Gertak Sambal Ala Jokowi, Maju-Mundur Jadi Ketua Umum PSI

- PSI bantah Jokowi batal daftar jadi ketua umum karena sakit
- Kaesang sempat ngobrol dengan Jokowi seminggu terakhir
- Relawan larang Jokowi jadi ketua umum
Jakarta, IDN Times - Presiden Ketujuh RI, Joko "Jokowi" Widodo resmi membatalkan niatnya menjadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Jokowi tidak melakukan pendaftaran sebagai Calon Ketua Umum (Caketum) PSI yang digelar mulai 13 Mei 2025 hingga ditutup pada 23 Juni 2025 pukul 24.00 WIB.
Padahal Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PSI sendiri sempat berharap Jokowi mau mencalonkan diri dalam Pemilihan Raya PSI. Gayung pun bersambut, Jokowi sempat membuat gimik "gertak sambal" dengan memperhitungkan potensi kemenangan jika ikut kontestasi pemilihan ketua umum PSI. Bahkan ia menyebut tidak ingin kalah.
Ia pun berkelakar, apabila dirinya mencalonkan diri, kemungkinan kader lain akan mengurungkan niat untuk mendaftar sebagai caketum lantaran harus bersaing dengan Jokowi.
"Ya, masih dalam kalkulasi. Jangan sampai kalau nanti misalnya saya ikut, saya kalah," ujar Jokowi saat ditemui, Rabu (14/5/2025).
"Belum, kan masih panjang, sampai Juni, seinget saya masih sampai Juni. Ya gak tahu (saingan dengan Kaesang atau tidak). Kalau saya mendaftar mungkin yang lain gak mendaftar, mungkin," kelakarnya.
Adapun, mekanisme pemilihan ketua umum PSI dilakukan secara demokratis melalui pemungutan suara bertajuk Pemilihan Raya. Partai berlambang bunga mawar itu mempersilakan siapapun kader yang bercita-cita jadi pentolan partai. Asalkan yang bersangkutan bisa memenuhi syarat mendapat dukungan minimal dari 5 Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PSI di tingkat provinsi dan 20 Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PSI di tingkat kabupaten/kota.
Masa pemungutan suara untuk pemilihan Ketua Umum PSI akan berlangsung antara 12 hingga 19 Juli 2025. Semua kader PSI akan masuk sebagai daftar pemilih tetap (DPT) dan bisa menggunakan hak pilih untuk memilih ketua umum secara daring. Hasil pemungutan suara bertajuk Pemilu Raya PSI ini diumumkan bersamaan dengan pelaksanaan Kongres PSI di Solo, Jawa Tengah, pada 19 Juli 2025.
PSI sendiri resmi mengumumkan tiga nama kader yang mendaftar sebagai calon ketua umum pada Selasa (24/6/2025). Ketiga nama itu diumumkan setelah dinyatakan lolos tahap verifikasi pendaftaran. Mereka adalah Ronald A Sinaga alias Bro Ron, Kaesang Pangarep, dan Agus Mulyono Herlambang.
1. PSI bantah Jokowi batal daftar jadi ketua umum karena sakit

Ketua Steering Committee Kongres PSI, Andy Budiman membantah Jokowi batal mendaftarkan diri sebagai calon ketua umum PSI lantaran sedang sakit.
"Nggak ada, nggak ada kaitannya," kata Andy saat ditemui di Kantor DPP PSI, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (24/6/2025).
Andy menegaskan, Jokowi saat ini dalam keadaan sehat dan sedang dalam masa pemulihan.
"Sehat, lagi masa recovery kok," ungkap dia.
Saat ditanya bagaimana pandangan PSI karena mendapat harapan palsu soal kabar bergabungnya Jokowi, PSI menegaskan menghormati apa pun keputusan Jokowi.
Andy, mengatakan, partainya masih terbuka apabila Jokowi kelak ingin menjadi kader PSI.
"Terkait dengan gabung sebagai anggota itu masih terbuka opsinya. Jadi sekali lagi ini kita kembalikan kepada Pak Jokowi. Tentu Pak Jokowi sebagai tokoh bangsa punya pertimbangan tersendiri untuk bergabung atau tidak kita hormati keputusan beliau," kata dia.
"Tapi itu tidak akan mengubah apa pun pandangan kami terhadap Pak Jokowi yang tetap menganggap Pak Jokowi sebagai mentor kami. Orang yang kami hormati dalam visinya untuk membangun Indonesia," sambungnya.
2. Kaesang sempat ngobrol dengan Jokowi seminggu terakhir

Sementara, Kaesang mengaku sempat berbincang dengan Jokowi terkait posisi ketua umum PSI tersebut. Putra bungsu Jokowi itu pun mengatakan, tak mungkin ayah dan anak berkompetisi untuk maju jadi caketum PSI.
"Saya sudah berkomunikasi dengan beliau, saya sudah satu minggu ini di Solo dan baru saja tadi mendarat pukul 3 tadi. Mengenai beliau akan menjadi ketum atau tidak, itu sudah kami obrolkan di seminggu terakhir ini, dan gak mungkin juga, anak sama bapak saling berkompetisi," kata dia usai mendaftarkan diri sebagai caketum PSI di DPP PSI, Jakarta Pusat, Sabtu (21/6/2025)
Kaesang menjelaskan, tonggak kepemimpinan anak muda dilakukan masa kini bukan pemimpin masa depan. Hal ini pula yang diayakinkan pada sang ayah.
"Yang saya yakinkan kepada beliau adalah satu, berilah kesempatan kepada anak muda. Anak muda itu bukan pemimpin masa depan, anak muda itu pemimpin masa kini," katanya
Meski begitu, Kaesang memberi sinyal akan ada tokoh besar yang merapat ke PSI. Namun ia tak menjelaskan secara detail siapa tokoh itu. Ia mengaku optimistis PSI bisa melenggang maju ke Senayan pada Pemilu 2029.
"Insyaallah untuk teman-teman yang sudah setia dukung saya, PSI di 2029 Insyaallah kita masuk Senayan, kita perbanyak lagi kepala daerah dari kader PSI. Yang pasti kita juga harus bersiap menunggu tokoh besar yang akan bergabung ke PSI. Terima kasih semuanya," kata dia.
3. Relawan larang Jokowi jadi ketua umum partai kecil, lebih baik bikin partai baru

Wakil Ketua Umum relawan Pro Jokowi (Projo), Freddy Damanik dan Wakil Ketum Umum relawan Jokowi Mania (Joman), Andi Azman melarang Jokowi untuk mendaftar sebagai Ketum PSI.
Ditemui di kediaman Jokowi, Freddy mengaku jika Jokowi tidak pantas di PSI, terlebih PSI merupakan partai kecil, menurutnya Jokowi lebih pantas untuk mengelola partai yang lebih besar.
“Kalau saya melihatnya PSI itu kekecilan. Beliau gak pantas di PSI. Untuk itu harus partai besar dan kuat atau membuat partai sendiri dan nantinya merupakan legacy beliau ya untuk Indonesia ke depan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Freddy mengatakan jika relawan Projo mendorong Jokowi untuk membuat partai baru, dengan pemikiran Jokowi selama ini yakni dengan sistem partai super TBK.
“Kalau saya sudah sering statement kalau projo jelas mendorong pak jokowi membuat partai baru ya selain memang kiprahnya beliau masih dibutuhkan oleh bangsa ini sepakat dengan bang Andi tadi bahwa beliau harus memberikan legacy berupa partai sebagaimana presiden presiden lainnya,” jelasnya.
“Jadi ayo pak kita tunggu momentum kenalan bapak untuk partai barunya partai super TBK,” sambung Freddy.
Hal senada juga disampaikan oleh Waketum relawan Jokowi Mania (Joman), Andi Azwan yang turut mendukung Jokowi untuk membuat partai baru. Menurutnya, ia percaya jika Jokowi membuat partai baru akan bisa masuk di parlemen pada pemilu tahun 2029 mendatang.
“Kan harus membuat partai itu sendiri karena ini saya yakin maka ini juga kalau buat dirikan pasti akan masuk di lingkungan parlemen 2029,” jelasnya.
4. Isu Jokowi maju jadi ketua umum dinilai hambat kader PSI lainnya untuk maju

Menanggapi fenomena maju-mundur Jokowi jadi Ketua Umum PSI ini, Dosen FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus Direktur Eksekutif Arus Survei Indonesia (ASI), Ali Rifan mengaku sudah bisa memprediksi sejak awal Jokowi tidak akan maju sebagai Ketua Umum PSI.
Ia menduga, alasan Jokowi melakukan gertak sambal agar kader potensial lainnya batal mendaftarkan diri sebagai Caketum PSI. Dengan begitu, peluang Kaesang kembali jadi orang nomor satu di PSI semakin terbuka lebar.
"Saya sebenarnya sudah jauh hari sudah menduga Jokowi belum tentu confirm menjadi Ketum PSI. Analisa saya, jangan-jangan memang kemunculan nama Jokowi itu untuk menghalangi nama-nama lain yang akan maju di PSI, sehingga Kaesang lebih mudah untuk berkompetisi karena tidak ada kompetitor yang kuat," kata dia saat dihubungi IDN Times.
"Kalau misalkan bapaknya nggak jadi maju kan nyaris hari ini yang paling kuat adalah Kaesang. Tapi kalau sebelumnya itu Jokowi nggak ada isu maju orang yang kemudian mau berkompetisi dengan Kaesang itu akan banyak," sambungnya.
Faktor lainnya, kata Ali Rifan, PSI merupakan partai yang berhaluan anak muda. Sehingga keberadaan Jokowi jika jadi ketua umum, tidak sejalan dengan semangat yang digaungkan PSI.
Ia menilai, Jokowi lebih layak mengisi posisi sebagai Ketua Dewan Pembina PSI. Namun, posisi ini juga berisiko menimbulkan citra negatif jika Kaesang kembali terpilih sebagai ketua umum. PSI akan dianggap sebagai partai keluarga.
"Jika ketua dewan pembinanya bapaknya, ketumnya anaknya ini berpotensi semakin terlihat sangat terlihat seperti partai keluarga, sementara PSI kan ingin mendelegasikan dirinya sebagai partai modern, partai yang punya spirit meritokrasi, tidak partai keluarga," imbuh Ali Rifan.