banyak yang memandang mereka sebelah mata. Padahal, apabila dilihat dari kemampuan, transgender juga bisa menunjukkan prestasi yang sama. 

Hal itu disampaikan oleh mantan penyanyi cilik Dena Rachman atau yang dulunya dikenal dengan nama Renaldy Rachman. Ia memantapkan hati menjadi transgender dan telah menjadi pengusaha. Lalu, apa lagi yang disampaikan oleh Dena?

1. Politik Indonesia masih menganaktirikan transgender

Pixabay

Dena Rachman mengungkapkan bagaimana situasi politik di Tanah Air yang memang memandang sebelah mata para transgender.

"Kalau di luar negeri keberadaan LGBT itu suaranya perlu diambil. Justru para calon ini menggunakan isu itu untuk meraih suara. Kalau di sini kebalik. Kalau semakin membela semakin gak dipilih. Yang terjadi mereka bilang gue anti nih jadi lo kalau nge-vote gue, gue binasakan mereka (LGBT) nanti," ungkapnya saat ditemui di Hotel Oria, Kamis (15/11).

2. Harusnya ada transgender yang menduduki kursi legislatif

unsplash.com/Kirsty Lee

Dena melanjutkan, seharusnya LGBT terutama transgender yang secara gamblang menunjukkan ekspresi gendernya, harus memiliki perwakilan di kursi legislatif. Ia juga membandingan hal ini dengan perkembangan negara di dunia yang telah memiliki anggota dewan atau kepala daerah seorang LGBT.

"Bagi aku perlu banget kalau ideally speaking, di dunia yang ideal, pasti perlu. Rakyat kita kan beragam yang pasti perwakilannya juga harus beragam ya salah satunya adalah trans. Itu wajar," ujarnya.

3. Parlemen kurang mewakili aspirasi transgender di Indonesia

IDN Times/Kevin Handoko

Transpuan berusia 31 tahun ini pun menyesalkan tatanan legislatif yang ia rasa kurang mewakili beragam jenis rakyat Indonesia.

"Jadi sekarang kurang representatif. Coba aja ambil data berapa transgender di Indonesia pasti banyak tapi gak ada (satu pun perwakilan dari mereka) di DPR. Supaya kita bisa hidup merangkul dan supaya di DPR jadi lebih menjalankan fungsinya yang pro rakyat di mana realitanya rakyat ada yang trans juga jadi ya mau gak mau (harus ada perwakilan di DPR)," katanya lagi. 

4. Transgender masih enggan masuk dunia politik

Pixabay

Namun, Dena mengakui di kalangan transgender sendiri pun saat ini memang masih belum ada sosok yang mau tampil untuk menyuarakan hak-hak mereka sebagai makhluk sosial di ranah pemerintahan.

"Kalau teman-teman trans masih resistance. Indonesia ini masih jauh dari ideal," tuturnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Santi Dewi
Ita Lismawati F Malau
3+
Santi Dewi
EditorSanti Dewi
Follow Us