Evaluasi Sepekan PPKM Darurat: Kasus COVID-19 Masih Meningkat

Jakarta, IDN Times - Pemerintah memutuskan untuk menarik rem darurat lantaran gelombang kasus virus corona di Indonesia semakin tinggi. Keputusan penarikan rem darurat itu diumumkan Presiden Joko "Jokowi" Widodo dalam keterangannya pada Kamis, 1 Juli 2021.
Setelah angka kasus COVID-19 terus meningkat, akhirnya pemerintah memutuskan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Jokowi mengatakan, kebijakan ini mulai diterapkan pada 3 hingga 20 Juli 2021.
“Setelah mendapatkan banyak masukan dari Menteri Kesehatan dan juga para kepala daerah, saya memutuskan untuk memberlakukan darurat sejak 3 Juli hingga 20 Juli 2021 khusus di Jawa dan Bali," ujar Jokowi dalam keterangan pers yang disiarkan langsung di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (1/7/2021).
Kini, PPKM Darurat telah berjalan seminggu. Dalam sepekan ini, berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mengurangi mobilitas masyarakat. Mulai dari penyekatan hingga memperketat penggunaan transportasi publik.
Telah kebijakan ini berlalu selama sepekan, lalu bagaimana perkembangan COVID-19 pada masa PPKM Darurat?
1. Kasus harian COVID-19 terus meningkat setiap harinya

Sejak masa PPKM Darurat diterapkan, kasus COVID-19 di Indonesia terus meningkat pesat. Bahkan, angkanya sudah hampir menembus 40 ribu per hari.
Pada 8 Juli 2021, penambahan kasus harian di Tanah Air mencapai rekor tertinggi selama dilanda pandemik. Sebanyak 38.391 orang terkonfirmasi positif dalam 24 jam.
Kemudian, keesokan harinya, yaitu 9 Juli 2021, penambahan kasus COVID-19 di Indonesia menunjukkan angka yang masih tinggi yakni 38.124. Hanya turun 267 kasus dari penambahan sebelumnya.
Berikut data penambahan kasus harian selama sepekan pelaksanaan PPKM Darurat, sejak 3 Juli hingga 10 Juli 2021.
1. Data 3 Juli 2021, kasus harian COVID-19 bertambah 27.913
2. Data 4 Juli 2021, kasus harian COVID-19 bertambah 27.233
3. Data 5 Juli 2021, kasus harian COVID-19 bertambah 29.745
4. Data 6 Juli 2021, kasus harian COVID-19 bertambah 31.189
5. Data 7 Juli 2021, kasus harian COVID-19 bertambah 34.379
6. Data 8 Juli 2021, kasus harian COVID-19 bertambah 38.391
7. Data 9 Juli 2021, kasus harian COVID-19 bertambah 38.124.
Dengan lonjakan kasus yang terjadi seminggu ini, sehingga penambahan kasus COVID-19 selama sepekan 223.667 kasus.
Melalui data Satuan Tugas Penanganan COVID-19, pada hari pertama penerapan PPKM Darurat pada 3 Juli 2021, positivity rate ada di angka 36,69 persen. Lalu, pada 4 Juli 2021, positivity rate melonjak menjadi 44,61 persen.
Sejak saat itu, angka positivity rate di Indonesia terus meningkat di atas 30 persen. Terbaru, pada 8 Juli 2021, angka positivity rate Indonesia mencapai 40,02 persen. Padahal, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan ambang batas positivity rate 5 persen.
2. Sebanyak 5.097 orang meninggal dunia dalam sepekan akibat COVID-19

Senada dengan penambahan kasus harian, angka kematian karena COVID-19 setiap harinya juga terus meningkat selama PPKM Darurat berlaku.
Pada 7 Juli 2021, angka kematian di Indonesia mencapai rekor selama pandemik, yaitu 1.040 orang meninggal dalam 24 jam. Rekor tersebut sempat menjadikan Indonesia sebagai negara kedua dengan jumlah kematian harian terbanyak di dunia setelah Brasil.
Berikut data penambahan kasus kematian harian akibat COVID-19 selama sepekan PPKM Darurat:
1. Data 3 Juli 2021, kasus kematian COVID-19 bertambah 493
2. Data 4 Juli 2021, kasus kematian COVID-19 bertambah 555
3. Data 5 Juli 2021, kasus kematian COVID-19 bertambah 558
4. Data 6 Juli 2021, kasus kematian COVID-19 bertambah 728
5. Data 7 Juli 2021, kasus kematian COVID-19 bertambah 1.040
6. Data 8 Juli 2021, kasus kematian COVID-19 bertambah 852
7. Data 9 Juli 2021, kasus kematian COVID-19 bertambah 871.
Berdasarkan data tersebut, sebanyak 5.097 orang telah meninggal dunia karena COVID-19.

3. Angka pasien yang sembuh terus bertambah dalam sepekan ini

Di sisi lain, angka kesembuhan di Indonesia juga terbilang tinggi dan terus meningkat. Bahkan, pada 9 Juli 2021, angka kesembuhan di Tanah Air mencapai rekor tertinggi, yakni 28.561 orang dalam waktu 24 jam.
Berikut angka kesembuhan pasien COVID-19 selama masa PPKM Darurat sepekan ini:
1. Data 3 Juli 2021, pasien COVID-19 yang sembuh bertambah 13.282
2. Data 4 Juli 2021, pasien COVID-19 yang sembuh bertambah 13.127
3. Data 5 Juli 2021, pasien COVID-19 yang sembuh bertambah 14.416
4. Data 6 Juli 2021, pasien COVID-19 yang sembuh bertambah 15.863
5. Data 7 Juli 2021, pasien COVID-19 yang sembuh bertambah 14.835
6. Data 8 Juli 2021, pasien COVID-19 yang sembuh bertambah 21.185
7. Data 9 Juli 2021, pasien COVID-19 yang sembuh bertambah 28.561.
Dengan adanya kenaikan angka kesembuhan, artinya sebanyak 121.269 orang berhasil sembuh dari COVID-19.
4. Selama sepekan PPKM Darurat, penurunan mobilitas warga belum mencapai 30 persen

Selama sepekan masa PPKM Darurat, pemerintah juga menargetkan mobilitas masyarakat berkurang. Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan yang juga sebagai Koordinator PPKM Darurat Jawa-Bali, meminta agar mobilitas masyarakat selama masa PPKM Darurat diturunkan hingga 50 persen.
“Kalau kita bisa, mobilitas ini bisa kita manage sampai minus 30 (persen), tapi yang paling baik adalah minus 50 (persen). Karena minus 50 (persen) itu menghadapi tadi Delta variant. Jadi kalau sekarang ini kita lihat masih di angka 26 (persen), yang paling tertinggi atau 27 (persen) mungkin itu, tapi itu baru kemarin,” kata Luhut dalam keterangan pers yang disiarkan langsung di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (6/7/2021).
Saat melakukan evaluasi PPKM Darurat pada hari kelima, Luhut mengatakan, jumlah kabupaten/kota zona hitam mengalami penurunan dari 35 menjadi 27. Kendati, Jawa Timur dan Bali masih perlu mendapatkan perhatian lebih ketat.
Dia menuturkan untuk menyukseskan kebijakan PPKM Darurat, maka diperlukan penurunan mobilitas minimal 30 persen. Selama PPKM Darurat, pria yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) ini menyebut ada 10 kabupaten/kota dengan penurunan mobilitas terendah di Bali dan Jawa Timur.
Di Bali, kabupaten/kota yang mengalami penurunan rendah yaitu Karangasem minus 4,72 persen, Tabanan minus 7,00 persen, Jembrana minus 7,11 persen, Buleleng minus 8,42 persen, Bangli minus 9,53 persen, Klungkung minus 9,83 persen, Denpasar minus 10,12 persen, dan Badung minus 10,75 persen.
Sementara di Jawa Timur penurunan mobilitas meningkat. Namun, Mojokerto, Jember, Banyuwangi, Nganjuk, dan Kota Pasuruan paling rendah.
“Jatim dan Bali ini lebih rendah dibandingkan provinsi lainnya, perlu upaya lebih keras untuk menurunkan mobilitas, setidaknya lebih besar dari 30 persen,” kata Menko Luhut.
Sementara, Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengklaim adanya penurunan mobilitas di wilayah Jabodetabek selama PPKM Darurat.
Pemerintah memantau mobilitas warga menggunakan Google Mobility Report. Hasil pantauan menunjukkan penurunan mobilitas paling tinggi terjadi pada sektor yang dikendalikan selama PPKM Darurat, yaitu di sektor perkantoran, fasilitas publik, dan stasiun.
5. Sepekan PPKM Darurat, ahli epidemiolog sebut pertumbuhan kasus COVID-19 terus meningkat

Mengenai evaluasi PPKM Darurat selama sepekan ini, epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan ada dua parameter yang bisa mengukur keberhasilan kebijakan PPKM Darurat. Pertama adalah growth rate atau pertumbuhan kasus, dan kedua angka reproduksi.
Dicky mengungkapkan pertumbuhan kasus COVID-19 di Indonesia selama sepekan PPKM Darurat justru mengalami peningkatan hingga 45,4 persen.
“Untuk growth rate berarti pertumbuhan kasusnya itu 3 Juli dari 38,3 persen meningkat 9 Juli menjadi 45,4 persen. Kemudian angka reproduksi 3 Juli 1,37, pada 9 Juli 1,4, meningkat,” sebut Dicky saat dihubungi IDN Times, Sabtu (10/7/2021).
“Jadi artinya belum berhasil, karena untuk melihat evaluasi melihat keberhasilan intervensi dua ini, terutama growth rate dan angka reproduksi,” lanjut Dicky.
Dicky juga memaparkan angka kematian akibat COVID-19 di Indonesia selama PPKM Darurat. Per 3 Juli 2021, tercatat 219 kematian per 1 juta penduduk. Sementara, per 9 Juli 2021, tercatat 236 kematian per 1 juta penduduk.
Namun, Dicky menyebut tes COVID-19 memang ada peningkatan selama sepekan ini. Kendati, ia menilai peningkatan tes itu belum bermakna terhadap kondisi kasus di Tanah Air.
“Pertama, dari skala penduduk, pada 3 Juli tes kita dilakukan dilakukan 49,8 tes per 1.000 orang. Sedangkan pada 9 Juli dilakukan 52 tes per 1.000 orang, ada sedikit peningkatan, jadi 52 tes per 1.000 orang, tapi ini belumlah memadai, jauh dari memadai, karena kaitan dengan tes ini dilihat dari tes positivity rate,” terang dia.
“Pada 3 Juli, tes postivity rate 24,1 persen dan per 9 Juli 26,6 persen, meningkat. Artinya ini menandakan tidak atau belum memadainya tes. Masih belum bisa menjangkau dan menemukan kasus-kasus infeksi,” dia menambahkan.
Untuk menemukan satu kasus terkonfirmasi positif, Dicky menjelaskan, pada 3 Juli 2021 memerlukan 4,1 tes. Sedangkan, pada 9 Juli diperlukan 3,8 tes untuk menemukan satu kasus terkonfirmasi positif.
Sedangkan jumlah vaksinasinya sendiri, Dicky mengatakan, ada peningkatan selama sepekan PPKM Darurat.
“Kabar baiknya, bahwa vaksinasi per 1.000 orang ada peningkatan. Pada 3 Juli tercatat 16,6 orang per 1.000 orang, meningkat menjadi 18,5 orang per 1.000 orang telah divaksinasi,” kata dia.
“Ini yang menjadi modal evaluasi bahwa kita harus tingkatkan ini dan esensi dari PPKM Darurat ini adalah sebetulnya memperkuat tiga-tiganya, memperkuat vaksinasi, memperkuat pembatasan. Pembatasan ini di pintu masuk negara dan skala komunitas,” lanjut Dicky.
Dari angka-angka tersebut, Dicky menarik kesimpulan bahwa PPKM Darurat belum optimal. Dia mengatakan, data yang menunjukkan belum menurunkan angka reproduksi COVID-19.
Menurutnya, angka kematian yang meningkat juga terjadi karena kegagalan pemerintah dalam melaksanakan 3T atau tracing, testing, dan treatment. Ia menyarankan agar pemerintah bisa meningkatkan 3T dengan melakukan kunjungan ke rumah-rumah warga agar kasus positif bisa segera terlacak sejak dini.