Diduga Ada Penipuan, Disdik Bekasi Segel Bangunan Al Kareem Islamic School

- Seluruh siswa tidak didaftarkan ke Dapodik
- Orang tua siswa telah mengeluarkan biaya puluhan juta
- Siswa tidak mendapatkan fasilitas yang telah dibayar
Bekasi, IDN Times - Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bekasi menyegel bangunan Al Kareem Islamic School yang berlokasi di Jalan Baru Perjuangan RT04 RW11, Kelurahan Margamulya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi.
Sekretaris Disdik Kota Bekasi, Warsim menyampaikan, penyegelan tersebut berawal dari laporan orang tua siswa. Setelah diselidiki, sekolah tersebut melakukan sejumlah pelanggaran seperti izin operasional sekolah hingga perjanjian pelayanan atau fasilitas yang tidak sesuai dengan perjanjian antara pihak sekolah dan orang tua siswa.
"Sekolah bisa dikatakan bodong karena melanggar prosedur,” katanya, dikutip Kamis (19/6/2025).
1. Seluruh siswa tidak didaftarkan ke Dapodik

Warsim mengatakan, para siswa Al Kareem tidak didaftarkan oleh pihak sekolah ke Data Pokok Pendidikan atau Dapodik. Bahkan, sistem pembelajaran juga tidak berbasis kurikulum Cambridge seperti yang telah dijanjikan.
"Murid tidak didaftarkan ke dapodik, lalu perihal sewa lahan, untuk izin operasional ada tapi kesalahan yaitu tidak sesuai prosedur, kegiatan belajar tidak sesuai dengan janji berbasis kurikulum Cambridge, sehingga sudah kami segel," katanya.
2. Orang tua siswa telah mengeluarkan biaya puluhan juta

Sementara, salah satu orang tua siswa, Silvia Legina (30) mengaku telah mengeluarkan biaya Rp23 juta untuk bersekolah di Al Kareem.
Selain uang pendaftaran, dirinya juha harus mengeluarkan biaya lainnya seperti biaya pergantian jadwal ketika mengambil buku rapor Rp250 ribu dan activity fee hingga Rp6,5 juta.
"Kami kalau mau ngambil rapor dan kalau kami mau ganti jadwal harus bayar juga harganya Rp250 ribu, hitungannya biaya konseling, activity fee itu terkait dengan visit dokter lalu kegiatan manasik haji atau konseling dengan psikologi klinis tapi itu tidak pernah terjadi," katanya.
Silvia juga menyampaikan, anaknya yang baru di tingkat TK B belum pernah mendapatkan fasilitas kegiatan seperti manasik haji.
"Itu kebohongan banget, yang dapat mungkin hanya kelas TK A doang, kalau anak saya TK B tidak pernah sama sekali," jelas Silvia.
3. Siswa tidak mendapatkan fasilitas yang telah dibayar

Orang tua lainnya, Benny Sugeng Waluyo (42), juga merasa tertipu dengan sekolah tersebut. Dia juga mengaku anaknya tidak mendapatkan fasilitas seperti bimbingan psikolog untuk sekolah inklusi.
Benny juga mengaku, anaknya tidak mendapatkan pendamping khusus saat kegiatan belajar di kelas. Bahkan, dia mengaku harus mengeluarkan biaya Rp1 juta per tiga bulan untuk mendapatkan fasilitas tersebut.
"Bilangnya setiap anak saya belajar di sini nantinya ada pendamping di kelas tapi waktu kami cek saat belajar mengajar tidak ada yang mendampingi, karena di sekolah ini setiap kelas yang harusnya ada dua orang (guru dan pendamping), tapi kenyataannya cuma ada satu guru dan tidak ada pendamping," jelasnya.