Jakarta 'Badai' COVID-19, BOR Rumah Sakit Sudah Lebih dari 90 Persen

Jakarta, IDN Times - Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan ada lima provinsi yang memiliki kenaikan kasus kematian virus corona tertinggi. Di antara lima provinsi tersebut, Jawa Barat menjadi provinsi dengan kenaikan tertinggi.
Mirisnya, keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) ICU dan tempat isolasi di lima provinsi dengan angka kematian tertinggi saat ini sudah di atas 70 persen.
"Terdapat lima provinsi yang berkontribusi tertinggi yaitu Jawa Barat naik 463 persen, diikuti DKI Jakarta naik 236 persen, Daerah Istimewa Yogyakarta naik 148 persen, Jawa Timur naik 145 persen dan Jawa Tengah naik 75 persen," ucap Wiku dalam keterangan tertulisnya, Kamis (1/7/2021).
1. Lima provinsi yang kenaikan kasus kematian tertinggi miliki BOR lebih dari 70 persen

Menurut Wiku, fokus utama dalam menekan angka kematian adalah memastikan penanganan pasien COVID-19 sebaik mungkin. Terutama pada pasien gejala sedang-berat.
Namun sayangnya, lanjut Wiku, kelima provinsi dengan kenaikan kasus kematian tertinggi itu justru memiliki keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) ICU dan tempat isolasi di atas 70 persen.
"Bahkan, DKI mencapai lebih dari 90 persen. Maka, keadaan ini akan mempersulit penanganan pada pasien gejala berat," jelas Wiku.
2. Sebanyak 5-19 persen lansia yang terkena COVID-19 meninggal dunia

Selanjutnya, Wiku menuturkan bahwa fokus pencegahan kematian dapat dilakukan berdasarkan kelompok usia yang paling rentan. Di kelima provinsi tersebut, persentase kematian yang paling tinggi terjadi pada kelompok usia lansia.
"Hal ini dapat disebabkan oleh tingginya komorbid pada lansia, serta imunitas yang semakin menurun seiring bertambahnya usia. Sekitar 5-19 persen lansia yang terkena COVID, meninggal dunia," jelas Wiku.
3. Kenaikan kasus kematian di RI meningkat lebih dari 400 persen

Gelombang virus corona di Tanah Air memang semakin tinggi. Wiku mengatakan, tingginya lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia itu mengakibatkan angka kematian meningkat pesat sebanyak lebih dari 400 persen.
"Angka kematian yang terus meningkat ini tentunya tidak dapat ditoleransi, karena satu kematian saja terbilang nyawa,” ujar Wiku.